"Dira, aku pulang dulu. Ayah udah jemput aku" kata Alina tersenyum. Nadira berdiri dari posisi duduknya. Ia ikut tersenyum
"Iya. Hati-hati dijalan. Sama ayah kamu aja?"
"Nggak. Bunda sama adik aku juga ikut"
"Oh.." Nadira mengangguk-anggukan
"Eh, Kiara mana?" Tanya Alina
Nadira mengerutkan kening. Alina belum tahu?
"Lho. Kan dia udah di jemput mamanya jam enam pagi tadi." Jawabnya
Alina berdecak "Kok nggak pamit sama aku?"
Senyum Nadira melebar "Tadi dia buru-buru" Alina masih cemberut
"Udah nggak apa-apa. Rumah kamu deket kan, sama dia?"
"Iya. Tapi apa salahnya pamit dulu. Kayak lupa temen aja. Udah aku pamit ya, Dir. Maaf dan makasih buat semuanya" Alina berucap dan bibirnya beralih tersenyum pada Nadira
"Iya. Aku juga"
"Assalamu'alaikum"
"Wa'alaikum salam"
Selanjutnya gadis cantik itu kembali duduk di kursi taman pesantren. Hatinya berangan-angan, siapa yang akan menjemputnya untuk pulang. Ia rindu sekali dengan rumah setelah enam bulan lamanya menetap di pesantren. Tetapi kalau nanti di rumah, ia mungkin akan rindu dengan pesantren
"Nadira"
Nadira menengok "iya?"
Perempuan berbaju biru seragam pesantren memanggil
"Kamu di jemput"
Bibir Nadira reflek tersenyum "Iya. Makasih"
Ucapnya kemudian beranjak
🌺🌺🌺🌺
Satu koper dan tas yang ia gendong di kedua pundak membuat perempuan itu sedikit kuwalahan. Dari ujung sana, seorang laki laki berusia empat puluh tahunanan menghampiri.
"Bisa, nggak?"
Nadira mengangguk "Bisa, Pa" Ia meyakinkan
"Biar papa bantu" Adji mengambil tas pada tangan kiri Nadira. Senyum itu tersungging dari bibir anaknya.
"Udah. Ayo masuk!"
Ketika mereka sudah sepenuhnya masuk mobil, mata Nadira merayap pada seluruh bagian mobil di belakangnya. Adji menyadari putrinya yang merasa bingung, ia bertanya.
"Kenapa?"
Nadira menoleh "Mama mana, Pa?"
Adji diam. Mata Nadira menunggu jawaban
"Mama..."
"Iya?" Mata Nadira seolah tidak sabar mendengar jawaban dari ayahnya. Ia rindu sekali dengan ibunya
"Mama nggak bisa ikut. Katanya tadi ada urusan wali murid di sekolah Kayla" Hingga akhirnya Adji menjawab
"Oh"
Nadira mengangguk-anggukan kepala. Sebenarnya itu juga bukan masalah. Ia mencoba mengerti. Mungkin acaranya memang bertepatan hingga yang jemput dibagi, Kayla dengan Mama, dan ia dengan Papanya
"Jangan marah sama Mama, ya."
Nadira mengernyitkan kening "Kenapa Dira harus marah sama Mama, Pa?"
Adji menggeleng. Wajahnya terlihat menutupi sesuatu
"Papa mungkin nggak tahu apa yang kamu pikirkan soal Mama. Tapi yang harus kamu tahu, Mama baik. Dia sayang sama kamu"
Nadira mengangguk. Ia memang tahu sikap ibunya, dan ia sudah mengerti. Tetapi kenapa Adji tiba-tiba berbicara seperti itu
KAMU SEDANG MEMBACA
Nadira
General Fiction[BELUM TAHAP REVISI] "Aku tidak suka perempuan berjilbab!" Kata laki-laki itu kian tajam. "Lalu apa yang harus saya lakukan?" "Melepas jilbabmu. mungkin aku bisa saja terbuka karena itu" Tidak menunggu jarak sedikitpun, lelaki itu pergi, melewati pe...