45. Kenal?

12.8K 1K 280
                                    

 
Happy reading!

****

"Permisi!" ujar Seina sambil mengetuk pintu. Rautnya berubah riang, gadis itu tersenyum saat pintu terbuka menampilkan Dira dengan raut wajah kagetnya.

"Kok bisa?" ujar Dira menatap Seina dan Erlan bergantian.

"Kak?"

Panggilan dari Seina maupun Dira menggantung saja di udara. Cowok itu masih tetap fokus pada Dendra, dia sama sekali tak pernah bertemu meskipun beberapa kali menemani Dira kerumah sakit. Saat mereka bertatapan, Erlan tau bahwa dia mengenal cowok itu.

"Kak!" Seina dengan terpaksa menyenggol lengan Erlan membuat cowok itu tersadar dari lamunanya.

"Ah, gue nebak aja," ujar Erlan saat tersadar dengan senggolan keras dari Seina. Cowok itu memberikan senyum tipis pada Dira.

Dira mendengus kemudian tersenyum senang dengan hal ini. "Ayo masuk," ujar Dira sedikit menyingkir dari arah pintu.

Seina mengangguk senang. "Gue kira kenapa lo gak masuk," ujarnya. Pandanganya mengarah keseluruhan ruangan. Gadis itu membuka mulutnya, terkejut melihat seorang laki-laki yang berada diatas ranjang pesakitan. Dan juga Chalya? Chalya yang Seina kenal sebagai kakak kelas itu kan?

Melihat arah pandang Seina, Dira tersenyum merangkul gadis itu. "Nanti gue cerita, oke?" Ujar Dira kemudian.

Seina tidak terlalu mempermasalahlan hal itu. Apalagi dia tadi sudah diwanti-wanti oleh Erlan untuk tidak menyinggung beberapa hal yang mungkin dia lihat kini, kecuali jika Dira ingin bercerita.

"Ah, gue kayaknya keluar dulu Kak," ujar Chalya merasa tak nyaman dengan posisinya sekarang. Apalagi mengerti bahwa dua orang yang baru saja datang itu tau beberapa perlakuan buruknya pada Dira.

"Ha?" Dendra berujar rendah, tak bisa mencegah Chalya dengan tubuh lemahnya. Tatapanya beralih pada dua orang yang baru datang. Bibirnya menyunggingkan senyum tipis menyambut sebagai bentuk keramahan.

"Siapa?" tanya Dendra pada Dira lirih.

"Ah temen!" Ujar Dira memperkenalkan Erlan dan Seina pada Kakak laki-lakinya.

Seina kini merasa tak enak kala tak membawa apa-apa untuk menjenguk Dendra. Namun bagaimana lagi, Allard sendiri yang bilang bahwa dia akan menyusul dan membelikan buah-buahan. Mereka berdua juga tidak kepikiran menunggu Allard untuk masuk ke ruang rawat.

Mengembalikan niat awalnya, Seina mendorong kursi samping ranjang pesakitan Dendra dan mendudukinya.

"Maaf kalau mengganggu waktunya Kak. Tadi sempat bingung kenapa Dira nggak berangkat, tapi dapat informasi kalau Kakaknya sakit disini," ujar Seina memulai pembicaraan dengan Dendra.

"Nggak ganggu," balas Dendra ramah.

Pada dasarnya Seina adalah gadis yang mudah memulai pembicaraan serta obrolan, apalagi jika dengan orang yang masih berhubungan dengan sahabat-sahabatnya. Maka dia tak segan berbicara lebih dahulu.

Erlan menyingkirkan ingatanya tentang Dendra yang dia kenal. Cowok itu mulai memfokuskan pandanganya pada Dira kala Seina sudah merebut atensi Dendra dan berbincang bersama.

"Mata lo bengkak." Erlan menatap mata Dira yang membengkak. Dia sangat yakin jika Dira menghabiskan malam-malamnya untuk menangis.

Dira mengusap matanya yang terkena komentar Erlan. "Gue gak nyangka lo bisa mikir kalau gue dirumah sakit."

"Gue juga." Balas Erlan. "Gue bingung harus gimana, tapi gue tau lo pasti senang dengan kondisi ini."

Dira mengangguk semangat. Gadis itu ingin menangis lagi sekarang. Selama ini dia selalu mencurahkan isi hatinya tentang kondisi Dendra pada Erlan. Jadi saat melihat laki-laki itu disini, rasanya Dira ingin menangis sambil menceritakan bagaimana perasaanya saat melihat Dendra bangun dari koma.

SENIOR LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang