Bagian 36

13.2K 681 31
                                    

Perempuan itu menggenggam kedua tangannya dengan erat. Berkali-kali mencoba membuat hatinya tenang namun tidak bisa. Pikirannya pergi mencari jalan keluar, tetapi tidak ada yang bisa ia lakukan sekarang. Ia bahkan sudah berpikir apa yang akan terjadi selanjutnya.

Nadira memejamkan mata, kedua telapak tangan menutupi sejenak wajahnya yang tertunduk lesu di depan ruang gawat darurat. Meski kakinya terasa lemah tetapi ia tidak ingin duduk. Dalam hatinya ia berdoa, semoga semuanya akan baik-baik saja.

"Nadira,"

Panggilan itu membuatnya menoleh segera. Seorang wanita berjalan ke arahnya dengan begitu tergesa. Wajah perempuan dengan rambut panjangnya itu terlihat cemas.

"Ali?"

Nadira bisa melihat Keysha menatapnya dengan lekat, seolah berharap tidak terjadi apa-apa. Tetapi dengan seperti ini hati Nadira juga ikut merasa lebih getir.

Keysha menunggu jawaban. Nadira berbicara dengan suara sedikit bergetar.

"Kak, saya minta maaf," Ucapnya.

Keysha menggeleng "Enggak. Maksud kamu apa?"

Nadira tidak peduli jika ia akan disalahkan. Karena baginya keadaan Ali yang seperti ini juga karena kesalahannya.

"Mas Ali drop." Ucapnya lirih.

Tatapan Keysha meredup sebentar. Hatinya lebih kalut, ia takut akan terjadi hal yang tidak diharapkan pada Ali. Ia jelas sudah mengira kalau akan seperti ini, karena sejak awal ia tahu, kalau sakit Ali bukan main-main.

Keysha memejamkan pelupuk matanya, ia terduduk pada kursi disampingnya. Nadira juga ikut duduk di sebelah kakak iparnya itu. Kedua orang ini sama-sama gelisah.

"Saya minta maaf, Kak," Ucap Nadira pelan. Tidak ada yang bisa ia katakan selain itu.

"Saya tidak bisa menjaga ucapan saya kalau Mas Ali baik-baik saja."

Mata Nadira menerawang ke arah lain. Ia teringat terakhir kali Ali marah padanya tanpa alasan yang jelas. Kalau bukan ia yang salah kenapa Ali marah sampai seperti itu. Meskipun ia tidak mengerti ada apa, tetapi kejadian itu membuatnya berpikir dan merasa bersalah.

"Saya benar-benar minta maaf, Kak."

"Dira, Udah," Keysha menoleh. Mereka saling melihat dengan tatapan menguatkan satu sama lain.

"Kamu nggak salah. Aku tau gimana sikap Ali, aku juga tau sakit Ali bukan sakit biasa. Kapan-kapan bisa drop. Tapi jujur, aku masih nggak bisa terima kalo Ali sakit. Aku nggak tega."

Air mata Keysha mulai menitih keluar. Dan ia segera mengusapnya. Kerongkongan Nadira ikut merasa kering, bisa di perkirakan beberapa detik lagi cairan bening itu mungkin akan keluar juga dari pelupuk matanya.

"Aku cuma mau Ali baik-baik aja. Liat dia kurusan kayak gitu aku makin nggak tega." Ucap Keysha sekali lagi.

Nadira bisa mengerti. Ia tahu Keysha sangat dekat dengan Ali. Apapun yang berhubungan dengan Ali Keysha selalu ingin ada disampingnya. Sama seperti Zoya, namun hubungan Ali dengan Keysha memang lebih dekat sejak kecil.

Dokter dan beberapa perawat keluar dari ruangan gawat darurat. Keysha dan Nadira segera mendekat. Sebelum ditanya dokter sudah berbicara.

"Pasien belum siuman. Setelah selesai waktu maghrib, keluarga pasien silahkan ke ruangan saya, ya." Kata pria yang memakai jas putih itu.

Nadira dan Keysha mengangguk. Perasaan mereka semakin tidak tenang. Dokter tidak menjelaskan apapun selain Ali belum sadarkan diri. Dan meminta agar mereka menemui dokter di ruangannya. Sudah jelas ada yang perlu dibicarakan. Dan itu adalah hal serius.

NadiraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang