____
.
.Dara mengucir rambutnya keatas. Menatap pantulan dirinya dicermin, matanya sedikit sembab, tapi bibirnya tersunging senyum manis. Gadis itu terkekeh pelan, memilih pergi keluar kamar.
Hari ini hari libur, Dira mengawalinya tentu dengan senyuman. Tak tau jika sebentar lagi. Gadis itu menuruni tangga dengan semangat.
"Mah!" panggilnya berharap ada yang akan menyahut.
Yang ada malah sunyi, tak ada jawaban. Dira berjalan pelan menuju dapur. Tak ada, yang ada hanyalah pembantu rumah tangganya yang sedang bersih-bersih.
"Bi? Papa, Mama, sama Kakak mana?" tanyanya.
Wanita itu menoleh. "Pergi non, dari semalem pas mereka pamit mau pergi ke acara keluarga besar sampai sekarang belum balik. Mungkin nginep dirumah nyonya besar."
Dara tersenyum pahit. Dia mana tau ada acara seperti itu? Bahkan Papa dan Mamanya tak sama sekali pamit padanya kemarin. Mengingat Neneknya membuat Dara menghela nafas pelan. Dia rindu wanita itu.
Cewek itu mengambil camilan serta minuman. Bergerak kearah ruang keluarga yang lenggang. Mendengus pelan kala dia lupa membawa ponsel miliknya.
Dengan cepat, Dira lari kekamarnya yang terletak dilantai atas. Kemudian kembali lagi kebawah. Hampir duduk, Dira merasakan ponselnya berdering keras.
Senyumnya merekah ruah sangat lebar. "Hallo," sapanya riang.
Suara wanita terkekeh lembut disana. "Kesini Dira, biar Nenek yang bereskan jika mereka menghina mu lagi oke?"
Dira tersenyum pelan. "Nggak ya Nek, besok Dira jenguk Nenek sendiri aja. Jangan sekarang," lirih Dira mencoba memberi pengertian.
Suara helaan nafas terdengar pelan dari sebrang. "Kesini oke? Nginep, besok kita jenguk Dendra."
Mendengar nama itu disebutkan membuat Dira menahan nafasnya sebentar. Tanganya bertaut gugup. "Dira kesanaa...," ujar Dira memberi keputusan. Suaranya terdengar serak.
"Jangan nangis atau Nenek bakalan marah sama kamu," ancaman yang terkesan lirih itu membuat Dira menggigit bibir bawahnya kuat. Menahan tangisan yang akan datang.
"Tungguin Dira," ujar Dira pelan menutup sambungan.
Dira menangis dalam diam. Terisak sampai dadanya rasanya sangat sesak sekarang. Cewek itu dengan pelan bangkit, menuju lantai atas kamarnya berada.
Setidaknya dia akan menginap dirumah Neneknya untuk beberapa Minggu kedepan. Bukan disini, ditempat yang tak pernah ada yang menganggapnya.
___
Mata Dira melirik kearah jalanan. Tak ada angkot ataupun ojek disini. Dia memang hendak pergi kerumah Neneknya, bukan naik mobil.
Supir ikut menginap disana. Motor dan mobil juga Dira nggak berani sentuh, siapa dia? Sudah dipastikan mereka marah besar nanti jika tau Dira menaiki mobil, sendiri.
Suasana disini juga sepi, padahal jalan ini tak jauh dari kompleks perumahan miliknya. Hanya ada beberapa pengdara yang lewat.
"Eh si Eneng, sendirian nih?"
Dira tersentak, mundur perlahan. Matanya menatap laki-laki didepanya takut. Gadis itu hanya diam tak menjawab. Menjauh beberapa langkah.
"Cuacanya mendung Neng," celetuk cowok itu.
Dira hanya meliriknya sekilas. Sebenarnya wajahnya tak seseram itu, apalagi dandananya yang masih bisa dikatakan rapi. Tapi rasa takut juga menggerogoti hati Dira. Apalagi jalanan yang sepi.
KAMU SEDANG MEMBACA
SENIOR LOVE
Teen FictionErlan Anggara, ketua osis di SMA nya sendiri, SMA Cakrawala. Dingin, bermulut pedas, itu yang mereka kenal dari Erlan. Satu lagi, tampan. Semua wanita yang melihatnya akan tergila-gila, tapi tak ada berani yang mendekatinya. Erlan tak bisa tersentuh...