Bagian 18

17K 780 3
                                    

Waktu menunjukkan pukul enam lebih tiga puluh menit. Lelaki yang sudah rapi dengan pakaian jas itu kembali lagi menuju ruang kerjanya setelah menyelesaikan sarapan. Laptop dan beberapa berkas penting ada di atas, karena memang sudah terbiasa lari-lari, lelaki bertubuh tegap ini menaiki tangga dengan cepat tanpa nafas memburu

Ia tutup laptop di meja kerja rumah yang terbuka. Kemudian memasukkannya ke dalam tas. Panggilan telepon membuatnya menghentikan langkah untuk membuka pintu.

Ddrrrrt ddrrrrtttt

"Iya, halo?"

"Li"

Diseberang sana suara milik Zoya. Tumben sekali pagi-pagi telepon

"Iya, kenapa, Kak" Tanya Ali.

Ia tidak hanya diam. Ia tetap berjalan sambil menerima panggilan itu.

"Kakak mau ada urusan sama Nadira. Kakak mau minta nomor dia, boleh?"

Ali hanya mengiyakan "Hmm. Buat apa?"

Ali sudah mencapai di anak tangga bagian bawah. Ia menajamkan pendengaran

"Ciyeee, tanya juga dia. Takut Nadira aku apa-apain, ya?" Zoya menggoda

"Apaan sih, Kak"

Gaya bicara Ali tetap tenang dan dingin. Disana Zoya mungkin tersenyum

"Terus? Ada lagi?" Tanya Ali datar

"Nggak, udah itu aja. Nanti tolong kamu kirim ke nomor aku, ya?"

"Hmm"

"Kok hemm sih, Li. Tumben banget kamu cuek sama Kakak"

Disana Zoya mungkin menutup mulut agar tidak tertawa. Sejak kapan Ali tidak dingin. Jawabannya dia selalu bertahan dengan sikapnya yang seperti itu

Ali menghembuskan nafas kasar. Ia sudah berada di teras rumah sekarang. Dan ia buru-buru

"Iya. Oke, nanti aku kirim"

"Oke kamu paling ganteng, deh"

"Iya udahlah. Aku mau berangkat"

"Oke, makasih, dek"

"Ya" Jawabnya.

Ali membuka pintu mobil dan masuk. Tiga detik setelah mesin dinyalakan, mobil mulai melaju meninggalkan halaman melewati gerbang

Di ambang pintu rumah Nadira berdiri.

Mas Ali buru-buru sekali.

Tidak lama setelah bergumam, perempuan yang bertengger di ambang pintu itu segera masuk dan menutup pintu.

"Mbak"

Mbok Inem terlihat panik. Ia membawa ponsel milik Nadira yang berdering. Mbok Inem menyerahkannya kepada Nadira

"Saya ndak berani bukanya, Mbak"

Nadira menerima "Makasih, Mbok"

Nomor tidak dikenal memanggil, Mata Nadira menyipit.

"Iya, Halo?"

Nadira menengok Mbok inem yang bingung

"Halo, Nadira, kan?"

"E iya. Saya Nadira. Maaf, ini siapa, ya?" Tanyanya sopan. Ia menengok Mbok Inem lagi.

"Zoya. Aku Zoya, dek" Jawab orang yang bersuara disana

"Oh, Kak Zoya" Nadira mengangguk-anggukan kepala. Mbok Inem berbisik

"Mbak, saya ke dapur dulu" Pamitnya. Nadira mengangguk sebagai jawaban

NadiraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang