BAGIAN : 4 - RAJAH.

21.4K 266 2
                                    

POV. Dona

Aku mendapat kabar dari Jaka adikku bila papa benar berada di daerah Jawa Tengah dekat dengan gunung Lawu atau gunung Merapi berpraktek sebagai dukun. Karena itu aku meminta adikku untuk tidak memberi tahu mama karena takut mama malah stress atau menghubungi papaku lagi. Serba salah di posisiku saat ini harus menolong mama dan juga menutupi aib yg dilakukan papa selama ini. Akupun minta pendapat Jaka adikku untuk mencari orang pintar yg bisa menyadarkan papa, setidaknya ustadz yg bisa mengusir setan di dalam jiwa papaku.

" Sudah mbak. Jaka sudah menemui seorang kyai yg bersedia membantu kita menyadarkan papa dari jarak jauh. " kata adikku dalam telepon. Hatiku lega mendengar berita itu itu. Akupun menyanggupi berapapun biayanya untuk meminta pertolongan kyai itu.. Kasihan sekali dulu mama menjadi korban papaku yg ternyata telah melakukan guna2 untuk mendapatkan hati mama. Lalu apa artinya prestasiku jika papa lebih membanggakan kesaktiannya dalam mengguna- guna wanita atau mencari kepuasan sendiri. Ah.. aku tidak bisa menuduh seperti itu. Bagaimanapun juga ia adalah orang yg paling kusayang karena telah mengukir jiwa ragaku hingga aku menjadi orang yg berguna.

Jaka sudah kutransfer untuk biaya kuliah serta mencari kyai yg bisa membuat perubahan baik dalam diri papa terlepas dari bujukan setan. Mama pastinya mengharap yg positif dari papaku yg sangat ia cintai juga di saat muda. Aku yakin jika papa bisa sembuh dan tidak melanjutkan profesi yg menyesatkan itu.

***

Sedih rasanya dipermalukan den Bei dengan ilmunya hingga Sono kakinya kram tidak kuat melangkahi pintu pendoponya. Kini Sono akan membalas sakit hatinya dengan tetap mengirim guna2 ke semua istri Bei agar datang ke rumahnya untuk minta disetubuhi.. Seorang laki2 tua menaiki sepeda motor berboncengan dengan seorang gadis muda berhenti di pelataran rumah Mbah Sono. Ia terlihat sangat sedih karena putrinya yg dibawa ke tumah mbah Sono sudah sebulan ini tidak mau bicara dan hanya teriak2 sambil mengacung- acungkan tangan.
Pak Nur membawa ke rumah itu agar mbah Sono bisa mengusir setan yg menempel di tubuh putrinya. Bagi mbah Sono hal itu sangat mudah karena itu memang keahliannya.

" Maaf mbah..anak Saya jadi begini..nduk..sini..biar dijamoni mbah Sono.."Kata laki2 tua itu sambil menarik lengan putrinya. Mbah Sono masih kepikiran dengan Den Bei yg sengaja menjebaknya. Iapun tidak fokus mengobati pasien barunya.

" Heh, heh, !!" kata mbah Sono sambil mengusap jidat gadis itu. Seketika gadis itu lemas tak sadarkan diri. Orang tuanya yg menggendong dan membawanya masuk ke rumah mbah Sono.
" Bawa masuk ke dalam kamar dan kamu tinggal saja. " kata mbah Sono penuh wibawa.
" Bisa ditunggu nggak mbah ?"
" Bisa..paling 2 jam juga selesai."
" Tolong dipasangi rajah sekalian mbah.."
" Hhmm yg masangi rajah ya kamu. Aku cuma memberi rajah nanti."
" I..iya mbah..maaf.." kata Nursare sambil mundur keluar duduk di teras.
Sono mengambil piranti ritual berupa sepasang keris, anglo berisi arang, kain mori putih dan baskom berisi air serta kembang setaman. Usai menaburi serbuk menyan diatas bara arang di anglo hingga mengepulkan asap dengan aroma kemenyan.

" Siapa namamu nduk ?"
" Minten."
" Mulai sekarang kamu jadi putriku, yg harus patuh kepadaku Minten."
" Baik mbah."
" Bangunlah..lepas semua pikiranmu dan kembali tiduran..ayoh..bangun"

" Bangunlah Minten..bapakmu menunggu di luar..pulanglah."
Mintenpun bangun dan setengah terkejut. Ia memandangi mbah Sono dengan penuh kasih.

" Mbah ..aku ingin ikut mbah..aku sangat sayang kepada mbah.." kata Minten sambil menggelayuti lengan Sono. Sono baru sadar jika ia belum pulihkan kesadaran gadis itu dari pengaruh ajian pemikat jiwa. Kembali ia usap jidat gadis itu hingga pingsan.

Sambil komat- kamit baca mantra, Sono bisikkan kata2 ke kuping gadis itu. " Buka matamu..lalu temuilah bapakmu. Sayangi bapakmu ya nduk..besok kamu kembali ke sekolah.." bisik Sono. Minten mulai sadar. Ia buru2 memakai pakaiannya selagi tidak ada mbah Sono yg keluar meninggalkan dia di dalam kamar.

" Bapakk!! Anter aku pulang pak'"
Bahagianya Nursareh mendapati putrinya telah sembuh dari gilanya. Mbah Sono menarik nafas lega. Ia telah menyembuhkan Minten dengan Ki Sabuk Alu. Tapi ia juga sudah memberi rajah penolak bala kepada Nursare.
" Ini kamu kubur di bawah pintu kamar putrimu. Dan ini kamu gantung diatas pintu rumahmu." kata mbah Sono.

" Terimakasih mbah..terimakasih." kata Nursare sambil meninggalkan segepok uang yg dibungkus kain batik.
" Kami pulang mbah.."
'" Yah..semoga tidak kumat lagi. Kalau pingin ketemu aku, antar saja ke rumahku.." kata mbah Sono. Yg sudah mengikat jiwa Minten dengan ki Sabuk Alu. Yang membuat gadis itu selalu teringat apa yg telah dilakukan bersama mbah Sono.

****

GUNA-GUNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang