20|Flash

656 46 4
                                    

"Gimana bisa?! Gue yakin banget Bim!"

Abimanyu melepaskan kacamata bacanya dan meletakannya diatas meja kerja. Saat dikabari tidak ada jejak Luna di rumah sakit, Arjuna yang baru saja datang datang langsung berteriak-teriak sampai telinganya hampir pengang.

"Babi! Nggak usah teriak, bisa?" Abimanyu mendesis sinis. "Gue udah cross check sampai kepala divisi. Lo yakin pembantunya nggak salah informasi?"

Arjuna yang awalnya berkacak pinggang langsung berbalik dengan wajah kesal, "gue yakin banget Bim. Luna juga udah empat hari ini enggak datang ke panti padahal kemarin harusnya dia ada. Gue pastiin ke Seruni juga jadwal pemeriksaan—woi!"

Dengan tanpa merasa bersalah Abimanyu melemparkan tempat kacamatanya kearah Arjuna. "Lo tanyain masalah mantan lo sama tunangan lo? Udah gila?!"

"Fokus anjing!" Arjuna refleks saja memaki karena kesal. "Lagian Seruni juga nggak akan curiga macam-macam. Malah dia ikutan khawatir cari Luna juga!"

Kalau sudah begini, Abimanyu hanya bisa geleng kepala saja. Memang dasar anaknya bebal mau bagaimana lagi? Heran juga dirinya, Arjuna ini sebenarnya tahu konsep bertunangan atau tidak?

"Lo yakin yang ketemu lo kemarin beneran Luna? Sadar beneran kan itu?"

"Lo ngeraguin gue?!" Arjuna melotot dengan kesal. "Mau teler juga milih-milih tempat gue, ck!"

Hilang sudah kesan berwibwanya memang kalau berhadapan dengan babi satu ini. Klau tidak adu jotos ya memang seringnya adu urat. Seperti saat ini, Abimanyu hanya bisa memijit keningnya yang pusing. Semula dirinya sudah siap meluapkan kekesalan pada Arjuna saat benar-benar bisa bertemu dengan Luna. Tapi informasi yang didapatkannya benar-benar diluar dugaan.

"Dia juga nggak balik ke rumahnya. Rumahnya kosong dan malah petugas keamanan depan komples yang nyalain lampu halamannya."

"Lo sampai selidiki rumahnya?" Abimanyu menatap Arjuna yang sudah persis orang gila. Bagaimana tidak? Si babi satu ini bahkan beberapa hari ini menerornya tiada henti. Keduanya bahkan sampai mengecek ulang untuk memasikan data itu benar adanya bersama-sama sebanyak dua kali.

"Gue cuma nggak mau kecolongan lagi, Bim! Lo tahu sendiri... kita udah lacak keberadaan Luna selama lima tahun Bim, lima tahun! Sekarang saat dia ada di depan mata nggak mungkin gue biarin dia pergi lagi gitu aja!"

Abimanyu tahu itu. Selama lima tahun ini mereka benar-benar mencari keberadaan Luna. Tapi hasilnya selalu nihil tidak peduli bahkan sampai menggunakan koneksi dari kelurganya dan Arjuna sekalipun tetapi tidak banyak yang berhasil mereka dapatkan. Mereka hanya tahu kalau Luna meninggalkan indonesia. Dan itupun dengan identitas palsu!

Benar-benar sialan! Entah siapa dibalik semua ini sampai sulit sekali melacaknya. Tapi ada satu pertanyaan yang sampai detik ini tidak pernah benar-benar mereka temukan jawabannya. Pertanyaannya adalah... untuk apa Luna melakukan semua itu?!

Pergi dengan meninggalkan kesan terburu-buru. Tidak meninggalkan pesan apapun. Dan bahkan sekarang secara terang-terangan menghindari mereka dengan alasan yang sama sekali tidak mereka pikirkan.

"Lo yakin anak buah lo kerjanya benar? Luna masih di Indonesia kan?"

Sepenuhnya, Arjuna mengangguk yakin. "Sampai kecolongan lagi, udah gue tendang kepala mereka semua!"

Gila memang, tapi semua itu diperlukan disaat-saat krisis seperti sekarang ini. "Kalau Luna memang masih ada di Indonesia, kita pasti bisa menemukannya. Cepat atau lambat."

"Lo baru mulai berpikir kalau kecurigaan gue selama ini beralasan kan Bim?"

Abimanyu menggeleng dengan wajah muram, "ini udah lima tahun dan nggak seharusnya kita masih bahas masalah ini. Dewa udah nggak ada, gue sama Pandu yang cek sendiri makamnya. Dia benar dimakamkan di Surabaya disebelah makan Ibunya, Demi Tuhan!"

BLINDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang