53

2.2K 61 4
                                    

Ku ukir nama mu dalam coretan pena..
Ku tuangkan keindahan mu melalui untaian kata..
Ku rangkai kata demi kata menjadi sebuah cerita..
Bukan cerita tentang kita..

Kau hanya ku kagumi namun tak ku miliki..
Kau hanya ku puja namun tak ku singgahi..
Kita, amat sangat berbeda..

Aku dan kamu tak akan pernah menjadi kita..
Pagi, tak akan menemani senja..
Ikan, tak akan menembus cakrawala..
Aku dan kamu tak akan pernah bersama..


~Nadine

Dibawah gelapnya malam yang di hiasi bintang, di temani daun yang berguguran. Nadine melamun di balik jendela kamarnya.

Mengapa rasanya susah sekali untuk menghapus Riza dalam otaknya? Ia selalu muncul dan menganggu tidur malamnya. Tak ada yang bisa lakukan selain mengingat semua keburukan Riza untuk membuatnya berhenti untuk memikirkan Riza.

Namun, jauh dalam lubuk hatinya yang paling dalam ia pun sudah terlanjur mencintai Riza. Ia tak dapat menahan hatinya sendiri untuk tak mencintai Riza, setelah banyak sekalian pengorbanan yang telah dilakukan Riza untuk membuatnya membuka hatinya untuk Riza.

Sudah beberapa bulan ini Riza menunjukan keseriusannya kepada Nadine, bahkan Riza sudah tak sungkan untuk berkunjung kerumah Nadine saat pulang kantor, ia telah berhasil mengambil perhatian ibu dan nenek Nadine. Namun, Nadine masih saja bersikeras menolaknya, karna ia selalu berfikir jika ia hanyalah seorang wanita miskin yang tak pantas bersanding dengan Riza.

Tak jarang teman sekantornya pun menjulukinya sebagai Sekretaris Penggoda.

Banyak sekali yang mencemooh tentang kedekatan Nadine dengan Riza, pasalnya, Nadine adalah sekertaris Riza, tentu akan banyak yang beranggapan jika Nadine telah menggoda Riza. Itulah sebabnya ia selalu bersikeras untuk menolak Riza.

***

Tookk.tookk..

Nadine segera membuka pintu saat terdengar suara "masuk" dari dalam ruangan.

Nadine berjalan menghampiri meja kerja Riza sambil membawa beberapa berkas di tangan kirinya.

"Permisi Pak, saya membawa beberapa berkas yang harus bapak tanda tangani" Ucap Nadine seraya menyodorkan beberapa lembar kertas ke hadapan Riza.

Riza mengambil kertas itu dan segera menandatanganinya.

Ia menyerahkan berkas itu dan menatap Nadine dalam.

"Nad, beri tahu saya, apa yang harus saya lakukan agar kamu menerima saya?" Ucap Riza menatap kedua bola mata Nadine.

"Maaf Pak, ini masih jam kantor, sebaiknya kita bicarakan ini lain waktu, saya tak ingin karyawan disini semakin menggunjing saya" Ucap Nadine membuang wajahnya ke arah samping.

Tak ada yang dapat dilakukan Riza selain hanya menatap Nadine berjalan keluar meninggalkan ruangan kerja Riza.

**

Jam makan siang pun tiba, sesaat sebelum para karyawan meninggalkan mejanya, Riza memerintahkan semua karyawan untuk tetap berada ditempatnya masing-masing. Ada sesuatu yang akan ia sampaikan kepada pekerjanya.

Riza bejalan dengan gagah sembari merapikan kemeja dan jasnya. Semua wanita disana tampak terpesona dengan ketampanan yang Riza miliki.

"Sorry to interrupt for a moment, I am Riza as the leader of Barack Advertaising, I just want to emphasize to all of you that I love Nadine, my secretary. (maaf mengganggu waktunya sebentar, saya Riza sebagai pemimpin Barack Advertaising hanya ingin menegaskan kepada kalian semua bahwa saya mencintai Nadine, sekertaris saya)" Ucap Riza

Semua orang disana terkejut, termasuk Nadine. Ia tak menyangka jika Riza akan melakukan hal sejauh ini. Tak sedikit karyawan disana menatap Nadine dengan rasa iri dan dengki.

