Bagian 50

21.7K 1K 117
                                    

Pintu rumah bewarna putih itu dibuka. Seorang perempuan yang berada dibelakang punggung lelaki itu menunggunya untuk masuk, tetapi pria bertubuh tegap ini malah mempersilahkannya masuk ke dalam lebih dulu. Dan tanpa berpikir panjang ia mendahului.

Nadira berjalan begitu saja tanpa menunggu Ali. Sementara Ali masih menutup pintu dan menguncinya. Lelaki yang tengah membawa tas berukuran sedang itu mengikuti langkah Nadira untuk naik ke atas tangga. Ia tahu kemana arah tujuan Nadira setelah itu, yang pasti adalah kamarnya sendiri.

"Kamu mau masuk?" Tanya Ali kikuk.

Langkah mereka berhenti saat berada di depan pintu kamar tidur Nadira.

"Iya." Jawab Nadira dengan satu kali anggukan. "Tasnya biar saya bawa." Katanya.

Sebenarnya Ali ragu untuk memberikan tas yang ia bawa kepada Nadira. Tetapi karena istrinya tidak menawarkan dan langsung meminta barang itu, Ali tidak bisa menolak.

Dan setelah menerima tas itu pun Nadira segera berbalik untuk membuka pintu kamarnya yang tidak terkunci.

"Emm, Ra?"

Suara Ali menghentikan aktivitasnya. Ya, Ali memanggilnya dengan panggilan baru yang selama ini belum pernah Nadira dengar.

Wanita berjilbab itu menoleh.

"Mbok Inem pulang, Pak Restu juga. Jadi kalau ada apa-apa kamu bisa ngomong sama aku." Ucap Ali langsung saja.

Sebenarnya padahal banyak hal yang ingin ia bicarakan kepada Nadira. Tetapi setelah berpikir beberapa detik, ia mengurungkan niatnya itu meskipun hanya ingin mengatakan kalau ia ingin istrinya meninggalkan ruangan ini.

Matanya menatap Nadira penuh harap. Tetapi perempuan yang baru saja melihatnya itu beralih lagi. Arah matanya berpaling.

"Iya, Mas." Ujar Nadira kemudian masuk begitu saja menuju kamarnya.

Sebelum menutup pintu ia mengangguk satu kali kepada Ali saat masih menjumpai suaminya itu disana.

Cklek.

Ali masih disana dengan hawa hatinya yang kembali tidak karuan. Ia harus menerima situasi saat ini. Ternyata keadaan tidak berbalik dengan mudah. Apalagi banyak hal yang harus ia bayar setelah kejadian dan kesalahan yang ia lakukan. Ali harus mengerti rasanya diabaikan sesakit ini. Meskipun istrinya masih menjawabnya saat bertanya, tetapi masih permulaan saja seolah-olah hatinya sudah tidak sanggup.

Nadira memang sudah kembali. Tetapi sikap wanita itu sangat berbeda. Banyak hal yang mengganggu pikiran Ali. Hingga ia bingung untuk menyimpulkan. Ia gundah, perasaannya kembali tidak karuan. Apa sikap Nadira yang seperti itu adalah tanda kalau wanita itu akan benar-benar berubah?

Namun apa mungkin juga jika Nadira masih lelah setelah pulang dari rumah sakit?

Ali memejamkan matanya. Juga menghembuskan nafasnya pelan. Seharusnya ia mengerti kalau sikap Nadira yang seperti itu adalah hal yang sangat wajar. Kesalahan yang ia lakukan bukan suatu hal yang sepele. Dan tidak mungkin seseorang berubah tanpa sebab.

Gelisah. Itu yang sedang Ali rasakan. Tetapi ia harus kembali berpikir realistis. Masih ada kabar baik saat Nadira ikut kembali pulang bersamanya, dan sangat tidak tahu diri jika Ali meminta lebih.

Kali ini Ali akan bersabar dan memikirkan cara bagaimana langkah yang tepat untuk memperbaiki semuanya.

🌺🌺🌺🌺

Pukul enam lebih lima belas menit. Seorang lelaki membawa jas kerjanya itu menuruni anak tangga dengan cepat. Hingga saat kedua bola matanya menemukan perempuan yang sibuk di dapur, langkahnya pun kian melambat.

NadiraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang