19| Bad News

793 54 0
                                    

Dewa positif pneumonia.

Luna sedih sekali mendengarnya. Tidak berhenti menyalahkan dirinya yang sampai kecolongan hingga seperti ini. Pneumonia adalah penyakit serius, terutama untuk Dewa yang pernah mengalami pneumothorax.

Kecelakaan lima tahun lalu menyebabkan tiga tulang rusuk milik Dewa patah dan serpihannya sampai melukai paru-paru. Kondisinya kacau sekali waktu operasi pertama dilakukan dulu. Beruntung setelah pengangkatan limfa, paru-paru sebelah kiri Dewa bisa diselamatkan.

Kondisinya tidak juga membaik sampai akhirnya Dewa menjalani operasi untuk kedua kalinya dan baru bisa dikatakan stabil. Tidak terhitung berapa kali tindakan untuk bedah thorax yang Dewa jalani untuk mengatasi kebocoran paru-paru sebelah kirinya.

Luna yang bodoh sampai tidak sadar kalau memang beberapa hari belakangan ini Dewa sering kai mengeluhkan napasnya sesak dan dadanya sakit. Indikasi batuk dan juga demam yang dialaminya beberapa hari lalu adalah gejala awal dan Luna melewatkannya begitu saja. Meskipun Dewa menolak, seharusnya Luna tetap mengambil sikap tegas untuk paling tidak berkonsultasi dengan Prof. Armando.

Padahal dokter Dewa tersebut sudah sering mewanti-wanti untuk selalu memantau kondisi Dewa. Selama ini, Luna memang rutin selalu berkonsultasi baik secara langsung via telepon dan email, maupun melalui padrenya. Hanya kesibukannya beberapa hari belakangan yang membuat perhatiannya menjadi sedikit berkurang.

Bodohnya!

"Bagaimana, Dokter?" Luna langsung berdiri saat dokter keluar dari rungan ICU. "Apa sudah ada perkembangan?"

"Ini adalah hasil rontgen paru-paru pasien. Terjadi peradangan di sekitar alveolus dan juga terdapat cairan akibat infeksi bakteri penyebab pneumonia. Infeksinya cukup serius dan perlu tindakan lanjutan."

Lutut Luna menjadi lemas. Setelah dua hari tinggal di ICU nyatanya kondisi Dewa belum juga membaik. "Lalu... bagaimana?"

"Saya menerima catatan medis pasien. Tanpa organ limfa dan lagi paru-paru pasien hanya tersisa satu sepertinya akan sulit kalau hanya mengandalkan infus dan antibiotik."

"Maksud Dokter... haru operasi?"

Dan dokter mengangguk. "Tidak ada jalan lain. Sebenarnya operasi ini juga cukup beresiko mengingat rasio cairan di dalam paru-parunya yang tinggi. Karena kondisi spesialnya juga, pasien membutuhkan perawatan dan tindakan pra operasi yang khusus."

Luna tahu itu sudah merupakan pilihan tindakan yang terbaik mengingat urgensi dari kondisi Dewa saat ini. Demi Tuhan! Ini sudah dua hari berlalu dan Dewa bahkan belum juga sadarkan diri. Terkulai lemah dan tidak berdaya diruangan dingin ICU.

"Saya akan melakukan konsultasi dengan bagian bedah thorax."

Setelah mengatakannya, Luna juga perlu bersiap untuk segala kemungkinan terburuk. Prosedur penerbangan darurat juga sudah dirinya pikirkan kalau terpaksanya harus membawa Dewa kembali ke Jerman.

Sepenuhnya dirinya menyadari kalau tim dokter sudah melakukan segala yang bisa mereka lakukan untuk mebuat kondisi Dewa membaik. Tim dokter sendiri memang tidak memiliki pilihan lain selain melakukan tindakan operasi untuk menyedot cairan di dalam rongga alveoli dan paru-paru Dewa saat ini.

Mau bagaimana lagi? Saat tiba di rumah sakit Dewa memang sudah mengalami gejala awal gagal napas dan itu sangat berbahaya. Setely Luna menandatangani berkas persetujuan, malam itu juga Dewa dijadwalkan operasi thorax.

"Pasien mendapatkan satu kantung transfusi darah selama tindakan dan saat ini masih dalan pengaruh obat. Kami akan terus memantau perkembangannya setiap dua jam."

Luna mengangguk, "terima kasih, dokter."

Ketika ditinggalkan sendiri, Luna termenung lama di kursi tunggu ruang ICU. Pilihannya semakin bulat sekarang. Luna akan berbicara dengan padrenya masalah stase residennya dan dengan bantuan beberapa rekan juga koneksi padrenya, Luna mungkin bisa langsung mendapatkan acc dan aprove sertifikat stase tanpa harus benar-benar menyelesaikan pendidikannya.

BLINDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang