Bagian 29

17.5K 827 67
                                    

Kedua mata laki-laki yang tertutup itu perlahan terbuka. Pelupuk matanya mengerjap beberapa kali. Saat setelah lebih sadar, kepalanya menoleh kekanan, tertuju pada sofa di ruangan itu

Tidak ada seseorang yang tadi malam ia jumpai terlelap disana. Pria itu menegakkan badan agar sedikit duduk, baru bangun dari tidur saja kesadarannya sudah hampir terkumpul sepenuhnya

Ia menarik kepalanya untuk menengok jam dinding di ruangan itu. Pukul empat pagi lebih empat puluh empat menit. Suara adzan subuh terdengar jelas tanpa samar, mungkin berasal dari masjid atau musholla rumah sakit. Dan itu membuatnya segera melakukan ritual tayamum sebagai pengganti wudhu untuk melaksanakan sholat

Hanya perlu waktu satu menit untuk menyucikan diri tanpa air, hingga ia memulai untuk menunaikan ibadah setelah menunggu adzan selesai. Laki-laki yang tengah memakai baju pasien itu memejamkan mata saat bertakbir, dan membuka pelupuk netra ketika lisannya secara lirih mulai berucap iftitah dan al fatihah

Klek

Pintu ruangan terbuka pelan-pelan dari luar saat laki-laki di atas ranjang itu belum menyelesaikan sholatnya. Menyadari itu, yang membuka pintu mengembalikan kakinya agar tidak masuk terlebih dahulu. Ia akan menunggu di luar sampai satu orang didalam selesai dengan akhiran salamnya

"Assalamu'alaikum waroh matullah"

Nadira anggap Ali sudah selesai melakukan sholat subuh. Kakinya melangkah lagi memasuki pintu ruangan yang sudah ia buka beberapa detik yang lalu. Ali sempat menengok saat Nadira datang, hingga perempuan dengan kerudung bewarna peanut itu duduk di sofa ruangan

Ali berpaling pelan-pelan, kedua pelupuk matanya mengatup, mungkin membaca doa. Nadira yang duduk tidak ingin mengganggu. Ia memilih membenahi pengait jilbabnya dibawah dagu

Jujur saja masih ada rasa kikuk ketika Nadira keluar masuk ruangan. Dua hari ini hanya ada Ali dan dirinya dalam ruangan itu. Mulai dari makan ataupun minum obat bersama Nadira, ke kamar mandi juga Nadira yang mengantar. Mau bagaimana lagi? Keluarga Ali juga belum ada yang tahu

Mereka bahkan tidur dalam satu ruangan, ya meskipun berbeda alas. Nadira tidur menyamping diatas sofa, dan Ali berbaring di ranjang pasien. Selama dua hari ini tidak ada yang menjenguk pria itu kecuali adik ipar satu-satunya

"Darimana?" Tanya Ali

Nadira menoleh "Musholla rumah sakit"

Ali mengangguk samar, mengerti. Punggungnya bersandar pada bantal dengan posisi duduk. Entah apa yang membuat pria bermata sayu itu menutup mulut tiba-tiba. Nadira menengok lagi, awalnya tidak paham, tetapi setelah ia lihat mata Ali yang berkaca, Nadira segera berdiri dan berjalan menuju ranjang pasien

"Mas Ali kenapa? Mual, ya? Mau muntah? Bentar saya ambilkan sesuatu dulu"

"Nggak enggak" Tahan Ali "Biar aku kemar mandi aja"

Tidak mungkin Nadira mengantar Ali ke kamar mandi sekarang. Berjalan saja masih tertatih, belum lagi Ali tidak bisa melepas infusnya. Keburu Ali tidak kuat ingin muntah

Perempuan yang terlihat panik itu tidak memedulikan ucapan Ali

"Sebentar"

Cepat-cepat Nadira keluar ruangan. Mencari baskom ataupun apa yang bisa digunakan Ali. Ingin bertanya tetapi kepada siapa, koridor rumah sakit masih sepi, tidak ada perawat satu pun mondar-mandir, karena waktu juga masih subuh, masih pagi

Nadira balik masuk lagi. Ali masih dalam posisi duduk diatas ranjangnya dengan menutup mulut. Berkali-kali mual ingin muntah. Jelas dalam ruangan itu Nadira tidak diam. Ia mencari-cari apapun yang bisa digunakan Ali untuk memuntahkan isi perut. Tidak ada baskom, mungkin bisa dengan kantong plastik

NadiraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang