Tandai typo ya!
Happy Reading!
****
"Semua karena ayah kamu, itu benar kok. Dia itu brengsek dan gak tau diri, itu juga benar."
Fani menghela nafas panjang. "Waktu itu, Bunda juga pernah bilang kalau ayah kamu ikut merahasiakan perselingkuhan antara ayah Allard dan Mamanya Aurel kan?"
"Bunda gak tutup mata kalau orang-orang dilingungan kita sudah buruk seperti ini."
Erlan ditempatnya berperan sebagai pendengar yang baik meski tak memungkiri bahwa hatinya terasa sangat kalut dan resah sekarang, sejujurnya ada banyak pemikiran liar dikepalanya mengenai hubungan sang ayah dan bunda, namun Erlan masih saja tak siap jikalau fakta yang dibeberkan dengan apa yang ada dipemikirannya sama.
"Ayah kamu selingkuh."
Saat kata itu terucap dari mulut sang bunda, Erlan menahan nafasnya.
"Sialnya, sama seperti bagaimana Bagas berperilaku, Ayah kamu juga membuahkan hasil. Yaitu Shasha."
Fani menatap mata Erlan dalam-dalam sembari mencari tangan sang anak untuk dia genggam. "Bunda bilang, orang-orang dlingkungan kita itu buruk sejak awal kan?"
Erlan hanya mengangguk kecil setuju. Laki-laki itu bisa rasakan tanganya yang diremat lembut oleh Fani.
"Bunda mungkin termasuk salah satunya."
"Bun, ke-"
"Bunda maafin Ayah kamu."
Erlan bungkam mendengarnya seolah sudah memperkirakan jawaban ini. Laki-laki itu hanya membuang nafas lelah. "Kenapa?" tanyanya lirih.
Untuk Erlan, keluarga hancur, rusak, dan berantakan adalah sebuah mimpi buruk dalam hidupnya. Kemudian saat Erlan kecil berkaca pada sang teman—Allard, dia mulai mengerti banyak hal dari situasi keduanya yang tak jauh berbeda. Sejak orangtuanya bercerai, Erlan selalu diam dan menurut untuk dioper kesana kemari, kemana dia akan tinggal hari ini, kemana dia akan tinggal besok, bersama siapa dia hari ini, bersma siapa dia besok, atau banyak hal lain yang selalu membuat Erlan pada posisi tengah tak berani untuk kemana-mana.
Dia tumbuh besar bersama dengan rasa benci untuk ayahnya hingga merampat pada sang adik tiri. Jadi sekarang, saat dia duduk mendengar pengakuan sang Bunda, Erlan tak tau bagaimana harus bereaksi dengan semua ini. semua diluar jangkauannya, dan sialnya semua ini adalah jawaban dari segala pertanyaanya.
"Kamu tau? Ada satu hal yang ayah kamu bilang ke bunda soal Shasha."
Helaan nafas terdengar, Erlan lepaskan tanganya yang semula digenggam apik oleh sang Bunda. "Soal apa?" tanyanya mencoba bertanya dengan intonasi datar.
"Dia bilang, Shasha bukan anaknya."
Erlan tak cukup sabar untuk mengetahui apa yang ingin diucapkan oleh sang bunda selanjutnya. Laki-laki itu berdiri dengan pasti membuat Fani berhenti berbicara, mendongak menatap anaknya dengan raut wajah pank.
"Erlan?"
"Bunda mau bilang kalau Shasha itu bukan anak kandungnya, begitu kan? Dengan itu bunda bisa maafin ayah?" Erlan menatap nyalang Fani dengan raut wajah tak terbaca. "Selingkuh itu penyakit!"
"Bunda mau berharap apalagi dari ayah hah?! Persetan dia bilang Shasha bukan anaknya, fakta bahwa dia selingkuh aja harusnya udah bikin bunda sadar!"
"Erlan, bunda gak maksud seperti itu. Bunda cuma-"
Fani tak bisa menyelesaikan ucapannya membuat Erlan terdiam. Sadar bahwa dia sudah sedikit kelewatan membentak sang bunda seperti itu. Dia menyugar rambutnya sambil lepaskan nafas panjang yang entah sudah keberapa kalinya dalam satu jam terakhir. "Maaf, kita bicara nanti lagi aja bun," ujarnya penuh sesal.
KAMU SEDANG MEMBACA
SENIOR LOVE
Ficção AdolescenteErlan Anggara, ketua osis di SMA nya sendiri, SMA Cakrawala. Dingin, bermulut pedas, itu yang mereka kenal dari Erlan. Satu lagi, tampan. Semua wanita yang melihatnya akan tergila-gila, tapi tak ada berani yang mendekatinya. Erlan tak bisa tersentuh...