5 | Dia atau Aku?

1K 60 3
                                    

Pintu kamar mandi terbuka dan Luna bergerak mendekat, meraih pinggang Dewa untuk dituntunnya menuju bed. Langkah Dewa masih sesekali tertatih nyeri saat luka memar di perutnya tertarik.

"Lo harus banyak-banyak istirahat!" ujar Luna sedikit ketus saat lagi-lagi Dewa melirik kearah pintu.

Luna tahu siapa yang ditunggu Dewa tetapi tetap berpura-pura tidak tahu. Kehadiran Pandu dan Arjuna setidaknya bisa sedikit mengalihkan Dewa. Biar bagaimanapun, Zizi pantas disalahkan untuk keadaan Dewa saat ini.

Ketakutan Luna beralasan. Semuanya terbukti dan Dewa masih saja keras kepala begini. Arjuna turut terkena imbas dengan didiami oleh Luna. Dewa sampai menjadi korban pengeroyokan begini karena Arjuna selalu meremehkan feelingnya.

Abimanyu dan Pandu juga sama. Andai saja semuanya tidak sekongkol menyembunyikan fakta kalau Dewa membawa Zizi bersembunyi di basecamp mereka pastilah semua ini tidak akan terjadi. B'Talk kacau dan Dewa sampai harus masuk rumah sakit jelas adalah salah Zizi!

Tok... tok... tok

Ketukan di pintu disusul Arjuna yang memasuki ruangan dengan Zizi berada di belakangnya. Jelas sekali Arjuna lah yang membawa perempuan tersebut masuk.

Luna membencinya. Amat sangat membencinya.

"Kenapa lo bawa dia masuk?" Sinis Luna dengan sorot tajam.

Dewa menegakan punggung, pandangannya terhalang tubuh Luna sehingga tidak langsung tahu siapa yang datang. "Zizi..."

Luna geram melihat mata berkaca-kaca Zizi. Baginya perempuan yang menyebabkan Dewa sampai berada di rumah sakit tidaklah pantas nunjukan raut menderita seperti itu.

"Pergi!"

Dewa meraih lengan Luna ketika perempuan tersebut berniat kembali mengusir Zizi.

"Dia nggak berhak ada disini! Dia yang buat lo sampai seperti ini! Sadar Dewa!"

"Gue yang putuskan siapa yang berhak dan nggak ada di sini." Dewa memasang raut serius.

Arjuna maju dan menarik tubuh Luna untuk menyingkir. Luna yang jelas-jelas enggan meninggalkan Dewa bersama Zizi dipaksa Arjuna untuk keluar dari ruangan. Arjuna baru melepaskan tangan Luna saat keduanya sudah berada cukup jauh dari ruangan Dewa.

Luna melirik sinis pada dua orang pengawal milik Arjuna yang berjaga di depan ruang rawat. Jika sebegitu sulitnya Zizi keluar dari rumahnya, bukankan lebih baik perempuan tersebut tetap tinggal?

Begitu Arjuna melepaskan tangannya, Luna langsung bersedekap dengan tatapan tajam kepada sang sahabat. "Gue nggak ngerti jalan pikiran lo!"

Arjuna menghela napas panjang, memilih meraih kedua bahu Luna sebelum menjelaskan. "Mereka butuh waktu Lun, kalau bukan untuk memperbaiki setidaknya buat mengakhiri apa yang harus diakhiri diantara mereka."

"Dewa nggak perlu itu semua!"

Arjuna geleng kepala melihat sikap keras kepala Luna, "lo nggak berubah ya? Lo pikir lo bisa jadi satu-satunya orang yang mengambil keputusan? Egois lo."

Luna menatap Arjuna dengan sengit. Baginya semuanya kacau karena kehadiran Zizi. Sebelum perempuan tersebut datang, hidup Luna tenang. Kini semuanya terasa begitu kacau.

"Gue lakuin ini demi kebaikan Dewa, perempuan itu cuma buat Dewa menderita. Yang gue nggak tahu kenapa lo malah belain dia, lo sahabat gue?!"

Arjuna tertawa sumbang. Lelaki tersebut menatap Luna tepat dimatanya, "terus apa bedanya lo sama Zizi? Kalau bersama Zizi lo sebut Dewa menderita terus di dekat lo apa Dewa nggak menderita?"

BLINDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang