BAGIAN : 43

1.5K 31 0
                                    

Kontrakan Mbah Sono mulai ramai didatangi para pejabat di Jakarta setelah menolong beberapa orang dalam urusan pekerjaan. Ada yg minta jabatannya bertahan, ada yg minta disukai atasan dan ada yg minta pengasihan. Sebenarnya Mbah Sono sudah dapat uang milyaran dan dibelikan rumah oleh Gupolo bupati yg dibekingi dulu. Bahkan di Kebayoran ia bisa bebas tinggal di rumah saudara dari pak bupati dengan ditemani putrinya. Tapi Mbah Sono tidak suka tinggal bersama orang lain. Ia senang tinggal sendiri dan membagikan uang hasil dari pemberian orang kepada fakir miskin. Seperti yg sekarang dilakukan di rumah kontrakannya. Bu Dedeh ikut membantu membagikan sembako dan uang kepada warga yg tidak mampu dalam kampungnya.

Sampai pak lurah dan pak camat setiap bulan ikut datang menyaksikan penyelenggaraan open house dari Mbah Sono. Bu Dedeh ikut terharu menyaksikan karena ia sendiri yg punya rumah kontrakan banyak tak mampu mengadakan open house. Pak camat sudah dengar profesi Mbah Sono yg sebagai dukun. Percaya tidak percaya, warga sekitar Mbah Sono tidak keberatan ada dukun tinggal di kampung itu. Kalaupun ada segelintir orang yg sirik karena ia kalah pamor tidak mampu sedekah hingga suka memfitnah kalau sedekah dari Mbah Sono itu uang haram ! Tapi segelintir orang itu hanya berani berbisik diluar. Karena setiap mau masuk ke rumah kontrakan Mbah Sono, nyalinya jadi ciut. Ia bahkan pernah datang ke rumah Mbah Sono bersama massa mau mengusir. Tapi sesampai di dalam rumah, berhadapan dengan Mbah Sono tidak bisa omong apa2. Mulutnya disirep ilmu Mbah Sono. Akhirnya mereka pulang setelah diberi bantuan uang untuk bangun jalan oleh Mbah Sono .

" Mohon pamit ya Mbah.. terima kasih bantuan Mbah kepada warga di sini..assalamualaikum wa rahmatullahi wa barokahtu." kata pak lurah sambil membungkukkan kepala memberi hormat pada Mbah Sono.

Belum lagi rombongan pak lurah pergi, sudah datang rombongan aparat yg terlihat mobilnya Jeep hijau dan plat nomer beda. Rombongan pak lurah tambah bingung dan termangu menyaksikan para aparat keluar dari mobil langsung masuk halaman rumah kontrakan Mbah Sono.

Pak lurah sampai menyalami mereka sambil membungkukkan badan karena memberi hormat kepada para pejabat. Jangan2 mereka akan menangkap Mbah Sono. Pikir pak lurah hingga tidak langsung pergi meninggalkan tempat itu.

Pak lurah berjajar dengan warga yg ikut bersamanya menonton apa yg akan terjadi. Terlihat Mbah Sono berdiri di depan pintu dengan kedua tangan memadu di perut. Atau ngapueancang basa Jawanya.

Satu persatu para aparat itu masuk ke rumah Mbah Sono. Sedang yg diluar tentu sekuritinya. Waah pak lurah jadi geleng kepala.

" Bagaimana kalau Mbah ikut kami ke markas saja. Karena waktunya mepet besok sudah hari H. Bagaimana Mbah ?" kata pejabat itu sambil mendekati kuping Mbah Sono yg kurang denger.

" Baiklah. Tapi aku cuma begini saja gapapa kan ?"

" Kami sudah siapkan pakaian ganti untuk Mbah. Semua piranti sudah kami siapkan."

Akhirnya sore itu juga Mbah Sono harus dibawa ke markas tamunya guna memberi dukungan gaib dalam acara official. Saat keluar gerbang rumahnya, Mbah Sono menyalami pak lurah dan perangkat pamong yg masih menunggu dengan sabar di jalanan.

" Maaf pak lurah, saya ada keperluan di kabupaten, tolong dijaga rumah saya ya pak." kata Mbah Sono.
Melihat para pejabat sangat menghormati Mbah Sono, pak lurah jadi salah tingkah ikut nyalami dan cium tangan dukun tua itu.

***

     Ternyata Mbah Sono sudah disediakan rumah besar untuk menginap dan telah disediakan semua piranti ritual Mbah Sono yg Minggu depan akan meruwat puluhan aparat sipil yg sudah diberitahu Gupolo akan kepiawaian dukun sakti itu.  Termasuk Tyas dan Upik yg melayani Mbah Sono dalam menyiapkan piranti ritual serta kulinernya. Gadis itu yg memaksa bapaknya untuk ikut serta membantu Mbah Sono yg dianggapnya sebagai kakek sendiri.  Gupolo dan isterinya tidak keberatan karena semenjak kenal dengan dukun tua itu, kedua putrinya jadi bersemangat belajar maupun membantu ayahnya.

     " Mbah nanti tidur di sini.. enak lho buka jendela langsung lihat pemandangan kota Jakarta. " kata Upik yg lagi liburan sekolah pengin nemenin mbahnya.

      " Yah..aku mah dimana saja gak masalah neng." jawab Mbah Sono sambil meneguk kopi buatan Upik.

       " Jangan kuatir, nanti Upik mau tidur sama Mbah kok. Boleh kan ?" kata Upik yg cuma pakai celana pendek kolor dan kaos singlet tipis. Mbah Sono ngliatin saja puting gadis itu yg menyembul dibalik singletnya karena tidak pake bra.

       " Kamu kok ikut ke Jakarta lagi to nduk ? Bukane bapakmu lagi pesta di kampung.?" tanya Mbah Sono sambil meraba paha mulus gadis itu.

       " Kan Upik udah minta ijin bapak. Habis Upik pengin Deket terus sama Mbah sih." kata Upik yg manja.

       " Mbakyumu Tyas juga ikut ?"

       " Iyalah. kata mbakku juga terlanjur cinta sama Mbah Sono ," kata gadis itu sambil membiarkan teteknya digerayangi tangan Mbah Sono dan dipijit putingnya.

GUNA-GUNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang