Waktu menujukkan pukul delapan lebih lima puluh dua menit. Perempuan cantik itu masih berada di dalam kamarnya.
Sudah dua hari sejak kedatangan keluarga Pak Hasan, Nadira benar-benar sudah menyiapkan jawaban. Mungkin ia memang belum mengenal lelaki itu. Tetapi apa salahnya jika hubungan mereka masih diawali dengan tahap ta'aruf
Mungkin besok atau lusa keluarga itu akan datang lagi.
"Dira, Dira!" Pintu itu diketuk cukup cepat yang membuat Nadira buru-buru berdiri membuka
"Ada apa, Pa?"
"Ada telepon dari istrinya Pak Hasan. Sekarang Pak Hasan di rumah sakit"
"Rumah sakit?"
"Kita kesana sekarang"
🌺🌺🌺🌺
Adji dan Nadira berjalan cepat melewati koridor rumah sakit yang sepi. Hati Nadira berdetak lebih cepat sejak ayahnya mendapat kabar kalau Pak Hasan dirawat dirumah sakit.
Ya Allah, apa Pak Hasan seperti ini gara-gara aku?
"Assalamu'alaikum, Bu"
Ucap Nadira ketika mereka sudah berada di depan ruang UGD. Bu Nisa, istri Pak Hasan menangis."Wa'alaikum salam, Nak Dira."
"Pak Hasan di dalam?"
"Iya. Jantungnya kambuh lagi." Katanya kembali terisak
"Ma" Panggil seorang berpakaian kantor menuju Nisa
"Papa?"
"Didalam. Masih di tangani sama dokter."
Lelaki itu mencoba meneguk salivanya dengan susah payah. Ia mengusap bahu mamanya yang menangis
"Mama takut, Li"
"Papa nggak apa-apa. Mama nggak usah takut"
Nadira mendekat ke arah Papanya. Sebenarnya seperti ada yang aneh menurut Adji, kenapa keluarga Pak Hasan menyempatkan menghubungi mereka disaat genting seperti ini
Dokter keluar dari ruang Unit Gawat Darurat
"Pasien mengalami drop. Jantungnya sudah benar-benar lemah sekarang. Tetapi beliau sudah sadar, beliau meminta agar keluarganya masuk"
"Saya boleh masuk, Dokter?" Tanya Nisa cepat-cepat
"Iya, silahkan. Saya permisi dulu"
"Terima kasih, Dokter"
🌺🌺🌺🌺
"Papa ingin bicara dengan kamu, Li"
Ali mengangguk "Iya, Pa"
"Apa kamu masih belum bisa menikah dalam waktu dekat?"
Ali merunduk. Ia tidak tahu harus menjawab apa? Ia belum terlalu mengenal Nadira. Yang dikenal saja belum tentu dinikahi, apalagi tiba-tiba ia menikah dengan orang yang tidak ia kenal?
"Dengarkan Papa, Li. Apa kamu punya calon lain selain Nadira?"
Ali tetap diam. Sedang perempuan paruh baya yang sedari tadi di sampingnya menangis pelan tanpa suara.
"Kalau bisa, kamu menikah hari ini juga"
Ali mendongak. Ia menatap ibunya seketika. Hanya anggukan yang Nisa beri. Lelaki yang sedang berbaring itu dilihatnya lagi.
"Maksud Papa?" Ali terkejut
"Papa ingin semua anak Papa menikah. Dan hanya kamu yang belum. Papa ingin melihatnya sebagai saksi"
KAMU SEDANG MEMBACA
Nadira
General Fiction[BELUM TAHAP REVISI] "Aku tidak suka perempuan berjilbab!" Kata laki-laki itu kian tajam. "Lalu apa yang harus saya lakukan?" "Melepas jilbabmu. mungkin aku bisa saja terbuka karena itu" Tidak menunggu jarak sedikitpun, lelaki itu pergi, melewati pe...