Dokter Irawan adalah salah satu Dokter bedh saraf terbaik di rumah sakit tempat Dewa dirawat. Semua orang tahu, bukan hal mudah mendapatkan Dokter Irawan untuk menangani seorang pasien karena jadwalnya sendiri yang begitu padat. Butuh waiting list atau mungkin rekomendasi dari orang penting lainnya hanya demi menjadi pasiennya.
Dan saat ini, Dewa menjadi pasien prioritas dari Dokter Irawan.
Dokter Irawan bahkan sampai turun ke ICU demi menjadi Dokter Dewa hanya karena satu alasan. Luna Aquane. Putri tunggal Irawan tersebut memintanya secara khusus untuk menjadi Dokter Dewa.
Luna menatap padrenya tidak percaya, "demi kebaikan Luna? yang Luna mau adalah Dewa Padre. Luna mau Dewa!" Jeritan Luna malah menerbitkan senyuman di bibir Irawan.
Dokter senior tersebut melepas kacamata bacanya yang langsung membuat penampilannya berkali lipat menjadi lebih terlihat muda. Dirinya memang memiliki Luna diusia belia. Terlebih memang tidak banyak yang mengetahui hubungan keduanya selama ini.
"Karena itu Padre berikan Dewa untuk kamu."
Luna sungguh tidak mengerti. Padrenya sendiri yang meminta keluarga Dewa untuk menandatangani surat pernyataan dan itu artinya persetujun melepas semua alat penopang hidup yang menjadi alasan Dewa masih bisa bertahan. Lalu sekarang ini tiba-tiba beralasan dan mengatakan kalau semua dilakukan demi dirinya?
"Luna nggak mengerti maksud Padre,"
Dokter Irawan bangkit dari kursinya dan berjalan mendekati putrinya. Dibimbingnya Luna untuk duduk di kursi kebesarannya. Luna menurut saja meskipun jelas belum mengerti maksud dari padrenya tersebut.
"Ini berkas pernyataan untuk mencabut alat-alat di yang ada pada tubuh Dewa," Irawan menunjuk surat yang berada di hadapan bibi Dewa, "dan ini adalah chart terbaru kondisi pemeriksaan medis milik Dewa."
Luna menatap berkas dihadapannya dengan kening mengernyit. "Maksud Padre—"
Irawan mengangguk. Tangannya terulur mengusapi sisa air mata di pipi putrinya, "Padre akan melakukan apapun untuk mempertahankan kehidupannya, tapi tidak disini. Kedua orang ini setuju kita membawa Dewa pergi, kita akan melakukan yang terbaik untuk menyelamatkannya. Padre janji."
Luna mengerjap. Padrenya bukannya mau membunuh Dewa tetapi menyelamatkan Dewa. Luna menyadari kalau tetap disini maka kemungkinan besar Dewa tidak akan bisa bertahan. Mereka membutuhkan peralatan yang lebih baik, fasilitas lengkap juga perawatan intensif, dan itu bisa dilakukan dengan membawa Dewa menerima pemeriksaan lengkap di luar negeri.
"Kamu ingat Mr. Armando?" Irawan mengusap kepala Luna dengan sayang. Tatapannya melembut begitu saja.
Luna mengangguk linglung, masih belum cukup mencerna rencana padrenya yang benar-benar tidak di duganya.
"Padre sudah menghubungi teman Padre itu untuk mengaturkan jadwal operasi. Kita memiliki peluang lebih besar dengan tingkat keberhasilan operasi tulang belakang kalau itu dilakukan di Jerman. Mr. Armando sendiri yang akan menjadi dokternya disana."
"Padre serius?"
"Tentu saja, semuanya Padre lakukan demi kamu sayang. Tidak peduli dia sudah menyakiti hati putri Padre yang berharga ini. Padre bahkan rela membangkitkannya dari kematian kalau itu bisa membuat kamu bahagia."
Luna berkaca-kaca dan menghambur memeluk padrenya tersebut. "Terima kasih Padre... terima kasih."
Irawan mengusapi punggung Luna lembut, sementara tatapannya berubah datar saat menatap dua orang dihadapannya yang menyaksikan dalam diam. Melalui tatapan matanya, Irawan meminta Masitoh untuk menandatangani berkas-berkas milik Dewa.
KAMU SEDANG MEMBACA
BLIND
ChickLitLuna mencintai Dewa. Itu yang selama ini dirinya yakini dengan terus berada disisi sahabatnya yang tidak lagi memiliki keadaan fisik seperti dulu. Dewa sakit, dan Luna selalu mengusahakan yang terbaik sampai saat masa lalu kelam keduanya terungkap. ...