Bukan tanpa alasan Riza melakukan ini semua, Riza berharap agar semua karyawan disini mengerti jika BUKAN Nadine yang menggodanya tetapi memang dirinyalah yang mencintai Nadine. Semoga dengan apa yang dilakukannya ini, mereka akan berhenti mencemooh Nadine.

Riza adalah lelaki tampan dan mapan, tentu banyak wanita yang tergila-gila kepadanya, berita tentang pemerkosaannya beberapa waktu lalu pun perlahan mulai menghilang sejak hubungan kerja samanya dengan Gantara's Group.

"I love her not because she is my secretary, but as Nadine. She is an independent, intelligent woman and of course she is the only reason for me to get back up when I fall. (Saya mencintai dia bukan karena dia adalah sekretaris saya, tetapi sebagai Nadine. Dia adalah wanita yang mandiri, cerdas dan tentunya dia adalah satu satunya alasan untuk saya kembali berdiri disaat saya terjatuh)" Riza melanjutkan.

Tak dapat dipungkiri jika semua perkataan yang keluar dari mulut Riza membuat hati Nadine tersentuh.

Bahkan banyak wanita yang menginginkan posisi Nadine saat ini.

"In front of all of you, I want to say, Nadine will you be my wife? (Di depan kalian semua saya ingin mengatakan, Nadine maukah kamu menjadi istriku?)" Ucap Riza yang di iringi suara tepuk tangan yang memenuhi ruangan itu.

Satu detik..
Dua detik..
Tiga detik..

Ruangan hening, semua menunggu jawaban apa yang akan keluar dari mulut Nadine.

Nadine berfikir sejenak, ia menatap seisi ruangan, semua tersenyum kepadanya, seolah menintanya untuk menerima lamaran Riza.

Dengan perasaan ragu, Nadine menelan salivanya kemudian berkata, "Yess, I will" Jawab Nadine disambut dengan sorakan para karyawan. Semua bertepuk tangan dan bersorak untuk bersatunya cinta antara bos dan sekertarisnya.


Dari sekian banyak perjuangan yang telah dilakukan Riza mungkin kini sudah saatnya untuk Nadine menerima Riza sebagai cinta sejatinya.

Ia tak ingin mempermalukan Riza di depan banyak orang jika ia menolaknya, namun tak dapat dipungkiri jika Nadine memanglah mencintai Riza.

Riza yang mendengar jawaban Nadine segera berlari dan memeluk Nadine erat. Ia mengusap rambutnya dan berjanji kepada dirinya sendiri untuk selalu membuat Nadine bahagia. Tak akan pernah ia sia-siakan Nadine, ia akan menjaga Nadine, dan membuatnya menjadi wanita paling bahagia di dunia. Itulah janji ia kepada dirinya sendiri.

Riza telah membunuh adiknya sendiri karena kesalahanya, ia pun telah membuat nama baiknya rusak, perusahaan papanya bangkrut dan mengambil masa depan Ara karna ambisinya dalam hal pekerjaan, bahkan ia telah kehilangan wanita pertama yang berhasil mengambil hatinya karena kebodohannya.

Riza telah melalui masa-masa pahit dalam hidupnya dan sekarang ia berhasil menata kembali hidupnya berkat Nadine, tuhan selalu mempunyai rencana dalam kehidupan seseorang.

Akan selalu ada hikmah yang dipetik dibalik kesedian seseorang. Jangan pernah merasa putus asa apalagi membenci diri sendiri karena kesalahan yang telah kita lakukan.

Yang harus kita lakukan hanyalah menerima dan bersabar, karna hidup adalah melangkah kedepan, kita hanya bisa mengukur masa lalu sebagai pelajaran.

Danish dan Ara pun sudah menjalani hidup bahagia bersama Rasel di Jakarta. Kini, Riza dan Nadine yang akan membangun kebahagiaanya sendiri di kota London.

End


***

Terima kasih untuk semua yang sudah menyempatkan waktunya membaca tulisan aku ini.

Maaf jika ending tak sesuai ekspetasi kalian karna aku masih dalam tahap belajar menulis dan berimajinasi.

Secepatnya aku akan publikasikan karya kedua dari tulisan aku. Terima kasih.

ZahiraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang