32. Keraguan

29K 3.7K 465
                                    

"ARGH!!" Erlan melemparkan barang barang yang berada diatas nakas dengan kasar. Cowok itu diam, mengatur nafasnya sambil duduk diatas kasur.

Ketukan pindu yang terdengar sama sekali tak dihiraukan Erlan, terlebih saat bundanya menginginkan agar Erlan keluar.

Cowok itu menatap layar ponselnya yang menyala. Nama Dira tertera di layar membuat Erlan mengangkat telfon dari gadis itu.

"Kenapa?" tanyanya langsung.

"Gak papa."

Erlan mengernyit, "gue tutup," ujarnya singkat.

"Loh kenapa?" tanya Dira kaget, dari sebrang.

"Kak lo ada masalah ya?"

Tak menghiraukan ucapan Dira, Erlan menutup sambungan telfon begitu saja. Cowok itu memijat kepalanya merasa pusing, mengambil jaket miliknya, Erlan langsung pergi turun ke bawah untuk keluar.

****

Suara bising deru motor yang bersahut-sahutan terdengar jelas. Mata Erlan menatap tajam kearah jalanan. Cowok itu menyalakan rokoknya menggunakan pemantik api.

"Wuih! Si Erlan!!"

Erlan langsung menoleh kearah Cakra yang berjalan kearahnya. Laki-laki itu tampak mengulurkan tanganya untuk berjabat tangan.

"Songong," sinis Cakra saat Erlan tak membalas uluran tanganya.

Pandanganya menatap kearah sekeliling Erlan. "Tumben gak sama Allard? Lintang?" Nada Cakra terdengar mengejek. Mereka memang tidak berteman, lebih kearah saling membenci satu sama lain.

Erlan sama sekali tak memerdulikan Cakra yang mengajaknya berbicara. Moodnya benar-benar rusak sekarang. Cowok itu kembali fokus kearea balap yang tampak ramai oleh muda mudi yang menghabiskan malamnya disini.

"Tanding sama gue?" tawar Cakra. Ide terlintas saat melihat dua orang yang sudah bersiap diatas motor untuk bertanding.

"Gak," balas Erlan ketus. Cowok itu menghembuskan asap rokoknya. Suara telfon yang terus berdering tak dihiraukan. Antara dari Bundanya atau teman-temannya. Bisa jadi juga Dira. Cowok itu mematikan ponsel membuat Cakra tersenyum sinis.

"Lama gak kesini ternyata lo jadi cemen."

"Mainya sama Allard sih, gak asik," ujar Cakra.

Erlan adalah tipe orang yang bisa mengontrol emosi dengan baik, maka cowok itu tetap diam. Erlan memejamkan mata mencoba menenangkan diri.

"Lo tau adek gue?" tanya Cakra. Meskipun dia tau Erlan tak akan menanggapi, dia yakin Erlan mendengarnya dengan jelas.

"Dia kenal sama cewek lo kan?"

Erlan menatap tajam Cakra. "Candra?" ejek Erlan. "Bocah gitu," balasnya. Lagipula setau Erlan, Candra menyukai Seina. Dia tak pernah melihat Candra berkomunikasi dengan Dira.

Cakra tertawa, menyulut rokoknya. Cowok itu duduk dengan tenang disamping Erlan mengamati pertandingan dua orang tadi yang sudah usai.

Tapi Candra tiba-tiba berdiri dan datang ke kerumunan membuat cowok itu jadi perhatian.

"Udah?"

"Giliran gue sama Erlan."

*****

Dira cemberut saat telfonya dimatikan secara langsung oleh Erlan. Gadis itu menelungkupkan kepalanya diatas bantal. Kesal dan kepo menjadi satu, dari cara Erlan berbicara, entah kenapa dia yakin cowok itu memiliki masalah.

Gadis itu menyambar hoodie abu-abu miliknya. Keluar kamar dengan ponsel dan dompet yang disimpan. Matanya melirik kearah kamar Chalya yang tertutup rapat. Turun melalui tangga, Dira langsung disuguhkan dengan kedua orangtuanya yang bercengkrama didepan televisi.

SENIOR LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang