Haii.
Budayakan vote sebelum membaca ya..
______________________________
Rasanya sangat lelah sekali seharian harus berdiri di pelaminan dan harus tersenyum setiap saat agar semua tamu pulang membawa rasa kepuasan.
Acara pernikahan Ara dan Danish berjalan dengan lancar. Dan rasanya Ara sudah tak sabar ingin kembali ke kamarnya untuk beristirahat.
Tubuhnya pun terasa sangat lengket dan harus segera di basuh dengan Air.
Saat semua tamu undangan telah meninggalkan kediaman Gantara, Ara dengan tak sabar segera berlari kecil menuju lantai atas untuk mengistirahatkan badannya.
"Ara,kamu mau kemana?" Panggil Sinta
"Mau ke kamar ma, aku capek banget mau istirahat" ucap Ara lesu
"malam ini kamu tidur di kamar Danish ya sayang, karna bu Kiki kan sedang menginap disini dan kebetulan kamar tamu sudah di isi oma jadi bu kiki akan tidur di kamar kamu" ucap Sinta sesaat yang menahan Ara masuk ke dalam kamarnya
"Iya ma" Ara mengangguk
Dengan terpaksa malam ini ia harus tidur di kamar bersama Danish.
Jika bukan karna bu Kiki yang menempati kamar Ara, sudah pasti Ara akan merajuk pada Sinta dan Gantara.
Dengan berat hati ia masuk ke dalam kamar Danish dan menggelengkan kepalanya. Ia tertawa saat melihat ranjang Danish di penuhi bunga dan balon
Ia tak menghiraukannya dan segera ia masuk ke dalam kamar mandi untuk merendamkan tubuhnya di dalam bathup.
Tiga puluh menit sudah ia memanjakan tubuhnya di dalam air hangat hingga suara ketukan pintu berhasil membuatnya beranjak dari bathup yang sudah setengah jam yang lalu menemaninya.
Ara segera bangkit dan mengambil handuk nya.
"Maaf non, mbok disuruh tuan untuk memberikan baju tidur ini untuk non Ara" ucap mbok Liya seraya menyerahkan kimono.
Ara terkejut dan menyerahkan kembali kimono tersebut kepada mbok Liya "apaan sih baju ginian? Gak mau ah, Ara ambil baju Ara aja di kamar.
"Tapi bu kiki dan anaknya sudah tidur non, kayaknya mereka sangat lelah sekali jadi mbok gak tega untuk mengganggu bu Kiki"
Dengan terpaksa Ara mengambil kimono itu dari mbok Liya karna ia tak mungkin untuk tidur dengan handuk seperti ini.
Ia terus saja bergumam dan menahan emosinya. Mengapa semua bisa serumit ini? Mengapa ia harus tidur bersama Danish dengan pakaian seperti ini?
Ia keluar dari kamar mandi dan terlihat jelas Danish sangat terpesona dengan kecantikan Ara, apalagi dengan memakai pakaian seperti ini membuat Danish sangat bersyukur bisa memiliki Ara seutuhnya.
"Buset Ra lo lama amat mandinya?"
Ucapan Danish berhasil membuat jantung Ara berdebar kencang. Bagaimanapun ia sudah dewasa jadi ia tahu apa yang harus ia lakukan di malam pertamanya. Namun ia tak mencintai Danish, apakah ia bisa melakukan itu tanpa adanya rasa cinta?
"Lo takut sama gue? Ya ampun Ra tenang aja gue gak bakal macem-macem kok" Danish tertawa kala melihat Ara seperti orang yang sedang ketakutan.
Tak di pungkiri jika dia memang merasa takut berada dalam satu kamar dengan Danish dengan status baru mereka.
"Siapa yang takut? Gue cuma laper aja kok, gue pengen makan" Ara mengelak
"Gue tau lo kan rakus banget sama makanan jadi gue sengaja minta mbok Liya untuk bawain kita makan"
Mereka makan malam bersama dan tak ada yang bersuara. Ara masih takut jika nanti Danish akan berbuat yang tidak-tidak terhadapnya.
Sesekali Ara melirik Danish dan Danish pun menyadari jika sejak tadi Ara meliriknya, Danish paham betul jika Ara sangat tak nyaman berada dalam satu kamar dengan pakaian yang tipis dan seksi.
"nanti lo tidur di kasur dan gue tidur di sofa ya. Kasur gue gak kalah empuk kok sama kasur lo" ucap Danish di sela-sela makan malamnya.
Dengan spontan Ara langsung menatap Danish "lo serius kak? Gue aja lah yang tidur di sofa, gue kan dari kecil udah terbiasa tidur dimana aja, sedangkan lo kan selalu tidur di kasur yang empuk" Ara menolak
"Hahaa lo apaan sih Ra, inget itu di perut ada siapa? Lo harus inget, kesehatan anak ini jauh lebih penting dari apapun"
Ara merasa sangat terkesan dengan perhatian yang Danish berikan untuknya. Ia pun merasa jauh lebih tenang karna malam ini ia bisa selamat dari kewajibannya sebagai seorang istri.
Semoga Danish akan menunggu Ara, sampai Ara bisa mencintainya dan siap melakukan itu atas dasar cinta tanpa adanya keterpaksaan.
Danish memang sangat baik terhadap Ara, tetapi mengapa Ara tidak bisa mencintainya?
***
Inggris menunjukan pukul empat sore, sedangan Indonesia sudah menunjukan pukul sepuluh malam.
Sore hari adalah waktu yang tepat untuk melihat dedaunan yang berguguran. Entah mengapa Riza merasa senang meskipun hanya melihat dauh yang jatuh dari rantingnya.
Sama seperti dirinnya yang sedang rapuh dan sangat rentan untuk terjatuh.
Semua memang salah Riza, jika saja ia tak meninggalkan Ara dan mengungkapkan bahwa ia mencintai Ara mungkin akan ada kesempatan bagi mereka untuk bersatu.
Riza mengambil ponselnya dari saku celananya dan menekan nomor Danish disana. Ia ingin memberi ucapan selamat atas pernikahannya dengan Ara.
Derrrt... Derrtt
Ponsel Danish bergetar dan berhasil membangunkan Ara dari tidurnya.
Tampaknya Danish sangat lelah dan tak menghiraukan dering ponselnya sejak tadi.
Ara bangkit dan membangunkan Danish "kak hp lo dari tadi bunyi, gue jadi gak bisa tidur" Ara menggoyangkan tubuh Danish
"Angkat aja sama lo dan bilang gue tidur, gue cape banget gak bisa angkat telfon" ucap Danish dengan mata yang masih tertutup.
Ara mengambil ponsel Danish yang tergeletak di atas meja nakasnya.
"Siapa sih yang nelpon malem-malem? Mana gak ada nama nya lagi, kan gue jadi gk tau ini penting atau enggak?" Gumam nya
Karena takut ini adalah panggilan penting maka Ara menekan tombol hijau pada layar ponselnya.
"Hallo, selamat atas pernikahan kamu ya Nish, maaf banget bang Riza gak bisa hadir"
Degg..
Ara membelalakan matanya sehingga bola matanya hampir saja keluar. Ia Rindu sekali dengan suara ini.
______________________________
KAMU SEDANG MEMBACA
Zahira
Teen FictionBagaimana Zahira harus menerima kenyataan bahwa ia telah di perkosa oleh seorang bajingan? Dan ia harus mengandung anak dari hasil pemerkosaan yang di alaminya? Bagaimana ia menjalani hidupnya? Apakah ia akan menerima dan menyayangi anak itu atau ba...