43. Aurel

7.8K 875 61
                                    

HALLO!!

Tandai typo ya!

HAPPY READING!

****

"Dendra, hubungan Dira dan Mama renggang, dan itu gara-gara Mama..."

Dendra menatap langit-langit rumah sakit dalam sunyinya malam. Pikiranya masih terngiang-ngiang semua perkataan Mamanya tentang kondisi keluarganya mereka selama dirinya koma.

Orang yang pertama kali Dendra lihat setelah membuka matanya adalah sang Mama. Seseorang yang selalu dirindukan Dendra dalam ingatanya. Seseorang yang malah menangis dengan keras dan meminta maaf tentang hal yang Dendra tak ketahui selama ini. Dia hanya bisa mendengarkan dan mendengarkan saat Mamanya berbicara bagaimana kacaunya hubungan keluarga mereka selama dia koma. Dan itu adalah alasan mengapa Dira menangis keras sambil terus-terusan meminta maaf dipertemuan pertama mereka setelah sekian lama.

Dendra memejamkan matanya merasakan sakit saat tubuhnya digerakkan. Laki-laki itu menghela nafas panjang, dia benar-benar senang bisa kembali ke kehidupan normal setelah sekian lama. Tapi rasanya kecewa saat mengetahui bahwa kondisi keluarganya sudah tidak sama lagi. Lebih sedikit obrolan saat Dendra berbicara bersama orangtuanya karena perasaan kecewa itu.

Yang pasti Dendra tau dia tak bisa membenci mereka, sama sekali tak bisa. Melihat Mamanya yang mengakui sendiri bagaimana kesalahanya membuat dia yakin bahwa semuanya mulai berubah menjadi lebih baik.

"Beneran udah gak papa?" Suara lembut sang Mama mengintrupsi lamunan Dendra.

"Hem.." Dendra tersenyum hangat sambil membalas genggaman Mamanya dengan lembut. "Cuma nggak bisa tidur," ujarnya lemah.

Wajah wanita paruh baya itu berubah menjadi sendu. "Mama tau kamu kecewa sama Mama.."

"Mama selalu mikirin ini dan gak pernah tenang saat dekat sama Dira. Mama selalu ngerasa Mama udah nggak pantas lagi buat Dira. Tapi Mama benar-benar janji, Mama bakal nebus kesalahan Mama.." ujarnya pelan. Wanita itu mengelus rambut Dendra dengan sayang sebelum bergerak menarik selimut untuk menutupi tubuhnya.

"Hem..." jawaban yang sama dari Dendra dengan senyuman hangat. Cowok itu melirik kearah sofa dimana Dira tidur nyenyak dengan selimut tebal yang melingkupi. "Chalya mana?" Tanyanya pelan.

"Dia pulang sama Papa. Chalya pasti kesini besok, mana mungkin dia anggurin kakak laki-lakinya ini, dia kan sayang banget sama kamu."

"Dendra tau," ujar Dendra pelan. Laki-laki itu tersenyum mengingat adik perempuannya itu. Meski dulu selalu menjaga jarak dan selalu merasa gengsi jika diberi perhatian secara berlebihan, Dendra tau bahwa perempuan itu sangat menyayanginya.

Laki-laki itu memejamkan mata merasakan elusan nyaman dipucuk kepalanya. Suasana sunyi kembali menyergap, Dendra menghela nafas. Tanganya memegang tangan sang Mama dengan erat.

"Dendra benci, kecewa saat tau situasi ini."

Suasana menjadi tegang dengan penuturan Dendra yang tiba-tiba. Sedangkan laki-laki itu tampak tenang berbicara dengan matanya yang terpejam.

"Dendra harap Mama tepati janji Mama.."

****

"Kenapa?" Aurel menatap Allard dengan tatapan marah. Matanya terlihat sembab terlihat setelah menangis.

Allard terkekeh. "Dimarahin heh?" Ujarnya meremehkan. Cowok itu duduk disofa tunggal, matanya menatap Aurel intens.

Aurel terdiam tak memberikan respon apapun pada Allard. Gadis itu mengusap wajahnya kasar merasa kepalanya menjadi sangat pusing sekarang.

SENIOR LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang