Bagian 23

17.3K 866 69
                                    

Waktu menunjukkan pukul lima lebih empat puluh empat menit. Dan azan maghrib di kota Jakarta mulai berkumandang. Tepat saat itu juga, Mbok Inem membawa masakan ayam goreng bacem di atas meja. Dan gara-gara masakan ini Nadira menjadi balik lagi ke pasar, karena bahan utamanya belum dibeli

Ali duduk di meja makan bersamaan dengan Nadira yang juga menyeret kursi ke belakang kemudian duduk. Mereka mengakhiri puasa hari ini.

"Mbok" Ali memanggil

"Iya, Mas?"

Cepat-cepat Mbok Inem berjalan menuju ruang makan. Ia menghampiri Ali yang memanggilnya

"Kenapa, Mas? Ada yang kurang?"

"Nggak. Mbok bisa duduk disini"

Mata Mbok Inem membulat. Nadira menyetujui permintaan Ali dalam batinnya.

Mbok Inem menggeleng "Ndak, Mas. Ndak usah. Saya makan di dapur saja" Ia tersenyum

"Nggak apa-apa" Kata Ali lagi. Ia mulai menyantap makanannya setelah berdoa

Mbok Inem sedikit meringis. Ia menoleh kepada Nadira disana. Yang ditengok tersenyum dan mengangguk meyakinkan

Perempuan berusia lima puluh tahunan itu masih berdiri disana. Ia ragu untuk bergabung. Ali berdiri, ia menyeret salah satu kursi agar wanita ini duduk

"Makasih, Mas"

Ali mengangguk. Mbok Inem segera duduk di kursi itu. Mereka mulai menyantap hidangan untuk buka puasa. Setelah itu baru sholat sendiri-sendiri

🌺🌺🌺🌺

Sekitar sepuluh menit berada di ruang makan, Ali dan Nadira cepat-cepat mempersiapkan diri untuk sholat maghrib di kamar masing-masing, karena setelah ini mereka akan ke rumah Nisa

Ali membuka pintu kamarnya setelah sepuluh menit di dalam. Empat detik berikutnya Nadira juga keluar dari pintu. Perempuan itu sudah siap untuk berangkat

Ponsel Ali berdering. Tepat saat Ali akan melangkahkan kaki lagi. Panggilan dari Mamanya

"Iya halo, Ma?"

Nadira masih diam di depan pintu kamar tidurnya. Menunggu Ali selesai mengangkat telepon

"Ini siapa?" Tanya Ali. Ia terlihat tidak tenang

Nadira tidak bisa mendengar pembicaraan dalam telepon. Tetapi yng ia lihat raut wajah suaminya tiba-tiba berubah panik

"Iya. Tunggu, Bi. Saya kesana" Ali menggenggam ponselnya. Sebelum melanjutkan langkah, ia menoleh

"Ayo"

Mereka turun melewati tangga bersamaan. Cepat-cepat dan terlihat sangat buru-buru. Perasaan Nadira mulai tidak tenang. Ada apa sebenarnya ia tidak tahu, tetapi ia lebih memilih untuk segera masuk mobil daripada bertanya

Mobil melaju begitu saja. Meninggalkan rumah dalam waktu sepuluh detik. Nadira hanya diam, meskipun perasaannya masih saja tidak enak. Apalagi Ali berkendara cepat sekali

Dua kali ini ia tahu Ali panik dan gusar seperti itu. Pertama kalinya ia tahu saat Pak Hasan masuk rumah sakit. Dan kejadian kedua adalah hari ini. Bagi Ali orang tua adalah hal yang sangat penting

Mobil putih yang hanya dalam setengah jam saja di perjalanan ini mulai memasuki gerbang hitam. Dua orang dalam mobil cepat-cepat keluar, Nadira mengikuti langkah kaki Ali yang gesit

Lelaki berkaos pendek bewarna hitam itu membuka pintu. Dan segera ia cari ke kamar Mamanya di lantai atas

Tidak ada. Tidak ada Nisa disana. Kata panggilan telepon dari pembantu rumah tadi, Nisa pingsan di dapur. Apa Nisa disana?

NadiraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang