Waktu menunjukkan pukul enam lebih lima belas menit. Seperti tiga hari yang lalu, sejak Nadira berada di rumah ini, ia menyiapkan beberapa menu di meja makan bersama Mbok Inem.
Ali turun melewati tangga. Ia tampak berbicara melalui telepon. Tangan kirinya membawa tas dan jas hitam. Sementara tangan kirinya setia memegang benda persegi panjang pada telinga kanannya itu.
"Harus hari ini?" Katanya lagi dalam telepon
Nadira dan Mbok Inem menoleh sebentar. Setelah makanan sudah siap di meja, Mbok Inem pamit ke dapur.
Ali duduk di kursi ruang makan. Begitu juga dengan Nadira.
"Hari ini kemana?" Tanya Ali tanpa menengok
Nadira menoleh. Ali berbicara dengannya?
"Maaf. Maksud Mas Ali, saya?" Tanyanya pelan
"Ya" Jawab Ali, singkat
"Tidak kemana-mana. Memangnya ada apa, Mas?"
"Mama telpon, katanya mau ketemu sama kamu." Ucap Ali. Ia mulai memakan satu piring hidangan di meja itu dalam satu porsi
"Mama Nisa?" Tanya Nadira memperjelas kalau yang di maksud mama adalah mama mertuanya.
"Ya. Kalau nanti aku berangkat, kamu ikut aku ke rumah mama. Bisa?"
Nadira mengangguk mengiyakan.
🌺🌺🌺🌺
Tok-tok-tok
"Assalamu'alaikum"
Ceklek. Pintu dibuka
"Wa'alaikum salam. Ya Allah, akhirnya kesini juga"
Nisa memeluk Nadira yang berada di luar pintu bersama Ali.
"Mama ini pengen lihat menantu mama yang cantik ini." Ucap Nisa lagi, semangat. Nadira tersenyum
"Kamu mau berangkat?" Tanya Nisa bergilir kepada Ali
"Iya, Ma. Ali langsung berangkat aja" Jawab Ali. Ia menengok jam di pergelangan tangan kanannya, tepat pukul tujuh
"Ya udah."
"Assalamu'alaikum"
"Wa'alaikum salam" Jawab mertua dan menantu itu serentak. Kemudian mereka sama-sama masuk.
Nisa menggandeng tangan kiri Nadira menuju ruang tamu. Wanita berusia lima puluh tahunan itu masih tetap berwajah sumringah. Terlihat senang sekali kala menantu perempuannya datang saat ini.
"Duduk disini. Kamu mau minum apa?" Tanya Nisa, ia juga meminta Nadira agar duduk di satu sofa panjang bersamanya.
Nadira duduk. "Tidak perlu repot-repot, Ma."
"Nggak, kok. Bibi yang buatkan. Teh hangat mungkin? Masih pagi soalnya" ucap Nisa lagi
Tidak ada salahnya kalau Nadira mengiyakan. Menolak itu lebih tidak pantas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nadira
General Fiction[BELUM TAHAP REVISI] "Aku tidak suka perempuan berjilbab!" Kata laki-laki itu kian tajam. "Lalu apa yang harus saya lakukan?" "Melepas jilbabmu. mungkin aku bisa saja terbuka karena itu" Tidak menunggu jarak sedikitpun, lelaki itu pergi, melewati pe...