9. Erlan Malu

53.4K 7.7K 1K
                                        

Dira berjalan pelan dikoridor, sedikit ramai karena ini memang sedang istirahat. Tapi anehnya tak seramai biasanya. Gadis itu berjalan tanpa ke3 temanya. Tujuanya kekantin. Membeli beberapa camilan serta minuman kemudian akan kembali lagi ke kelas.

"Eh! Akh!" Dira memekik keras saat kepalanya membentur tembok. Kemudian menatap tajam pelakunya.

"Apaan sih!" sentaknya keras. Wajahnya merah padam. Chalya, gadis itu juga tersentak kaget melihat respon Dira. Mereka mulai menjadi perhatian disini.

"Lo yang apaan! Masalah kita yang kemaren belum selesai ya!!"

Dira mengernyit bingung. "Udah! Lagian gue nabrak nggak sengaja kali!" balasnya berani.

"Tapi lo yang bikin nama gue jadi rusak disini!" ujar Chalya. Wajah mereka sedikit mirip.

Dira terkekeh. "Dengan lo yang labrak gue dilihatin semua orang juga nama lo rusak dengan gampang!"

Mereka mulai berbisik-bisik melihat keberanian Dira. Apalagi koridor mulai ramai sekarang. Menyaksikan Dira dan Chalya yang adu mulut.

"Maksud lo apa? Hah?!"

Dira tersenyum mengejek, "kakak Osis. Kak Chalya yang terhormat. Sini gue bilangin. Dengan lo yang labrak gue disini. Dilihatin banyak orang, lo pikir nama lo nggak jelek?"

"Woah! Si Chalya galak banget ya, nggak kaya biasanya," lanjut Dira. Tersenyum manis melihat wajah merah padam perempuan didepanya.

Sekarang siswa-siswi mulai ribut. Banyak yang mendukung Dira dengan argumenya.

"Bubar!" satu kata datar tapi tegas itu membuat mereka menoleh. Menelan ludah kasar saat Erlan datang dengan menggunakan tongkat baseball.

"Jangan cari masalah bisa?" kata Erlan datar menatap dua orang perempuan itu.

Mata Dira melotot kaget. "Bukan gue! Dia yang cari masalah sama gue dulu kak!" bantahnya menatap Erlan.

"Sama aja! Ikut gue!"

Dira cemberut, matanya menatap tajam Chalya. "Gara-gara lo!"

_  _ _

"Lo Osis kan?"

Chalya dengan berat hati menangguk. Sekarang mereka berada di ruangan Erlan. Dengan Erlan yang duduk dibalik meja menatap mereka datar dan tajam.

"Nggak usah cari masalah bisa?" kini tatapan Erlan beralih kearah Dira yang cemberut.

"Mau gue jelasin?" kata Dira ketus. Orang dia nggak salah juga.

"Nih ya! Dia tiba-tiba tarik gue sampai kepala gue kebentur tembok!"

"Eh apa-"

"Suutt! Diem!" sentak Dira membekap mulut Chalya.

"Kalau menurut gue! Dia itu iri sama gue kak! Kemarin kan dia yang lo salahin. Dan gue yakin dia itu salah satu fans lo, iri nggak tuh gue yang dibela!!" kata Dira blak-blakan membuat bibir Erlan terangkat sedikit membentuk senyum tipis.

"Lo tuh kalo ngomong-"

"Diem dulu deh! Terus tiba-tiba nyalahin gue maksudnya apa?! Nggak puas lo buat gue menderita setiap harinya?!" sentak Dira membuat Chalya terdiam.

Juga dengan Erlan. Kalau setiap hari berarti mereka sudah kenal lama kan?

"Hayuk sini! Mau gelud sama gue?! Sebel gue lama-lama sama lo!!" Dira mulai bangkit.

"Maksud lo apa hah?! Orang jelas-jelas lo yang salah!" balas Chalya masih menyalahkan.

"Mau apa?! Jambak-jambakan?! Cakar-cakaran? Gue senep lama-lama sama lo. Cari muka mulu!!"

Plaakk

Erlan langsung bangkit. Matanya menatap tajam tangan Chalya yang digunakan untuk menampar Dira.

"Baik-baik bisa?" ujarnya datar sambil menarik lengan Dira untuk munduk dan bersembunyi dibelakang tubuhnya.

"Apa?! Dia yang udah kaya gitu sama gue! Lo itu cuma bisa ngehancurin kesenangan gue tau nggak?!"

Erlan yakin saat ini. Apa yang dibahas mereka itu jauh dari topik sebelumnya. Mungkin mereka punya masalah. Dari dulu.

"Keluar! Hormat tiang bendera sampai istirahat kedua!" balas Erlan datar.

"Lan! Apa-apaan sih! Gue nggak salah!" kata Chalya sedikit memelas.

"Cepet!"

Chalya dengan berat hati menangguk. Menatap tajam Dira yang memalingkan wajahnya. Tapi dia tau gadis itu sedang menangis sekarang. Dira lemah! Dan ia kaget saat Dira tiba-tiba menyentaknya seperti ini.

Erlan menghela nafas pelan setelah Chalya hilang dari pandanganya. Dengan cepat ia berbalik, menatap Dira. Gadis yang sering ditemuinya akhir-akhir ini.

"Nggak papa?" tanyanya.

"Hah?" Dira menoleh, dengan cepat menghapus air matanya. Pipinya terasa panas sekarang.

"Lihat," Erlan maju, memegang pipi Dira lembut. Merah, tamparan yang dilayangkan Chalya memang tak main-main tadi.

"Merah gini," gumam Erlan pelan. Dira bahkan hanya diam membeku.

Astaga! Ini Erlan? Kenapa jadi gini? Tatapan mereka bertemu sebentar, tatapan yang sulit diartikan oleh keduanya.

"ASTAGFIRULLAH! NGGAK DISINI NGGAK DISANA ADA AJA YANG PAMER!"

Erlan tersentak. Melepaskan tanganya. Kemudian mendengus kasar menatap Lintang yang masih cengo.

"LAN! LO KERASUKAN YA?! KOK PEGANG PEGANG!" kata Andra berteriak histeris.

"Erlan punya cewek njir! Mana dedek gemes lagi. Baru kelas sepuluh kan neng?" Rio malah maju mendekati Dira.

"Erlan kenapa nggak bilang-bilang?" kali ini Naresh yang menggoda Erlan. Sedangkan Allard duduk dibangku milik Erlan.

"Bukan cewek gue!" balas Erlan datar.

Berbeda dengan 4 orang itu yang malah menampilkan senyum menggoda. "Dra! Merah gini," kata Lintang memegang pipi Andra lembut. Memperagakan apa yang diucapkan Erlan tadi.

"Iya Bwang! Sakit neh!" kata Andara mendramatisir keadaan.

"Cup cup. Sini bang Erlan cium!"

Keduanya tertawa ngakak melihat wajah Dira yang merah padam. Berbeda dengan Erlan yang mengumpat.

"Diem nggak?!" sentak Erlan.

"Anjir! Pipi lo merah bangsat!"

"Erlan blushing nih ye, ngakak,"

"Astagfirullah," kata Erlan lirih.

_ _ 

Hallo, ada yang nungguin OD new version?

Vote dan komenya ya

Salam sayang

SENIOR LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang