39|DEWA: Objek Satu Tiga

577 50 5
                                    

Fashback...

.
.
.

LIMA TAHUN LALU—

Hari ke- 400
Laboratorium of Neurologi, Pasific Hospital. Jerman.

Gelap. Dingin.

Dua kata itu yang menggambarkan perasaan Dewa saat ini. Pandangannya yang terasa kabur hanya mampu untuk menangkap remang cahaya lampu yang tepat berada diatas kepalanya. Jeda satu detik untuk pupil matanya melebar sebelum kembali meredup.

Tubuhnya kaku dan saat mencoba bergerak yang didapatkannya hanya rasa sakit. Jenis sakit yang menusuk hingga ke bagian tulang terdalamnya. Sakit sekali terutama diarea batang leher hingga ujung tulang belakang. Meski tidak tahu pastinya darimana rasa sakit tersebut berasal tapi Dewa yakin itu ada didalam tubuhnya.

Kesadarannya timbul dan tenggelam. Dewa mengerang lirih dan baru menyadari sesuatu bahwa saat ini mulutnya penuh dijejal oleh sebuah selang panjang yang bermuara dan menyentuh ujung dadanya.

Ini dimana?

Satu pertanyaan itu berputar dan Dewa menangkap suara-suara orang yang sedang berbicara berada disekelilingnya. Ada lebih dari satu orang sepertinya dan pandangan kabur Dewa tidak mampu mengenali satupun dari sosok-sosok yang berada disekelilingnya tersebut.

"Dokter, he is awake!"

Dengungan suara semakin jelas terdengar dan Dewa mengerang hingga tenggorokannya terasa berair. Selang ini menekan dadanya hingga sengatan nyeri menderanya. Lendir dan cairan mulai memenuhi selang hingga membuatnya tersenggal oleh desakan napasnya sendiri.

"Oh, god! Dewa... can you hear me?"

Tangan-tangan dingin menyentuh kulitnya hingga membuat tubuhnya berjingkat terkejut. Setelahnya baru Dewa menyadari tidak ada sehelai benangpun yang kini melekat ditubuhnya. Tubuh malangnya berbaring dengan posisi menyamping dengan sebuah penyangga dibagian pinggang. Sengatan-sengatan kecil terasa dibeberapa titik tulang punggungnya.

"Tekanan darahnya turun kembali, Dokter. Respon otak melemah."

Kelopak mata Dewa yang mengejang dan hanya mampu membuka separuh ditekan hingga bisa dibuka lebih lebar. Sinar dari penlight yang diarahkan pada pupil matanya yang meredup membuat kejang pelan terjadi.

"Transplant di otak belum sempurna mengembang. Result nya tidak cukup mampu untuk mempertahankan tingkat kesadaran tertentu." Penlight ditarik redup dan tubuh Dewa tidak lagi bergerak. "Kondisi dormannya belum membaik."

Perawat memberikan satu ambul suntikan yang sudah diisi dengan dosis obat. Lalu ujung jarumnya ditekan hingga menusuk pelipis dan menyisakan desis kesakitan dari tubuh Dewa yang kembali mengejang meski pelan.

"Kamu akan baik-baik saja..."

Bersamaan dengan bisikan lirih kalimat tersebut, Dewa merasakan sesuatu ditarik keluar dari pelipis kirinya. Dilanjutkan dengan sengatan kuat pada bagian tulang belakangnya. Sakit sekali sampai dirinya kembali mengejang menyembulkan urat-urat disekitaran leher dan wajah.

Detik selanjutnya semua kembali berubah gelap. Kesadarannya hilang.

Entah untuk yang keberapa kalinya.

Hari ke-410.
Laboratorium of Neurologi, Pasific Hospital. Jerman.

Sakit! Sakit! Sakit!

Tidak ada kata lain yang bisa Dewa ingat selain sakit. Seluruh tubuhnya, dari ujung jari kaki hingga kepala rasanya seperti disengat ribuan volt listrik. Selang panjang masih menjulur dari dalam mulutnya dan Dewa merasakan cairan amis merembes dari sela-sela mulut akibat entakan dibagian dadanya.

BLINDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang