Bagian 26

18.6K 848 68
                                    

Lelaki itu membuka matanya. Tidak pelan-pelan, tetapi langsung saja mengerjapkannya beberapa kali. Tubuhnya juga terlonjak untuk bangun dari posisinya yang berbaring terlelap beberapa menit lalu

Ali meraup wajah. Baru bangun dari tidur nafasnya sudah tidak teratur, dan perasaannya mendadak tidak tenang

Kepalanya mendongak ke arah jam dinding di ruangan itu, sudah pukul sembilan. Jadi ia sudah tidur pagi satu jam di sofa ruang kerja?

Ali menghembuskan nafasnya kasar. Begini jadinya jika ia libur bekerja dan dan tidak ada kegiatan. Seharusnya ia tidak tidur pagi, karena setiap kali bangun tidur dibawah pukul sebelas, ada saja yang mengganggu fellingnya

Laki-laki berbaju santai dan celana casual selutut itu menapakkan kaki di permukaan lantai. Ia akan mencari jalan agar pikirannya tenang. Tetap mengatur nafasnya agar rileks

Drrrttt drtttt

Ponsel di meja kerja bergetar, Ali meraihnya malas dan memperlihatkan layar benda persegi panjang itu kepada matanya yang masih tampak sipit. Sesekali melebarkan pengelihatannya agar lebih jelas, hingga gawai itu sudah menempel di telinga kanannya

"Halo?" Cek suara diseberang sana

"Hmm?"

"Eh lo dari mana aja, sih? Susah banget gue nelpon. Gue dari tadi, loh"

Ali menutup mulutnya dengan punggung tangan karena manguap

"Gue baru bangun" Jawabnya

"Lah kok bisa? Lo nggak bangun pagi? Lo nggak shalat?"

Ali mendengus pelan. Suara Hiro terdengar melengking samar disana. Hiro juga bertanya apakah Ali sudah sholat, padahal dia sendiri bukan satu keyakinan dengan Ali. Ya meskipun bicaranya sedikit terdengar aneh

"Udah. Tidur lagi"

"Harusnya bangun tidur lo terus mandi, nggak lupa nggosok gigi, habis mandi lo tolong istri, bersih-bersih terus bobok lagi"

"Copast lo"

Disana Hiro terkekeh

"Beda kalimat kali"

Ali menguap lagi, ia memutuskan untuk duduk di kursi ruang kerja. Bersandar dipunggung kursi dengan malas

"Kenapa?" Tanya Ali

"Gimana ya, gue mau ngomong soal itu. Yang kita tunda gara-gara Mario" Hiro diam sebentar "Lo udah bisa diajak runding kan sekarang?"

Ali memijat pelipisnya. Sebenarnya ia malas sekali kemana-mana. Tetapi Hiro sudah menunggu waktu beberapa hari untuk berbicara, apa ia harus menolak?

"Kafe biasa" Jawab Hiro "Tenang aja, nggak sama Mario"

Ali hanya mengangguk singkat. Meskipun tidak tahu, jawaban Ali sudah dipastikan oleh Hiro kalau temannya itu mengiyakan

Panggilan diakhiri. Lelaki yang kini duduk di kursi dengan santai itu memejamkan mata. Mungkin dengan keluar rumah akan membuat pikirannya lebih rileks. Ya, ia harus keluar dan menemui Hiro

Tangan kanan Ali membuka laci, mencari power bank untuk mengisi daya baterai ponselnya. Tetapi disaat yang bersamaan, matanya mendapati kertas putih yang terlipat rapi di sudut dalam laci itu

Selain mengambil benda persegi panjang disana, Ali juga menyeret malas lipatan kertas putih itu pada tangannya. Ia letakkan power bank di atas meja, dan pelan-pelan membuka kertas yang ia genggam

Lo harus ingat tujuan awal

Ali mengernyit. Itu tulisan tangannya. Dan itu bukan sekadar tulisan, tetapi ada maksud tertentu dalam kalimatnya. Tujuan awal, mata Ali beralih, kertas ini membuatnya ingat pada tujuan awal?

NadiraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang