15. Bunda dan Dira

49.4K 7K 841
                                        

.

Ada yang kangen Dira/Erlan?

.
.

Dua orang itu terduduk kaku disofa. Sedangkan teman-teman Erlan sudah ngakak ditempat melihat wajah  pucat pasi mereka. Bukan, lebih tepatnya Dira. Kalau erlan mah masih dongkol karena Andra sama Lintang.

"Bener Erlan mau cium kamu?" tanya Fani serius.

Dira menggeleng cepat. Bibirnya melengkung kebawah. Gimana sih rasanya kepergok mesum sama Ibu lakinya sendiri.

"Bukaaannn... nggak mau ciuman Bundaa..," rengek Dira. Matanya berkaca-kaca karena saking takutnya.

"Erlaaann?" Fani menekankan suaranya menatap anak laki-laki satunya itu.

Padahal dalam hati sudah ngakak. Firasatnya benar ternyata, lupa kalau cowok suka khilaf berduaan sama cewek dikamar. Untung ada Andra, Lintang sama temen-temen  Erlan yang lain buat ngerecokin. Jadi Fani langsung nyuruh Andra pergi ke kamar Erlan. Dan ya, hasilnya tak terduga.

"Khilaf," ujar Erlan datar.

"Masa ni ya Bun. Tadi pas Andra dateng itu bibir tinggal satu centi lagi nempel," ujar Andra yang langsung dihadiahi delikan Erlan.

"Diem, monyet!!" umpat Erlan pelan. Wajahnya memerah, sialan!!

Biang keroknya juga cuma itu-itu mulu lagi.

Mata Dira berkaca-kaca  antara malu dan sedih karena merasa dihina. "Nggak, Dira nggak ciuman sama Erlan Bundaa..," rengek Dira menangis pelan.

Hal itu tentu saja membuat Andra kalang kabut. "Nggak, iya nggak. Neng Dira nggak salah. Erlan yang kala ulet, nempel mulu iya," jelas Andra panik. Apalagi  melihat isakan Dira tambah keras.

Ini dia salah apa sih?

"Ketauan lagi, awas kamu!" ancam Fani pada Erlan, kemudian mendekati Dira. "Iya, Erlan yang khilaf.  Dira nggak. Udah jangan nangis." ujar Fani menusap-usap bahu Dira. Gadis itu masih menangis sesenggukan  dari tadi. Walau tak dipungkiri rona merah memang terlihat jelas dipipi Dira.

Erlan menganga. Astagfirullah, ini kenapa Erlan yang dipojokin? Padahal tadi Dira juga diem pas dia pojokin. Eh!

"Mau ikut masak Bunda ke dapur atau sama Erlan?" tanya Fani saat tangis Dira mulai reda.

"Sini aja," kata Erlan datar membalas.

Dira menggeleng kuat. "Ikut Bundaa. Ntar khilaf  lagi," ujar Dira mengikuti Fani yang berlalu ke dapur.

Allard ngakak. "Khilafnya nggak etis banget lo. Hampir perawanin bibir Dira," ujar Allard njeplak.

"Mana ada!" bantah Erlan.

Tapi percuma. Apapun yang berhubungan dengan Dira pasti Erlan sasaranya.

  - - -

"Masak apa?" tanya Dira mengikuti Fani yang sudah berkutat dengan peralatan dapur.

"Cuma goreng Ayam sama sambel. Mereka suka banget kalau udah sambel-sambelan gitu," balas Fani menoleh, kemudian tersenyum manis melihat gebetan anaknya itu.

"Dira bantu," ujar Dira semangat.

"Bisa masak kamu?" tanya Fani sambil tersenyum lembut. Menatap Dira yang sudah menggantikan tugasnya tadi.

Dira terkekeh, berbicara pada Fani rasanya plong. Dia seperti berbicara pada teman-temannya. Wanita itu tipe orang yang asik. "Bisa dong, Dira itu suka diajarin Mama masak dulu. Dira juga suka masak sendiri," ceplos Dira.

Fani mengangguk mengerti. "Mama kamu sayang banget ya berarti. Dia mau didik kamu jadi orang yang berguna. Nggak cuma main mulu," balas Fani.

Dira terdiam sebentar, itu yang Fani tau. Seperti bungkam tak tau bagaimana harus menjawab ucapanya.

SENIOR LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang