Waktu menunjukkan pukul dua belas lebih lima belas menit. Acara reuni dipesantren berakhir. Di akhiri juga dengan showan di kediaman ustaz dan ustazah pesantren guna menyambung silaturrahmi. Hanya beberapa menit disana mereka sudah pulang masing-masing. Begitu juga dengan Hilya yang pamit pulang terlebih dahulu.
Sesekali Nadira menoleh pada gedung pesantrennya. Ia sudah tidak disana lagi sekarang, dan rasanya rindu sekali dengan suasananya.
"Pulang sendiri, Nad?" Tanya Alina.
Nadira masih belum tahu Ali jadi menjemputnya atau tidak. Kalau tidak, ia akan naik taksi saja.
"Belum tahu" Jawab Nadira "Kita ke masjid dulu?"
Alina dan Kiara mengangguk.
"Ayo"
Mereka sama-sama melaksanakan sholat dzuhur disana. Hingga tidak terasa waktu sudah menujukkan pukul satu siang.
"Langsung pulang?" Tanya Alina. Nadira yang duduk di serambi masjid dengan melihat layar ponselnya menggeleng.
"Belum tahu, Lin"
"Naik taksi lagi?" Tanya Kiara
Nadira menggeleng "Belum tahu juga"
Mereka sama-sama berdiri dan beranjak dari serambi masjid menuju halaman hingga tepi jalan luar gerbang masjod itu.
Kiara menoleh ke kanan dan kiri. Tidak ada taksi disini.
"Kenapa, Ki?" Tanya Alina
"Kita naik apa, Lin? Nggak ada taksi"
"Mau kamu nunggu disini kalau nggak pesen online nggak ada taksi, Ki"
"Oh iya, ya. Pesen taksi online aja, Lin"
Alina melihat ke layar ponselnya. Kiara ikut melihatnya. Sekarang Nadira sendiri yang bingung, ia akan tetap menunggu disini, atau pulang naik kendaraan lain?
"Siang"
Salah seorang lelaki datang. Tiga wanita yang ada disana menoleh. Laki-laki ini? Kenapa ia disini?
"Iya, Kak Arsyad?" Kiara mewakili
"Habis reuni, ya?"
Mata Alina berbinar. Begitu juga dengan Kiara yang mencoba untuk tetap tenang. Rasanya Nadira ingin pergi saja dari sini.
"Iya, Kak. Baru aja pulang" Kiara menjawab lagi
Arsyad tersenyum. Tatapannya beralih pada Nadira yang masih saja melihat layar ponselnya. Alina dan Kiara mengikuti tujuan arah mata Arsyad, Nadira.
"Udah pulang, ya, Nad?" Arsyad bertanya pelan
Nadira melihatnya sejenak. Ia mengangguk dan sedikit tersenyum, sejanak saja.
Alina dan Kiara saling melihat. Kalau Alina sendiri tidak heran Arsyad seperti ini, karena waktu Arsyad mengirim surat, Nadira sudah bertanya dan bercerita. Tetapi kalau Kiara, ia masih heran dengan perilaku Arsyad yang tertuju sekali kepada Nadira.
"Kita bisa pulang bareng, mungkin?"
Pertanyaan Arsyad kali ini membuat tiga perempuan yang ada disana terperanjat.
Nadira menyipitkan mata "Bagaimana?"
"Mungkin, kita bisa pulang bersama?"
Kini tatapan Alina dan Kiara sama seperti tatapan Nadira pada Arsyad. Menurut mereka itu tidak sopan. Apalagi menggunakan panggilan 'kita'. Sejak kapan mereka saling akrab? Kalau seperti ini, Arsyad sama sekali tidak terlihat bijak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nadira
General Fiction[BELUM TAHAP REVISI] "Aku tidak suka perempuan berjilbab!" Kata laki-laki itu kian tajam. "Lalu apa yang harus saya lakukan?" "Melepas jilbabmu. mungkin aku bisa saja terbuka karena itu" Tidak menunggu jarak sedikitpun, lelaki itu pergi, melewati pe...