38|Relasi Kuat

579 48 3
                                    

Toktok... update lagi hehe
Lagi semedi sebenarnya tp tiap baca komen yg lama lama jadi pengen up.

Walau up cerita yg udah pernah tamat tp ternyata banyak revisinya. Jadi harap bersabar semuanya...

.
.
.

Abimanyu melirik kearah pintu untuk kesekian kalinya. Dirinya bahkan berani bersumpah tidak melebih-lebihkan saat mengatakan kalau butuh usaha lebih hanya untuk sekedar mendapatkan akses mengunjungi sahabatnya ini.

Bahkan dengan posisinya sebagai direktur rumah sakit. Sial! Kalau saja tidak butuh bertemu dengan Arjuna segera, maka mungkin dirinya akan lebih memilih menunggu sampai penjagaannya diperlonggar.

"Maaf ya Abim, Ayahnya Juna memang terkadang sukanya berlebihan."

Untung saja Bunda dari sahabatnya ini ada disini atau Abimanyu sendiri yakin bisa saja dikuliti berdiri oleh tatapan tajam Bima Wissesa. "Iya Bunda, nggak apa-apa. Abim mengerti."

Bahu kiri Abimanyu ditepuk pelan sebelum Kirana berpamitan pergi. Tentu saja setelah lebih dulu menitipkan Arjuna. Sedangkan Abimanyu sebisa mungkin meminimalisir interaksinya dengan lelaki berwajah muram yang berdiri mengiringi istrinya tersebut.

"Kemarin sempat drop lagi, jadi mungkin masih agak lemas anaknya. Kamu yang sabar ya..."

Helaan napas Abimanyu memelan. Menghadapi Arjuna versi sehat saja sudah sangat merepotkan, apalagi versi sakit seperti ini? Entahlah... mungkin ini ujian untuk kesabarannya.

"Bunda titip Juna, ya?"

Abimanyu mengangguk lalu menunggu hingga pasangan Wissesa tersebut lebih dulu berlalu pergi dan baru menggeser pintu untuk masuk. Abimanyu langsung berdecak begitu melihat tingkah Arjuna. "Ck! Begini ini katanya drop? Sakit?"

"Gue beneran sakit, oi!"

Arjuna langsung bersungut tidak terima. Hanya sebentar lalu menggeser punggung dan beralih menekan-nekan bed. Wajahnya sangat serius saat kemudian menoleh kepada Abimanyu. "Lo sebagai calon Direktur Central Hospital tolong bilang komplain gue ke bagian pengembangan, ini bed nya terlalu keras. Pegal punggung gue baringan disini tiga hari, ck!"

"Gue nggak keberatan panggil perawat buat bawain brankar mayat buat lo sekarang juga."

"Si bego! Gue ini pasien disini. Yang sopan!"

"Orang yang cukup sehat buat mengancam dan membajak ponsel Dokter yang datang memeriksa nggak pantas lagi disebut pasien." cibir Abimanyu. "Lagian bisa-bisanya tiba-tiba telepon gue pakai ponsel Dokter Adam."

Memang itulah satu-satunya car yang terpikirkan oleh Arjuna. Dirinya tentu langsung tidak terima dan balas mendebat, meskipun benar dengan cara seperti itulah akhirnya Abimanyu bisa datang dan menemuinya. Memang dasar keterlaluan Ayahnya itu yang sampai benar-benar memblokir aksesnya menghubungi siapapun.

Dikira dirinya anak kecil? Ck!

"Gue disini udah tiga hari dan lo baru datang sekarang masih gue akui sahabat juga udah untung namanya!" Arjuna yang duduk menyandar terang-terangan menyindir.

"Gue sibuk. Mana ada waktu ngurusin beginian." Abimanyu jelas gengsi mengakui kekhawatirannya. "Lagian cuma luka lecet-lecet begini mana berasa buat lo."

Enak saja! Dirinya yang geger otak ringan dikatakan bukan luka besar! Sayangnya, sikap impulsifnya yang justru membuat Arjuna kembali mengaduh kesakitan. Arjuna yang menegakan punggung langsung mengaduh saat merasakan nyeri dipergelangan tangan. Tangan kanannya memang dibalut elastis perban karena terkilir cukup serius. Meski tidak sampai retak tetap saja rasanya lumayan menyakitkan.

BLINDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang