Terik matahari masuk melalui jendela rumah Ara dan mengganggu tidurnya. Namun, rasa kantuk yang ia rasakan sangat besar, ia segera kembali menarik selimut untuk membungkus seluruh tubuhnya dan kembali ke alam mimpi.
Semalam, ia tidak bisa tidur karena rasa senang terus membalut hatinya. Ia sangat tidak sabar akan pernikahannya yang akan di gelar empat hari lagi.
Ia merasa sangat bahagia karena ia akan segera tinggal bersama lelaki yang ia cintai dan akan memulai kehidupan baru sebagai seorang istri, ia sangat tidak sabar dengan hari pernikahannya itu.
Tok.tok.tok
"Zahira cepat buka pintu nya, kamu pasti masih tidur ya" ibu Kiki terus mengoceh karena Ara tak kunjung membukakan pintu untuknya.
"Zahira cepat buka, ibu marah ya" ancam ibu Kiki
"Ih kenapa sih harus ancam begitu kan gue gak bisa kalo Bu Kiki marah gitu" Ara bergumam.
Ia bangkit dari kasurnya dan segera membuka pintu rumahnya, karena jika tidak bu Kiki akan terus menggendor gedor pintu itu sampai putus dari engselnya.
Meskipun Kiki bukan ibu kandung Ara, tetapi Ara sangat menyayanginya seperti ibu kandung sendiri. Dan ibu Kiki juga sangat menyayangi Ara seperti anak kandungnya.
Karena memang saat Bu Kiki bertemu dengan Ara ia belum memiliki anak dan setelah pernikahannya menginjak 11 tahun ia baru di karuniai anak yang sekarang umurnya baru menginjak 4tahun.
"Ya ampun Ara jam segini masih buluk begitu, buruan mandi sana. Kan kita ada janji mau bayar cattering untuk acara pernikahan kamu"
Dengan malas Ara menjawab "Ah ibu, Ara kan cuma ingin nikahnya biasa aja, lagi pula Ara tuh gak punya teman. Cukup keluarga ibu aja, mungkin ada beberapa temen kerja Haikal yang akan Haikal undang"
"tapi kan cuma mengundang tetangga sekitar saja, bukan acara mewah kok"
"Tapi uang Haikal kan gak cukup buat bayar ini dan itunya" protes Ara
"Berapa kali ibu harus bilang kalo kamu sudah ibu anggap sebagai anak ibu sendiri, jadi kalo hanya mengeluarkan biaya untuk cattering dan tenda saja gak masalah kok, lagian pula gak mengundang banyak orang, hanya tetangga sekitar sini saja" Bu Kiki menjelaskan
Ara sangat terharu dengan perkaatan Bu Kiki "Makasih ya Bu, kenapa Ara gak lahir dari rahim ibu aja yah. Kenapa ara harus lahir dari rahim seorang wanita yang ga pernah menginginkan Ara" Ara memeluk Bu Kiki erat
"Udah gak boleh ngomong itu, meskipun kamu bukan lahir dari rahim ibu juga ibu tetep sayang ko. Sekarang buruan mandi atau ibu akan cubit kamu sekarang juga" ancam Bu Kiki
Ara yang mendapat ancaman dari Bu Kiki segera berlari ke kamar mandi untuk segera bersiap. 15menit kemudian Ara sudah berada di hadapan Bu Kiki.
Ara segera mengunci pintunya dan segera berjalan menuju ujung gang untuk mencari angkutan umum.
Tak lama kemudian angkutan umum itu pun berhenti tepat di hadapan mereka. Dan mereka segera masuk dan duduk berdampingan. Di sepanjang perjalanan bu Kiki terus saja menggoda Ara yang keliatan sudah sangat tidak sabar untuk menjadi istri Haikal.
***
Pukul 15.00 Ara dan Bu Kiki telah sampai di rumah. Bu Kiki langsung kembali kerumahnya karena anaknya sudah terlelap di gendongan Bu Kiki saat perjalanan pulang tadi.
Ara yang baru sampai dirumahnya tampak gembira karena melihat sosok laki-laki yang sangat ia cintai sedang duduk di kursi rotan yang berada di teras dengan tangan yang sedang memainkan ponsel.

KAMU SEDANG MEMBACA
Zahira
Teen FictionBagaimana Zahira harus menerima kenyataan bahwa ia telah di perkosa oleh seorang bajingan? Dan ia harus mengandung anak dari hasil pemerkosaan yang di alaminya? Bagaimana ia menjalani hidupnya? Apakah ia akan menerima dan menyayangi anak itu atau ba...