41|Objek Satu Tiga?

578 43 1
                                    

Villa Cendana.
Bandung.

Diluar sedikit gerimis

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Diluar sedikit gerimis. Membuat suhu semakin dingin saja sampai Ranti menyalakan pemanas ruangan ekstra di ruangan yang kini tertutupi tirai putih. Tempat dimana Dewa berbaring diatas bed khusus yang menjadi center ruangan.

"Kalau suhunya turun lagi, terpaksa harus pinjam pemanas dari inkubator atau bisa saja Dewa terserang hypotermia."

Hanya gumaman pelan yang lebih ditujukan kepada dirinya sendiri. Gerutuannya tersebut langsung berganti saat menyadari ketukan langkah mendekat disusul dengan suara daun pintu yang membuka. Ekspresi wajahnya berubah setenang mungkin.

"Mbak, boleh masuk?"

Itu adalah suara Luna yang menyusul kemudian. Sejak terbangun dengan ilusi ingatan yang sengaja ditanamkan oleh Irawan, Luna memang menjadi lebih penurut juga tenang. Ranti bersyukur karena tidak perlu mengarang dan berpura-pura selain menjadi dirinya sendiri.

Selanjutnya Ranti mempersilahkan Luna untuk masuk. Sendirinya bergerak membenarkan katup dan juga strip pada laju aliran infus. Kali ini tidak masalah karena Luna mengenalinya sebagai asisten dari padrenya. Bukan lagi sebagai pengurus rumah bodoh yang tidak tahu apa-apa.

"Selamat pagi, Mbak. Bagaimana keadaan Dewa hari ini?"

Ranti menoleh dan tersenyum hangat. Penampilannya yang mengenakan celana bahan dan blouse semi formal menambah kesan terpelajarnya. Bukan hal yang istimewa karena memang dirinya yang sebenarnya adalah seorang asisten profesional pengembangan.

"Stabil." Lalu sengaja menggeser posisi berdiri agar Luna bisa lebih leluasa untuk mendekat.

"Dewa..."

Lelaki dengan penampilan kuyu juga selang oksigen melintang dihidungnya tersebut masih tidak bergeming

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lelaki dengan penampilan kuyu juga selang oksigen melintang dihidungnya tersebut masih tidak bergeming. Diam bagaikan mayat hidup yang pucat. Kelopaknya membuka meski tatapan matanya lemah dan kosong.

Bagian menyembul dari selimut yang melingkupi kedua telapak kaki Dewa menarik perhatian Luna. "Apa itu Mbak?"

Ranti menoleh dan tersenyum lalu menjelaskan perlahan. "Udara disini terlalu dingin untuk fisik Dewa yang lemah. Aliran darahnya menjadi sedikit lambat, jadi saya memasangkan pemompa sirkulasi untuk kedua pergelangan kakinya."

BLINDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang