Sebelum matahari pagi muncul, lelaki itu sudah terlebih dahulu terbangun dari tidurnya. Waktu menjukkan pukul empat lebih tiga puluh menit pagi. Setelah benar benar sadar, ia segera beranjak dari tempat tidur menuju kamar mandi.
Hanya lima menit saja dalam kamar mandi, pria ini kemudian keluar, berganti pakaian dan memakai peci hitam yang ia ambil dari almari. Menggelar sajadah dan segera melaksanakn sholat subuh karena suara azan sudah terdengar sejak dirinya berada di kamar mandi.
Setelah bermunajat, lelaki berusia dua puluh lima tahun itu berganti baju santai. Kemudian ia segera keluar dari kamarnya. Ia ingin menikmati udara pagi ini yang segar meskipun baru dirasakannya lewat tembok dari dalam rumah
Saat berjalan melewati tangga, lelaki dengan panggilan Ali ini melihat perempuan yang mengenakan jilbab dilantai bawah itu sudah berada di dapur. Nadira sudah terlihat bersih dan segar. Mungkin setelah bangun tidur langsung membersihkan diri dan melaksanakan sholat, sama seperti Ali yang berbeda bilik dengannya. Dan sekarang, ia lebih memilih membantu Mbok Inem mengerjakan pekerjaan di dapur.
Mendengar suara langkah Ali turun dari tangga, Nadira menoleh. Ia melihat Ali yang juga melihatnya dari jauh. Karena tahu mata Nadira ke arahnya, Ali pelan-pelan mengalihkan penglihatannya lurus ke depan. Tetap pada sikapnya, dingin. Seperti hawa di pagi hari ini.
Lelaki itu berjalan keluar. Bisa dikatakan ia akan lari-lari kecil mengitari jalan sekitar rumahnya. Ali memang suka makan, tetapi ia pandai berolahraga. Menjaga postur tubuhnya agar tetap sehat. Itu sudah terlihat karena tubuhnya tidak gemuk, tetapi terlihat bagus
Sekitar tiga puluh menit lagi, Nadira juga keluar di halaman rumah. Perempuan berjilbab itu menyiram tanaman didepan rumah. Tidak seperti kebanyakan orang yang berbaju santai dan terbuka ketika di luar, perempuan berkaos abu-abu panjang ini juga berjilbab
Salah satu tetangga lewat di depan rumah. Orang itu tersenyum melihat kegiatan Nadira di pagi ini.
"Pagi-pagi sudah rajin saja, Mbak" Sapa orang itu yang membuat Nadira menoleh
Nadira tersenyum "Eh, iya Bu."
"Bukannya Mbak udah punya pembantu?" Tanya perempuan itu lagi
"Iya. Tapi kalau nganggur juga ndak enak, Bu."Jawab Nadira tersenyun
Wanita itu mengangguk-anggukan kepala setuju.
"Berarti tiap orang beda, Mbak. Banyak yang punya pembantu jadi males kerjain pekerjaan rumah. Dikit-dikit pembantu. Nggak kayak Mbak"
Nadira mesem "Saya cuma bantu kok, Bu. Semuanya ya masih di kerjakan dengan Mbok Inem"
Ali berlari menuju halaman rumahnya. Ia sekedar menyapa tetangganya ini dengan anggukan. Wanita itu tersenyum lagi, tetapi beda lawan. Kali ini dengan Ali, suami perempuan berjilbab yang menyiram tanaman di halaman rumahnya
"Wah pengantin baru sudah rajin saja, ya" Gumam perempuan itu ditujukan pada mereka yang berada di teras.
Nadira hanya tersenyum sebagai tanggapan. Begitu juga dengan Ali. Ternyata orang disini ramah, padahal baru mengenal Nadira beberapa minggu saja
"Mari, Mbak"
"Iya. Mari, Bu" Jawab Nadira dan orang itu pergi kemudian
Disampingnya, Ali masih mengatur nafas yang agak terengah setelah berlari-lari kecil. Nadira menoleh, giliran bingung harus ngomong apa untuk basa-basi
"Mas Ali kerja?" Tanya Nadira pelan
"Ya"
Nadira mengangguk-anggukkan kepala
KAMU SEDANG MEMBACA
Nadira
General Fiction[BELUM TAHAP REVISI] "Aku tidak suka perempuan berjilbab!" Kata laki-laki itu kian tajam. "Lalu apa yang harus saya lakukan?" "Melepas jilbabmu. mungkin aku bisa saja terbuka karena itu" Tidak menunggu jarak sedikitpun, lelaki itu pergi, melewati pe...