Yang nungguin ini up?_ _ _
Dira menghempaskan tubuhnya ke kasur. Tanganya merogoh ponsel yang berada diatas nakas. Perutnya yang keroncongan bahkan tak diperdulikan Dira.
Bukan tak mau makan, Dira biasanya keluar saat jam 9 atau 10-an. Tujuanya agar tak ikut makan malam bersama keluarganya. Asalanya selain tak dianggap, gadis itu pasti menjadi bahan olokan Mama dan Papanya tetang prestasi.
Siapa Dira memang? Gadis bodoh yang sangat rendah pemikiranya tetang materi pembelajaran. Berbeda jauh dengan Kakaknya.
Suara notifikasi masuk membuat Dira membuka aplikasi chat. Kemudian mengernyit bingung melihat siapa yang mengiriminya pesan. Tumben.
Kak Erlan
Dir!Dira
Apa Kak?Kak Erlan
Itu, cba trun bntr.Dira
Hah? Ngapain jugaDira mendengus saat Erlan hanya membacanya. Gadis itu hendak keluar dari room chat sebelum Erlan kembali mengirimi pesan padanya.
Kak Erlan
Trun aj bentar! Gue dibawah,Bawah? Bawah mana coba? Dira berdecak pelan.
Dira
Yang jelas dong, bawah mana?Kak Erlan
Gue! Didepan! Rumah lo!! Cepet turun atau gue yang masuk!!!Dira menganga. Gadis itu bangkit berlari kearah jendela. Menyingkap sedikit gorden yang menutupi. Mulutnya tambah menganga lebar melihat Erlan yang menatap tajam tepat kearahnya. Cowok itu memberikan kode pada Dira untuk cepat turun.
Dira dengan cepat hendak turun kala Erlan mengirimi pesan singkat.
Kak Erlan
Pke jaket!Membaca pesan itu membuat Dira mengernyit bingung. Ngapain sih, udah malem juga. Tapi tak ayal menuruti kemauan Erlan juga. Gadis itu menyambar jaket hitam miliknya. Turun dari tangga dengan tergesa-gesa.
"Mau kemana Kamu?"
Kalimat terkesan datar dan tak bersahabat itu membuat Dira tersenyum tipis. "Ada temen Pa," balasnya sopan.
Sedangkan sang Mama masih asik bercanda ria dengan Kakaknya sambil tertawa. Miris, bagaimana jika bersama dirinya?
Merasa tak akan mendapat jawaban Dira langsung pergi dari hadapan mereka. Tak tahan, gadis itu membuka pintu utama rumahnya. Berjalan kearah gerbang yang memang dekat jaraknya.
"Kakak ngapain?" tanya Dira bingung. Menatap Erlan yang berdiri menyandarkan tubuh dimotor cowok itu.
"Jalan," ujar Erlan singkat. "Pakai jaketnya," kata Erlan kemudian melihat jaket Dira masih dipegang ditangan.
"Sama gue?" tanya Dira.
Erlan berdecak. "Iya Diraaa, pake jaketnya!" ujar Erlan sebal.
"Ngapain sama gue?!" balas Dira. Ia menatap pakaian yang dikenakanya. Baju tidur bergambar hello kitty yang terlihat lucu. "Gini?" tanya Dira menunjuk dirinya sendiri.
"He'em," ujar Erlan masih berusaha sabar atas kelemotan gadis itu.
Dira menghembuskan nafas kesal. Tapi lumayan juga, nanti dia bisa suruh Erlan buat anterin beli makanan daripada makan dirumah berasa ditahanan. Senep.
"Jalan kemana Kak?" tanya Dira membenarkan jaketnya. Menatap Erlan yang kini sudah memakai helm full face.
"Muter," jawab Erlan datar menaiki motornya. Mengulurkan tangan untuk membantu Dira naik.
"Iya," balas Dira menanggapi.
Sebenarnya Dira bingung. Ngapain harus ajak dirinya coba? Yang lain kan bisa.
"Pegangan," ujar Erlan sebelum menjalankan motornya.
Dira menurut, gadis itu memegang pinggang Erlan erat. Tapi tersentak kaget kala Erlan memperbaiki posisi tanganya. Kini tangan Dira berada didalam saku jaket Erlan. Hangat.
Sialan! Pipi Dira memanas. Tubuhnya sedikit maju membuat terlihat menempel dengan Erlan.
"Dingin," ujar Erlan datar sebelum menjalankan motornya.
