Koreksi kalau ada typo.
***
Dira membenarkan tatanan rambutnya. Setelah selesai, Dira menenteng tasnya berjalan keluar kamar. Senyum manis tersenyum manis menuruni tangga, matanya dihadapkan dengan Mama Papa dan Kakaknya yang sudah duduk rapi dimeja makan.
"Pagii," sapa Dira riang.
"Ya," Mama Dira menyahut pelan.
"Makan Dira."
Dira menggeleng, mengambil roti berselai stroberi yang sudah dibuatkan Mamanya. "Dira langsung berangkat, Dira pamit," Dira menyalimi tangan Mama dan Papanya.
"Dah," ujar Dira pergi keluar rumah. Senyumnya terukir indah melihat Mamanya yang menawarinya makan, biasanya malah boro-boro, mereka tak akan peduli Dira sarapan atau enggak.
Langkahnya terhenti saat mendapati seseorang disana. "Jemput gue Kak?" tanya Dira berjalan maju mendekati Erlan.
Erlan mengernyit heran. "Jemput Kakak lo, jangan ge'er. Mau ada tugas Osis bareng," balasnya cuek. Cowok dengan seragam rapi dengan dasi yang terpasang di kerah seragamnya itu menyandarkan tubuhnya ke motor.
Pipi Dira memerah, tapi kesalnya lebih mendominasi. "Yaudah!" teriak Dira ketus. Gadis itu hendak pergi mencari angkutan sebelum suara kekehan Erlan menggema, menarik tangan Dira lembut.
"Iya iya. Ngambekan," balas Erlan menarik lembut Dira sampai cewek itu berada didepanya sekarang.
Dira yang kesal malah sedikit menyobek roti miliknya, memasukkan paksa ke mulut Erlan membuat cowok itu tersedak. "Sukurin," ujar Dira sebal.
Erlan mengunyah roti itu tenang. "Ngambekan, gak asik."
"Hiihhhhh!!" Dira menjambak kasar rambut Erlan membuat cowok itu mengaduh.
"Iya, astaga," rintih Erlan menatap tajam Dira. "Berani banget sekarang," ujar Erlan menatap tajam Dira.
Bibir Dira melengkung kebawah. "Salah?" tanya Dira galak.
"Salah kalau gue jambak?! Yang ngeselin siapa juga lagian!!"
"Iya iya. Gak salah, lo bener. Bener banget malah."
Erlan memakaikan helm ke kepala Dira. Menoyor pelan kening Dira membuat cewek itu mengaduh. Kemudian menaiki motornya diikuti Dira yang memegang erat seragam Erlan bagian pinggang.
***
Menjadi perhatian siswa-siswi itu tentu tak asing bagi mereka. Terutama Erlan, sejak awal motor Erlan memasuki kawasan parkiran sekolah, pandangan mereka langsung tertuju pada Dira yang membonceng Erlan dengan tenang.
Dira turun dari motor Erlan, mencopot helm dan diserahkan ke Erlan langsung. Cewek itu tersenyum manis yang dibalas senyum tipis oleh Erlan.
"Kenapa?" tanya Erlan merasa Dira memperhatikanya lekat-lekat.
Dira menggeleng pelan. "Ini beneran? Kak Erlan udah berubah kan?"
"Berubah?" beo Erlan. "Jadi apa? Orang gue aja tetep jadi Erlan. Kalaupun jadi Kingkong ya lo gak bakal mau, jelek."
"Heh!" peringat Dira mendengar ucapan Erlan yang asal ceplos. Tapi memang, walau tak sepenuhnya. Jika standar kejelekanya rendah juga Dira akan berfikir dua kali untuk itu.
Tapi walau Dira memang memandang perawakan luar, gadis itu tetap akan melihat sifat dan hatinya. Percuma kalau ganteng tapi brengsek, seratus persen juga tak ada yang mau. Kebanyakan setelah kenal pasti akan melihat hatinya, bukan fisiknya.
"Halah," cibir Erlan. Cowok itu mengusap rambut Dira pelan. "Sana, masuk. Dan buat yang kemaren-kemaren, gue minta maaf," ujar Erlan serius.
"Tapi inget ucapan gue lho Kak," balas Dira memperingati. Mereka tak sadar menjadi perhatian siswa-siswi disini.
KAMU SEDANG MEMBACA
SENIOR LOVE
Novela JuvenilErlan Anggara, ketua osis di SMA nya sendiri, SMA Cakrawala. Dingin, bermulut pedas, itu yang mereka kenal dari Erlan. Satu lagi, tampan. Semua wanita yang melihatnya akan tergila-gila, tapi tak ada berani yang mendekatinya. Erlan tak bisa tersentuh...