44|Archer and Wissesa

468 38 3
                                    

Halo... halo...
Maaf karena jarang update :(

Semog setelah ini bisa kembali konsisten up setiap hari :)

Apakah ada yang masih menunggu?

Cekidot.

■■■

"

Kami tidak bisa mengizinkan Tuan Muda meninggalkan ruangan."

Dua orang pengawal yang awalnya Abimanyu pikir hanyalah sebuah pajangan hidup ternyata memiliki tugas penting lainnya. Tidak lain adalah menjaga Arjuna tetap diam dan berada di dalam ruangannya. Dasar keras kepala memang, sahabatnya ini malah dengan santainya meminta Abimanyu membantunya pergi.

Tahu akan begini kan Abimanyu bisa menyiapkan beberapa pengawal juga. Dasar!

"Ini urusan mendesak dan kami—"

Bugh!

Belum sempat Abimanyu menyelesaikan kalimatnya, Arjuna sudah lebih dulu menggunakan tinjunya. Satu pengawal tumbang dan sebelum satu orang lainnya memberikan perlawanan, lagi-lagi Arjuna sudah menendangnya hingga tersungkur. Sudah begitu wajah tengilnya sama sekali tidak mununjukkan raut penyesalan.

Kedua bodyguard yang merupakan orang suruhan Bima Wissesa tersebut langsung meringkuk tidak sadarkan diri. Abimanyu menatap Arjuna dengan takjub sebelum bertepuk tangan dramatis.

"Nggak salah memang lo jadi anaknya Bima Wissesa."

Arjuna hanya melirik, "lo lagi muji gue?"

Tangan kanan Arjuna statusnya masih dalam tahapan pemulihan pasca retak dibagian pergelangan tangan hingga membuatnya mengorbankan tangan kirinya. Bodoh memang, karena sekarang rasanya buku-buku tangan kirinya berdenyut protes. Pukulannya tadi juga terkesan memaksakan diri.

"Tenaga paaien macam begini yang harus diwaspadai. Sakit aja lo beringas begini apalagi sehat? Gue harus kasih peringatan sama staf dan perawat yang jaga VIP 1."

Arjuna mengibaskan tangannya acuh, "mereka ini kacung gue dirumah. Mana ada sejarahnya kacung lebih kuat dari majikannya?"

"Mulut begini kalau Bunda Kirana tahu, ck..ck..."

Arjuna hanya menyengir disebelahnya. Memang semua sikap kasar ini adalah turunan sang ayah. Mana ada bundanya yang lemah lembut itu tega bersikap kasar? Kecuali kalau sedang marah dan yang menjadi sasarannya tidak tanggung-tanggung adalah telinganya.

Haish!

Membayangkannya saja sudah membuat tubuhnya bergidig. Semoga saja bundanya mau memaklumi kenakalannya yang aatu ini.

"Ayo, kita nggak punya banyak waktu. Anak buah Om Bima banyak tersebar di rumah sakit ini. Kalau mau kabur dengan aman kita harus cepat."

Arjuna menaikan sebelah alisnya. Tidak tahu saja ayahnya siap mengerahkan anak buah untuk menjaga setiap sudut rumah sakit demi memastikannya aman. Dan melalui tatapan meragukannya itulah Abimanyu mendecih sebal.

"Lo pasti berpikir gue berlebihan tapi ini benar adanya. Orang yang nggak tahu bisa aja mengira anak nenteri pertahanan yang lagi dirawat disini dan bukannya bocah tengil bego macam lo!"

"Sialan!"

Lalu keduanya berjalan beriringan menuju lift khusus. Dengan lift ini mereka akan terbebas dan langsung bisa mengakses lantai duapuluh lima. Kenapa keatas dan bukannya ke lantai dasar?

BLINDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang