BAGIAN : 69 BUAYA PUTIH.

591 9 0
                                    

Badut sangat terkejut ketika mendengar kabar Tehe meninggal saat terbangun dari tidurnya. Bukannya kemaren sempat marah dan bertarung dengannya sebelum apel di rumah janda ayu Wulan Gurihto? Tapi Tehe bersorak girang jika berita itu benar, karena tidak ada lagi saingannya untuk mengapeli janda cantik itu. Mungkin Tehe mati karena kena santet Badut yg merasa malu kalah bertarung dengan bujang lapuk itu.

"Mas Badut kok gak pernah ke rumahku sih sekarang?" tanya Nurjanah yg tumben pulang sekolah mampir ke rumahnya. Badut tersenyum sakit hatinya terobati kedatangan Janah.

"Baru pulang ya?" jawab Badut sambil menyalami tangan remaja cantik itu. Janah ketagihan dikasih uang Badut sambil meremas pipo Londo. Badut yakin pelet kutut manggungnya masih punya aura tinggi. Buktinya Nurjanah mendadak mampir ke rumah disaat ia galau karena tak jadi bercinta dengan janda ayu Wulan Gurih.

"Sini masuk.. aku lagi capek nih..tadi kirim bata ke kota sendirian." kata Badut yg kini tidak lagi dikeneki Slamet. Nurjanah yg masih pakai seragam biru putih itu bergegas melepas roknya dan celdam menggandeng tangan Badut yg menarik ke dalam kamar.

"Ah.. kamu sekarang makin cantik Nur" kata Badut sambil mengusap dada gadis itu yg bertambah besar dan erotis.

"Sini mau tak pijiti gak?" tanya Nurjanah yg sudah polos berjongkok didepan muka Badut. Badut malah meraih dompet remaja itu dan menciumi hingga Nurjanah menggelinjang enak. Nurjanah yang sudah terbelenggu hasrat birahi sejak kenal dengan Badut, kini sudah terlupakan oleh Slamet yg lebih suka mencari cewek cantik lain karena malu bermain dengan adik sendiri. Otomatis uang jajan dari Slamet sudah distop. Kalau dengan Badut kan bebas. Tempiknya yg masih gundul itu terasa berdenyut bila dijilati Badut dan dipijit kacangnya yg mekar dan basah.

"Diihhhhh.. keri mas" kata Nurjanah menahan rasa geli bila kacangnya digigit Badut.

"Enak gak?" tanya Badut saat melihat wajah Nurjanah yg pringisan karena menggelinjang.

"Tak lingguh nek pangkon ya mas.." ajak Nurjanah untuk bercinta dengan posisi duduk. Badutpun bangkit dan tiduran terlentang membiarkan Nurjanah meletakkan burung onta masuk ke dompetnya yg sudah basah.

"Hekkk..hekk..sesak mas" kata Nurjanah yg meringis sakit karena kepala burung onta yg kek ulekan sambel itu sulit masuk ke dalam dompet yg masih sempit. Tapi Badut kemudian menarik pantat mulus gadis itu kebawah dan bergerak mendorong pusakanya menikam ke atas sangat kuat.

"Hhhhhkkkk..bluuss"

"Hhhhh ... sakit mas"

"Bentar aja kok.. ntar juga enak..nanti tak kasih duit banyak" kata Badut yg akhirnya berhasil menjebol benteng Nurjanah. Badut keringatan sampai basahi kasur dan sarungnya. Tempik Nurjanah sudah melahap kepala burung hingga bonggolnya. Badutpun tumbang setelah muntah2 santen kanil dan membasahi sarungnya saat Nurjanah sangat getol karena sudah gatel nikmati genjotan yg sangat enak.

"Wes nduk.. wes.. " kata Badut yg merasa sangat puas karena burungnya susut dan gepeng tertindih tubuh gadis itu.

Nurjanah masih ngos2 an sambil meraih burung Badut yg sudah nglemprek dan hampir tak berujud.Badut bangun merogoh saku celana untuk mengambil duit buat bonus Nurjanah. Sedang Nurjanah yg sudah polos itu malah merangkak menyepong miliknya sambil meletakkan dompet yg basah itu persis diatas mulut Badut. Bau kecing dompet itu sangat menyengat dan membangkitkan gejolak asmara Badut yang tak mau melepaskan tubuh molek remaja SMP itu.

***

Kematian Tehe membakar semangat Badut untuk kembali mengapeli Wulan si janda cantik. Tapi ada berita yg didengar Badut sangat mengejutkan. Wulan punya pesugihan Buaya putih.

GUNA-GUNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang