Pagi-pagi saat Nadira berada di dapur, ada yang mengetuk pintu. Ini baru pukul tujuh, siapa yang bertamu?
"Siapa, ya, Mbok?" Tanya Nadira
Mbok Inem menggelang tidak tahu "Ndak tahu, Mbak. Mungkin saya buka pintunya?"
"Bentar, Mbok. Saya saja"
Kata Nadira. Ia sendiri yang memutuskan mengakhiri aktifitasnya didapur dan pergi menuju ruang tamu
Nadira dikejutkan dengan kehadiran seseorang didepan pintu
"Papa?"
Lelaki di depan pintu itu tersenyum. Nadira segera mencium tangan Adji
"Masuk dulu, Pa. Papa mau kerja, ya?" Tanya Nadira sekaligus
"Iya, jadi nggak bisa lama-lama. Papa cuma mau kasih ini"
Adji menyerahan amplop cokelat pada Nadira, Nadira menerimanya. Perempuan itu bingung dengan apa yang dibawa ayahnya
"Ini apa, Pa? Dari siapa?"
"Papa juga nggak tahu, tadi ada Pak Pos yang kirim surat. Katanya buat Nadira, mungkin yang kirim belum tahu kalau kamu udah pindah"
Nadira mengangguk angguk
"Makasih, Pa. Mungkin teman Dira. Papa Masuk dulu, mungkin?" Tawar Nadira lagi
"Papa harus cepat-cepat berangkat ke kantor sekarang, berangkat dulu, ya"
Ali menghampiri mertuanya. Sebenarnya dari jarak yang cukup jauh tadi ia tidak ingin menemui, tetapi itu bukan sikap yang baik. Ia menghampiri ayah mertuanya, agar terkesan rumah tangganya dalam keadaan baik-baik saja
"Masuk dulu, Pa?"
Adji menengok lelaki yang berada di belakang Nadira. Nadira sendiri sedikit terkejut. Ada Ali disini?
"Lain kali saja, ya. Papa harus berangkat sekarang" Jawab lelaki bijak itu dengan tersenyum. "Kamu juga mau berangkat, kan?" Tanyanya balik kepada Ali
"Iya, Pa"
"Kita bisa berangkat sama-sama? Ya meskipun beda jalur"
Ali tersenyum. Ia mengiyakan tawaran Adji.
"Iya, Pa. Mari"
Sebelum keduanya melangkahkan kaki ke halaman rumah, Ali menengok perempuan yang berada di belakangnya. Ia harus melakukan apa yang biasanya dilakukan pasangan ketika suaminya pamit berangkat kerja
"Aku berangkat dulu. Assalamu'alaikum"
Hanya itu yang Ali ucapkan, tetapi membuat dada Nadira sedikit bersorak. Ia benar-benar berusaha untuk tenang. Ia tidak boleh tersenyum, tetapi boleh bersikap ramah.
Nadira menjawab salam, Ali dan Adji masuk ke dua mobil masing-masing. Adji masuk di mobilnya, dan Ali masuk mobilnya sendiri
Dua mobil itu berangkat. Senyum Nadira mulai tampak. Perempuan cantik itu merasa sudah jadi istri sekarang. Selama satu bulan yang lalu menikah, baru kali ini Ali mengucapkan salam dan pamit ketika akan berangkat bekarja. Ya meskipun ia tahu, itu mungkin karena ada Adji, agar rumah tangganya tampak baik-baik saja
Setelah puas bergumam dalam hati, Nadira masuk dan menutup pintu. Melangkahkan kaki di dapur untuk pamit sebentar pada Mbok Inem, ia akan ke kamar, ia ingin membaca titipan yang ada di genggamannya.
Nadira memasuki kamarnya dan duduk di tepi kasur, perempuan yang setia dengan jilbabnya itu mulai membuka amplop
KAMU SEDANG MEMBACA
Nadira
General Fiction[BELUM TAHAP REVISI] "Aku tidak suka perempuan berjilbab!" Kata laki-laki itu kian tajam. "Lalu apa yang harus saya lakukan?" "Melepas jilbabmu. mungkin aku bisa saja terbuka karena itu" Tidak menunggu jarak sedikitpun, lelaki itu pergi, melewati pe...