April, 2016
B'Talk cafe. Jakarta Utara
Satu tahun kemudian.
.
.
.Petikan suara gitar milik Dewa menghanyutkan para pengunjung kafe B'talk yang malam ini sedang saling menikmati sabtu malam. Hari ini Dewa khusus menunjukan kebolehannya sebagai permintaan maaf kepada Luna karena telah membatalkan janji.
Hari kamis seharusnya dirinya menjemput Luna di tempat les dan lanjut menemani perempuan tersebut mencari buku di toko langganan mereka. Sayangnya, dosen pembimbing skripsi Dewa tiba-tiba mengabari untuk melakukan bimbingan. Mau tidak mau Dewa harus menemuinya kalau mau skripsinya segera selesai.
Lelah dengan harapan
Kau tak mungkin kudapatkan
Tentang perasaan, tak bisa dipaksakan
Aku ingin kamu, tapi kau tak mau
Jangan paksa aku untuk membencimuMemahami hatimu tak akan cukup usiaku
Sementara rindu ini
Semakin mengusik dadaku
Ternyata, perasaanmu padaku
Biasa-biasa saja...Cinta itu sederhana
Yang rumit itu kamu...
Mencintaimu itu mudah
Yang sulit adalah membuatmu juga mencintaikuMata Dewa mengerling kepada Luna yang terang-terangan memutar bola mata padanya.
Lagu rumit milik band Langit Sore mengalun merdu. Tidak sedikit pula para pengunjung turut menyanyikan lagu cinta tersebut. Dewa mengakhiri lagunya dengan apik dan menuai riuh tepuk tangan seluruh pengunjung.
"Spesial buat cewek yang hari ini lagi ngambek gara-gara nggak ditemenin beli buku," ada ringisan familiar yang Dewa tunjukkan meski tetap penuh percaya diri.
Dewa mengucapkan terimakasih dan berniat mengambil jeda istirahat sebentar sebelum lanjut pada lagu berikutnya. Keringat mengalir di pelipis dan Dewa memilih mengabaikan untuk segera berjalan menuju Luna yang duduk di salah satu sudut kafe.
"Hei... sibuk aja sih, nggak ngehargain banget gue yang lagi nyanyi." Dewa mengambil duduk di depan Luna dan tanpa canggung meraih gelas jus milik sahabatnya tersebut.
Luna melirik sekilas kemudian kembali menyibukan diri dengan jurnal tentang kelainan otak yang sedang dibacanya.
"Lun? Masa iya lo masih marah juga?" Dewa yang menyadari sikap diam Luna segera saja tahu kalau perempuan tersebut belum memaafkannya.
Luna bahkan tidak mengangkat kepalanya dari jurnal.
"Lun—" Dewa meraih sebelah tangan Luna untuk digenggam, "sorry, okay?"
Luna menatap Dewa yang tampak begitu merasa bersalah. Memang dirinya merasa kesal saat Dewa membatalkan janji untuk menemaninya padahal setelah mencari buku Luna berniat mengajak Dewa manonton sebuah film yang memang sudah ditunggunya.
Luna menghela napas panjang, "jangan diulangi lagi."
Dewa memasang senyuman manis dan menggoyang-goyangkan tangan Luna. Gemas sekali rasanya melihat berbagai ekspresi di wajah datar sahabatnya ini.
"Buat nebus kesalahan gue, hari ini gue mau ngajak lo buat nonton film arab-arab itu yang lo suka." Dewa menunjukan layar ponselnya dimana dua buah tiket bioskop sudah dibookingnya.
"Aladin." koreksi Luna tak ayal merasa senang karena lagi-lagi Dewa tidak melupakan permintaannya.
Luna memang sudah pernah mengatakan kalau berniat menonton film remake dari salah satu disney terkenal itu. Luna yakin kalau para sahabatnya yang lain pastilah menghiraukannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
BLIND
ChickLitLuna mencintai Dewa. Itu yang selama ini dirinya yakini dengan terus berada disisi sahabatnya yang tidak lagi memiliki keadaan fisik seperti dulu. Dewa sakit, dan Luna selalu mengusahakan yang terbaik sampai saat masa lalu kelam keduanya terungkap. ...