Perempuan cantik itu sudah bersenda gurau dengan adiknya sejak pukul empat lebih satu menit sore hari. Mereka duduk di kursi luar rumah. Senyumnya masih tampak meskipun dari kemarin pikirannya sedikit terusik tentang hal yang menyangkut masa depannya. Apalagi harapan untuk kuliah juga ia idam-idamkan sejak dulu.
"Kak"
Nadira menengok "Hmm?"
"Kenapa?"
"Enggak apa-apa"
Kayla berpikir sebentar "Kakak nggak usah kepikiran apa-apa. Lagian kakak sekarang kan udah lulus, udah pulang. Ini saatnya kakak bahagia, kakak udah jauh dari aku selama enam tahun ini"
"Iya. Kakak nggak apa- apa, kok" Nadira tersenyum. Inginnya juga begitu
Dina keluar dari rumah. Ia berada di teras sejenak karena mengambil sesuatu disana
"Ma"
Panggilan Kayla membuat Dina menengok
"Hm?"
"Mama sibuk?"
"Emangnya kenapa?" Tanyanya lagi
"Mama sibuk atau enggak?"
"Enggak. Kenapa?"
Kayla melengkungkan bibir ke atas, kemudian berdiri
"Mama duduk disini" Kayla memegang lengan mamanya dan sedikit menarik hingga Dina terpaksa duduk
"Kenapa, sih Kay? Mama ada kerjaan" Dina tidak marah. Hanya saja ia ia bingung
"Katanya mama nggak sibuk. Kayla mau ke kamar mandi dulu. Titip kakak, ya"
Setelah Kayla masuk, Dina mencoba berdiri
"Ada-ada aja"
"Ma"
Panngilan Nadira kali ini terdengar tidak yakin. Dina tidak menoleh, ia memilih berdiri dari kursi
"Dira ingin bicara"
Seperti terpaksa sekali Dina menuruti Nadira yang akan bicara. Ia duduk lagi di kursi yang akan ditinggalkannya lima detik lalu
"Kata Papa, ada orang yang datang kesini buat lamar Dira. Apa Mama tahu?"
"Iya."
Nadira menggigit bibir bawahnya "Kalau boleh Dira tanya, apa Mama mengizinkan Dira buat menerima lamaran itu?"
"Atau Mama lebih ingin agar Dira fokus dengan pendidikan yang mau Dira lanjutkan?"
Dina menghembuskan nafas panjangnya dengan pelan
"Terserah kamu. Keputusan itu sudah ada di tangan kamu"
"Iya. Tapi Dira mau minta pendapat sama Mama, apa boleh..."
"Boleh. Boleh sekali"
Tatapan Dina tetap lurus. Tidak menengok anaknya yang bicara. Bahkan ucapannya kali ini terdengar sedikit menekan
"Apa Mama tidak keberatan kalau Dira menikah dan... cepat berpisah dari mama sama Papa? Dira baru aja keluar dari Pesantren"
"Apa Dira..."
"Tidak. Aku sama sekali tidak keberatan jika setelah ini kamu menikah." Jawabnya lebih menekan
Mata mereka bertemu. Dina melanjutkan
"Apa urusannya denganku? Berpendidikan atau tidaknya kamu, bukan urusanku. Bukannya Mas Adji sudah mengeluarkan banyak uang buat biaya pesantren kamu selama enam tahun? Kamu tidak sadar?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Nadira
General Fiction[BELUM TAHAP REVISI] "Aku tidak suka perempuan berjilbab!" Kata laki-laki itu kian tajam. "Lalu apa yang harus saya lakukan?" "Melepas jilbabmu. mungkin aku bisa saja terbuka karena itu" Tidak menunggu jarak sedikitpun, lelaki itu pergi, melewati pe...