Maaf ya aku sangat lama gak up cerita ini.
Aku tuh baru pindah rumah, jadi sibuk banget sampai cerita ini terbengkalai.Terima kasih untuk yang masih nungguin cerita ini sampai akhir.
______________________________
Kota London diselimuti salju setebal lima sentimeter, kendaraan yang melaju di jalan pun harus berhati-hati karna jalan yang licin bisa membuat mobil tergelincir.
Riza menyetir mobil dengan sangat berhati-hati, ia melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang. Ia menengok kiri dan kanan untuk mencari restoran yang menjual sup untuk menghangatkan tubuhnya sebelum akhirnya mereka kembali ke Airin Hospital.
"Loh kok kita berenti disini pak?" Ucap Nadine. Ia tampak kebingungan kala Riza memarkirkan kendaraannya di salah satu restoran mewah di pusat kota London.
"Saya lapar." ucap Riza sebelum keluar dari mobilnya.
"Lalu, bagaimana dengan saya pak?" Ucap Nadine yang membuka kaca mobilnya.
"Bagaimana apanya Nad? Saya lapar dan saya ingin makan" ucap Riza yang segera meninggalkan Nadine di dalam mobilnya
Nadine memajukan bibirnya "apa tadi dia bilang? Lapar? Hey gue juga belom makan apa-apa sejak malam tadi" gumam Nadine.
Nadine segera keluar dari mobil sebelum Riza menghilang dari pandangannya. Ia berlari kecil untuk mengejar Riza yang sudah duduk disalah satu meja. Nadine berhasil mendudukan bokongnya pada satu kursi yang berhadapan dengan kursi yang di duduki oleh Riza.
Riza menaikkan sebelah alisnya "mau ngapain kamu duduk disini?" Tanya nya.
"Saya mau makan lah. Pokoknya bapak harus traktir saya makan. Saya lapar pak! Sejak malam tadi belum makan" umpat Nadine
Riza melambaikan tangan dan seorang pelayan restoran menghampiri mereka dengan membawa buku menu ditangan nya.
Riza tampak menghiraukan Nadine yang sejak tadi menatapnya dengan tatapan sayu, berharap Riza akan terketuk pintu hatinya dan setuju untuk membayarinya makan ditempat ini.
"Bayar masing-masing, Ok!" Ucap Riza sambil menatap buku menu yang di berikan pelayan restoran.
Nadine terlihat shock dengan perkataan Riza yang tak mau membayarinya makan. Sungguh Nadine semakin muak dengan bosnya ini. Ia ingin sekali mencakar wajah bosnya yang pelit itu sekarang juga.
Nadine menarik nafasnya dan membuangnya perlahan. Ia mencoba mengontrol emosinya agar tak memuncak saat ini.
"One bowl a soup and hot tea" kata Riza dengan menutup menu dan memberikannya kembali kepada pelayan restoran. Sementara Nadine, terlihat masih membuka lembaran demi lembaran buku menu di tangannya. Ia tampak kebingungan dalam memilih makanan
"Kamu lama sekali Nad, dia sudah menunggu" ucap Riza menunjuk pelayan restoran yang masih berdiri menunggu pesanan Nadine
Nadine menutup buku menu itu dan segera memberikannya kepada pelayan restoran "a glass hot tea"
Begitu selsai menulis, maka sang pelayan pun segera pergi meninggalkan mereka. Riza menyembunyikan bibirnya yang sedang menahan tawa
"Bapak kenapa ketawa?" Tanya Nadine sinis.
"Kamu cuma pesan teh? Katanya lapar?" ledek Riza
"Teh aja sudah sangat mahal bagi saya pak, uang saya tidak cukup untuk membeli makan disini" ucap Nadine sambil membuang wajahnya ke arah samping. Ia tak ingin berlama-lama menatap wajah bosnya yang sangat menjijikan baginya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Zahira
Fiksi RemajaBagaimana Zahira harus menerima kenyataan bahwa ia telah di perkosa oleh seorang bajingan? Dan ia harus mengandung anak dari hasil pemerkosaan yang di alaminya? Bagaimana ia menjalani hidupnya? Apakah ia akan menerima dan menyayangi anak itu atau ba...