Pagi-pagi sekali. Waktu menunjukkan pukul delapan lebih tujuh belas pada indonesia bagian barat. Perempuan itu sudah menyiapkan dirinya setelah beberapa hari yang lalu untuk memberi jawaban.
Pak Hasan, orang yang meminta Nadira untuk menjadi menantunya menyanggupi hadir lagi menemui keluarga Nadira hari ini. Sedikit jawaban dari hatinya sudah dipikirkan baik-baik meskipun belum terlalu yakin
Deru mobil bewarna abu-abu itu memasuki pekarangan rumah pada halaman yang cukup luas. Adji dan Dina menyambut kedatangan keluarga Pak Hasan di depan pintu rumahya. Kali ini, anak bungsu dari keluarga itu ternyata ikut.
"Ayo. Silahkan masuk"
🌺🌺🌺🌺
"Kak"
Panggilan Kayla membuat Nadira menengok "iya?"
"Orangnya udah datang. Kata Papa, aku suruh panggil Kakak"
Ekspresi Kayla berubah sendu. Dan ini yang membuat Kakaknya mencoba untuk tersenyum menyemangati dirinya sendiri
"Kenapa gitu?"
"Enggak apa-apa. Udah, Kakak keluar, gih. Di tunggu"
Nadira keluar ke ruang tamu dan duduk diantara ayah dan ibunya. Pak Hasan tersenyum kemudian.
"Assalamu'alaikum, Nadira"
Ucap Pak Hasan dan perempuan berjilbab disampingnya. Sedang lelaki berusia sekitar dua puluh tahun lebih itu diam dan berekspresi datar."Wa'alaikum salam" Jawabnya tersenyum
"Maaf sebelumnya, Nak. Kami sebenarnya tidak berniat untuk terburu-buru. Mungkin kamu sudah tahu kedatangan kami kesini sebelumnya?" Kata sekaligus tanya laki-laki itu pada Nadira
Nadira mengangguk sedikit ragu "Iya. Tetapi mungkin waktu itu saya masih di pesantren"
"Kamu tahu dari Pak Adji?" Tanya Hasan lagi
"Iya"
Pak Hasan dan istrinya tersenyum. Mereka menengok Adji sejenak. Orang tua dari Nadira itu ikut tersenyum
"Apa kamu masih ingat saya?" Pak Hasan bertanya lagi
Nadira menggeleng pelan. Ia sudah tidak mengenal wajah lelaki itu
"Saya orang yang sudah kamu selamatkan waktu itu" Jawabnya untuk menjelaskan
"Waktu itu, saat saya sadar, saya cari orang yang menolong saya di jalan. Tapi mungkin dia sudah pergi karena masih pelajar"
"Ternyata, kamu menunggu saya di luar ruang rawat. Dan tidak akan pulang sampai istri saya datang. Saya benar-benar mengucapkan terima kasih"
Nadira menggigit bibir bawahnya. Ia mencoba mengimbangi senyum Pak Hasan yang seolah bahagia sekali
"Mungkin yang terjadi waktu itu adalah kebetulan" kata Nadira kemudian melanjutkan
"Kalau boleh saya tanya, bagaimana bapak tahu kalau saya menunggu istri bapak datang? Bukannya bapak masih belum sadarkan diri?"
"Saya tanya sama suster yang masuk setelah saya sadar. Katanya, anak yang mengantar saya tadi adalah anak pesantren. Dan waktu itu dia di jemput dengan temannya untuk pulang" Jawab Pak Hasan kemudian
Istrinya tersenyum dan menanggapi
"Iya. Sebenarnya saya tahu kalau di depan ruang rawat ada anak duduk di kursi tunggu. Saking buru-burunya, saya langsung masuk saja. Ternyata perempuan itu yang sudah menolong suami saya dari kecelakaan"
Adji berdehem untuk menyesuaikan suara. Ia mencoba tersenyum
"Lalu bagaimana anda bisa mengenal Nadira? dan tahu namanya sampai datang ke sini? Apalagi untuk urusan yang serius seperti ini" Tanya Adji
KAMU SEDANG MEMBACA
Nadira
General Fiction[BELUM TAHAP REVISI] "Aku tidak suka perempuan berjilbab!" Kata laki-laki itu kian tajam. "Lalu apa yang harus saya lakukan?" "Melepas jilbabmu. mungkin aku bisa saja terbuka karena itu" Tidak menunggu jarak sedikitpun, lelaki itu pergi, melewati pe...