Mobil taksi berhenti, Perempuan yang memakai jilbab itu keluar. Cepat-cepat menutup pintu dan berjalan menuju arah pintu utama rumah sakit. Tangannya yang dingin menggenggam erat tali tasnya. Raut wajah perempuan itu juga cemas dan langkahnya terlihat panik
Langkah kakinya berhenti tepat di depan suster rumah sakit untuk bertanya pasien atas nama Ali. Setelah mendapat jawaban, ia kembali mempercepat tapak kakinya menjauh. Mencari keberadaan Hiro disini yang tadi memberi kabar tentang Ali
Dan di lantai satu rumah sakit ini Nadira menemukan Hiro, matanya sedikit memicing karena ragu. Karena ia juga tidak begitu mengenal wajah Hiro
"Nadira!"
Suara Hiro melengking memanggil Nadira. Dan sekarang Nadira yakin kalau itu memang teman Ali. Wanita itu menghampiri dua orang yang ada disana. Terlihat Hiro bernafas lega
"Ali masih ditangani sama dokter"
Nadira mengangguk. Beberapa kali mencoba membuat nafasnya teratur
"Makasih, Mas Hiro"
"Iya"
Selain cemas, ada yang membuat Nadira bingung disini. Ya, kehadiran Mario. Hanya dua orang itu yang menunggu di depan ruangan, Hiro dan Mario. Nadira memang tidak tahu ada apa dengan Ali hingga masuk rumah sakit. Tetapi dengan kehadiran Mario disini membuatnya berpikir negatif, apa Ali dan Mario bertengkar?
Astaghfirullah
Ponsel Hiro berdering. Ia segera menerima panggilan dan berbalik badan, meskipun ia sempat terkejut saat melihat layar ponsel
"Iya, Pa. Ali dirumah sakit, aku sekarang disini"
Nadira menoleh. Begitu juga dengan Mario. Mereka menoleh ke arah Hiro yang menerima telepon
"Bentar lagi, Pa. Cuma ada istrinya disini, kasian sendirian" Dialog Hiro dengan suara di seberang sana
Mario melirik Nadira. Nadira merapatkan bibir. Perempuan itu tidak tahu kalau diam-diam ada mata yang meliriknya. Ia masih fokus dengan pembicaraan Hiro
"Ayolah, Pa. Bentar, kok" Ucap Hiro lagi "Iya, Oke"
Hingga akhirnya Hiro berbalik, ia mendapati Nadira dan Mario melihatnya. Pria itu mencoba terlihat baik-baik saja. Matanya beralih kepada Mario yang tidak jauh dari istri Ali
Hiro menggaruk kepalanya seolah bingung, ia berisyarat kepada Mario yang tidak dimengerti oleh Nadira. Nadira berpikir sebentar untuk mengerti, hingga pada akhirnya ia menyimpulkan
"Emm Mas Hiro"
Hiro menoleh "Iya?"
"Kalau memang ingin balik lagi ke kantor tidak apa-apa, kok. Saya bisa menunggu dokter disini"
Pria itu kikuk. Ia melihat Mario sebentar seolah membutuhkan jawaban. Mario diam dengan melipat tangan di dada, seakan tidak mendengar apa-apa matanya berpaling. Hiro menghela nafas
"Tapi, Nadira. Kamu sendiri disini" Jawab Hiro tidak tega
"Saya bisa, kok" Kata Nadira lagi meyakinkan
"Terima kasih sudah mengantar Mas Ali ke rumah sakit"
Ucapan itu tidak hanya tertuju kepada Hiro, tetapi juga Mario di depannya agak jauh. Matanya menengok laki-laki itu sejenak
"Tapi beneran kamu nggak apa-apa?" Hiro memastikan
Nadira mengangguk "Iya"
Mario dan Hiro beradu pandang sebentar. Sepertinya sepemikiran hingga keduanya saling mengangguk. Mario menghampiri Hiro disana
KAMU SEDANG MEMBACA
Nadira
General Fiction[BELUM TAHAP REVISI] "Aku tidak suka perempuan berjilbab!" Kata laki-laki itu kian tajam. "Lalu apa yang harus saya lakukan?" "Melepas jilbabmu. mungkin aku bisa saja terbuka karena itu" Tidak menunggu jarak sedikitpun, lelaki itu pergi, melewati pe...