21. Jauh

46K 6.2K 1.3K
                                    

********

Kaki Dira berjalan pelan di lorong rumah sakit yang nampak sepi. Hanya beberapa bilik kamar yang masih terang oleh lampu, juga suara orang bercengkrama menemani langkahnya.

Dira bukan bermaksud seperti itu pada Fani. Tapi harapanya juga pupus saat melihat betapa khawatirnya Fani terhadap Aurel. Sudah jelas, mereka mempunyai hubungan yang lebih.

Matanya memanas, Dira perempuan. Bukan murahan, dia bisa baper saat cowok memperlakukanya sebaik mungkin, memperhatikanya setiap hari. Jadi, salah Dira berharap pada Erlan?

Cowok itu tak mengharapkanya, ucapan di taman mungkin hanya tipuan semata. Hal itu membuat langkah kaki Dira makin cepat agar pulang kerumah. Air mata yang sedari tadi ia tahan menuntut supaya ditumpahkan.

Dira menatap sekeliling, dia sampai didepan rumah sakit. Sekarang, gadis itu seperti orang bodoh sekarang. Hanya menatap sekeliling, Dira tak menggunakan motor atau mobil. Dia pergi kesini menggunakan ojek, itupun diam-diam karena hari sudah malam. Walaupun mungkin mereka tak akan peduli.

"Bego banget. Makanya gampang disakitin," gumam Dira. Gadis itu hendak pergi sebelum tarikan lembut ditanganya ia dapatkan.

"Tunggu."

Dira menghela nafas. Dia kenal suara ini, gadis itu membentuk senyum dibibirnya sebelum berbalik arah. "Iya?" tanyanya lembut.

Matanya menatap Aurel yang hanya diam dengan rambut tergerai dan baju rumahan. Wajahnya cantik, polos tanpa make up. Dira akui itu.

"Apa Rel?" tanya Dira sekali lagi saat Aurel hanya diam.

"Lo sama Kak Erlan?"

Dira menahan nafas sebentar. "Enggak."

Iya kan? Dia tak punya hubungan apapun dengan seorang Erlan Anggara.

"Ra, tapi tadi kamu pelukan sama Kak Erlan," balas Aurel tajam.

Dira menghela nafas, mengernyit heran. "Lo mau ngomong apa?" tanya Dira berusaha sabar.

"Kamu yang pelukan sama Kak Erlan 'kan?"

"Iya, mau apa?" balas Dira jengah.

Aurel tampak terpengah sebentar, melepaskan cekalan tanganya dari tangan Dira. "Lo tau hubungan gue sama Kak Erlan?" lirih Aurel membuat Dira terkejut.

"Hubungan apa?" tanya Dira cepat. Matanya melirik kesekeliling, kemudian memfokuskan pandanganya kembali kearah Aurel. "Hubungan apa?" desaknya.

"Bukan, gak ada hubungan. Tapi dia salah satu orang yang bisa ngelindungin gue Dir. Gue mohonn.." pinta Aurel.

Dira mendongak merasakan matanya yang memanas. "Lindungin dari siapa?"

"Kak Allard."

Cewek itu berdecak, terkekeh miris. "Lo tau tentang kehidupan gue?!" tanyanya keras tanpa sadar.

Aurel diam membuat Dira seolah sadar bahwa ini sudah melenceng dari pembahasan sebelumnya. "Kalaupun cuma Kak Allard, harusnya ada orang lain yang berani lindungin elo kan? Papa? Mama? Kenapa cuma Erlan. Gila lo," balas Dira tajam.

Dira tersenyum remeh kala Aurel hanya diam. Tapi perkataan selanjutnya gadis itu membuat Dira membeku.

"Kak Erlan yang maju buat gue, dia bahkan udah bilang sama Papa buat ada disamping gue selalu. Jadi maaf, gue gak mau rusak pertemanan kita Dir. Tapi gue mohon lo jauhin Kak Erlan," jelas Aurel membuat Dira menahan tangisanya.

"Kak Erlan yang selalu ada sama gue saat gue butuh. Mungkin emang gitu rancanganyaa.." lirih Aurel.

Dira tersenyum manis. "Okay, tuan putri."

SENIOR LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang