Pukul lima sore. Lelaki itu sudah berada di ruang keluarga. Masih dengan laptopnya di meja. Sesekali sepuluh jari dari dua tangannya menekan ringan keyboard benda persegi panjang itu bergantian.
Kali ini Ali sudah berganti baju santai setelah pulang dari kantor satu jam yang lalu dan mandi. Pria itu tampak segar dengan baju santainya. Tetapi tetap saja fokus dengan apa yang ada dihadapannya saat ini.
Dari pintu ruangan itu, perempuan cantik yang masih setia dengan jilbabanya itu datang. Tidak sendiri, ia membawa secangkir kopi hitam diatas nampan.
"Maaf, Mas. Kopinya ditaruh dimana, ya?"
Ali menoleh nampan itu. Ia hanya memberi isyarat agar kopi itu di letakkan disini saja
Beberapa detik berikutnya, kopi itu sudah ada di meja sebelah laptop agak jauh sedikit.
"Saya gantikan Mbok Inem dulu mengantar kopi. Mbok Inem masih masak soalnya" Kata Nadira
Ali hanya mengangguk sebagai jawaban. Lelaki berkaos putih itu masih saja setia dengan laptopnya.
"Ya sudah. Saya permisi dulu"
Nadira keluar dari sana dan menutup pintu. Ia berjalan lagi menuruni anak tangga rumah menuju dapur. Ia letakkan nampan di atas meja.
"Maaf, Mbak. Saya merepotkan. Selalu"
Kata Mbok Inem. Perempuan berdaster itu mengaduk-aduk sesuatu di dalam panci
"Eh, apanya sih, Mbok. Ndak kok. Ndak merepotkan" Jawab Nadira tersenyum
Ting tung..
Dua orang di dapur saling melihat.
"Siapa, ya, Mbok?"
Mbok Inem menggeleng "Kok bertamu jam segini, ya, Mbak?"
"Sebentar biar saya yang buka"
Nadira bergegas dari dapur ruang tamu. Ia akan membuka pintu itu agar tamu tidak lama menunggu di luar.
Ceklek, pintu dibuka
Sebenarnya Nadira sedikit terkejut dengan dua orang lelaki didepannya. Kenapa meraka datang sore sekali? Ada urusan pekerjaan mungkin
"Permisi" Kata Mario dan Hiro di depan pintu
Nadira mengangguk ramah "Silahkan masuk. Mari"
Dua orang lelaki itu melewati ambang pintu setelah pemilik rumah mempersilahkan.
"Silahkan duduk dulu. Saya akan panggilkan Mas Ali"
Nadira masuk. Ia menaiki tangga lagi menuju tempat dimana Ali berada. Seejenak mengetuk pintu yang terbuka itu, Ali menoleh
"Maaf, Mas. Ada teman Mas Ali dibawah" Kata Nadira
Ali hanya mengangguk. Nadira pamit pergi
"Suruh mereka tunggu sebentar" Ucap Ali
"Iya"
Nadira tidak berbalik. Ia hanya mengiyakan dan melanjutkan langkah kakinya lagi
"Mbok, tolong buatkan minuman, ya" Kata Nadira setelah ia sampai di ruang makan.
"Iya, Mbak"
Perempuan itu berjalan lagi tanpa tergesa-gesa menuju ruang tamu. Mario dan Hiro yang sedari tadi berbicang diam saat Nadira datang
"Mas Ali masih di atas, Mas. Katanya disuruh tunggu sebentar"
"Iya. Makasih. Maaf merepotkan" Mario menjawab
"Maaf juga karena kami datang mau malam seperti ini" Hiro menambahi
Nadira mengangguk. Ia menyunggingkan senyum kepada dua tamunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nadira
General Fiction[BELUM TAHAP REVISI] "Aku tidak suka perempuan berjilbab!" Kata laki-laki itu kian tajam. "Lalu apa yang harus saya lakukan?" "Melepas jilbabmu. mungkin aku bisa saja terbuka karena itu" Tidak menunggu jarak sedikitpun, lelaki itu pergi, melewati pe...