Dira hanya bergumam menanggapi. Baper woi!
Mereka tak tau, dibalik jendela rumah Dira ada seseorang yang mengawasi dengan mata membulat kaget.
Erlan? Dira sama Erlan?!!
_ _ _
"Disini?" tanya Dira.
Erlan mengernyit. Menatap Dira heran, dia memang hanya mengajak Dira ke pinggir jalan. Maksudnya banyak pedagang kaki lima sampai angkringan ditrotoar dan ramai pengunjung.
"Kenapa? Nggak mau?" tanya Erlan datar. Padahal baru-baru ini Erlan pernah ajak Dira makan dipinggir jalan aja gadis itu tak protes.
Dira nyengir. "Tau aja gue laper," ujar Dira tersenyum sumringah mulai menyusuri pedagang makanan ringan sampai menu utama disini.
Erlan ditempatnya hanya tersenyum tipis. Dia kira Dira nggak mau. Erlan tak tau kenapa lebih memilih mengajak Dira jalan daripada kumpul bersama teman-temanya.
"Kak!" panggil Dira membuat Erlan menghampiri gadis itu.
"Mau makan? Tak pesenin,"
Erlan hanya mengangguk pelan. "Pedes," pintanya duduk dibangku lesehan yang tersedia. Matanya melirik Dira yang sedang memesan nasi goreng.
"Tumben ngajak gue?" tanya Dira kepo setelah duduk disalah satu bangku.
"Salah?" balas Erlan cuek.
Dira mengelus dada sabar. "Nggak, nggak salah Kak. Cuma tanya aja sewot sih lo," ujar Dira sebal. Ia mengambil ponsel dari saku jaket.
Bagi Dira lebih baik main ponsel daripada menatap Erlan yang hanya datar-datar aja. Ganteng sih, tapi nyebelin.
"Dir," panggil Erlan pelan.
Entah kenapa jika Erlan menyebut namanya itu seolah mereka sudah kenal lama dan dekat. Perasaan Dira doang itu yang baper. Sumpah!
"Hm?" gumam Dira mendongak menatap Erlan.
"Besok pulang bareng gue ya?"
Pipi Dira lebih memerah saat Erlan mengatakan itu. Ini beneran pdkt? Kalau iya Dira udah baper tolong!
"Bunda nyuruh bawa pulang cewek, gue nggak tau yang harus dibawa. Jadi milih lo aja," lanjut Erlan cuek.
Senyum diwajah Dira menghilang. Oh cuma bahan doang, Dira mah nggak boleh baper.
Erlan yang sadar akan hal itu meringis pelan. Dia salah ngomong? Walaupun emang kata Bundanya, tapi kan Erlan yang milih Dira langsung. Bukan maksud mau dijadiin alat doang.
"Makan," ujar Erlan saat pesanan mereka datang. Keduanya makan dalam kondisi hening.
Dira juga berbeda, awalnya yang merengek laper dijalan jadi lebih lambat saat makan. Oke Dira, sepertinya gadis itu sudah dalam tahap baper tapi dijatuhin. Emang salah Dira sih, tapi juga sedikit tersentil kala Erlan hanya mendekatinya karena buat alat untuk Bundanya.
"Kenapa?" tanya Erlan. Walau tau sih penyebab Dira kaya gitu. Tapi Erlan nggak sengaja sumpah.
"Ha? Nggak," balas Dira langsung. Ia menyuapkan satu sendok makan ke mulutnya.
Satu notifikasi masuk membuat Dira membukanya. Kemudain menatap Erlan dengan pandangan datar datar meringis.
"Besok kayaknya gue nggak bisa pulang bareng lo deh Kak." ujar Dira meringis pelan.
Erlan mengernyit, "kenapa?"
"Si Jeno ngajakin jalan besok. Jadi cari cewek lain aja ya,"
Kalimat itu membuat Erlan memalingkan muka cuek. Padahal hatinya sudah banyak umpatan yang dilayangkan. Sialan!
_ _ _
Vote dan komenya
Salam sayang
❤

KAMU SEDANG MEMBACA
SENIOR LOVE
Teen FictionErlan Anggara, ketua osis di SMA nya sendiri, SMA Cakrawala. Dingin, bermulut pedas, itu yang mereka kenal dari Erlan. Satu lagi, tampan. Semua wanita yang melihatnya akan tergila-gila, tapi tak ada berani yang mendekatinya. Erlan tak bisa tersentuh...