47~pendarahan

2.6K 92 0
                                    

Maaf ya aku lama banget up cerita ini lagi.

Untuk permintaan maaf, aku langsung up dua chapter sekaligus ni.

Selamat membaca ya.

______________________________

Memandang pelangi setelah hujan memanglah indah..
Memandang mentari terbenam di ufuk barat tentu tak kalah indah..
Namun dicintai setelah lima tahun menunggu, itulah keindahan sesungguhnya..

Itulah yang dirasakan oleh Danish Hansel, tak henti-hentinya ia bersyukur karna tuhan telah membuat hati Ara luluh dan mencintainya.

Ia mengusap kening Ara dan berulang kali menciumnya sampai Ara tertidur lelap dalam pangkuannya. Hari sudah malam dan kini saatnya mereka beristirahat. Besok adalah penandatanganan kontrak kerja sama antara Barack Advertising dengan Gantara's Hotel, mungkin besok lusa Ara dan Danish akan segera kembali ke Indonesia.

"Aku janji akan selalu membuat kamu bahagia Ra" ucap Danish pelan, karna tak ingin membangunkan Ara

Ara membuka matanya perlahan "aku pasti selalu bahagia jika berada disamping kak Danish" jawab Ara. Danish menunduk dan menatap Ara "aku kira kamu sudah tidur loh!"

Ara menggeleng "mulai sekarang kak Danish tidur disamping aku ya"

"Aku nyaman kok tidur di sofa" Danish menolak.

"Sampai kapan kak Danish tidur disofa?"

Danish tampak berfikir sejenak "entahlah, kita tunggu sampai junior lahir"

Ara hanya mengangguk, Danish memang sangat tulus mencintai Ara. Tak heran karna ketulusan dan kesabarannya itu yang akhirnya membuat Ara membuka hatinya.

Danish yang melihat Ara sudah tertidur dipangkuannya berusaha memindahkan kepala Ara ke atas bantal agar lebih nyaman, dengan perlahan ia menaikan selimut sampai ke dada Ara dan mencium kening Ara sebelum akhirnya pergi menuju sofanya untuk beristirahat.

Tak butuh waktu lama mata Danish sudah terpejam, atau mungkin ia sudah berada di dalam alam mimpinya.

Sedangkan Ara, ia membalikan tubuhnya ke kiri dan ke kanan, ia sangat tak nyaman, perutnya terasa sakit dan kepalanya terasa pusing. Ia mencoba memejamkan matanya untuk menghilangkan rasa sakit, namun sial. Rasa sakit diperutnya kian bertambah dan durasinya pun semakin lama.

"Kak Danish" panggil Ara

Namun tak ada sahutan dari mulut Danish. Ia terlalu pulas dalam tidurnya. "Kak Danish, kok perut aku sakit ya?" Panggil Ara lagi, namun Danish masih tertidur pulas.

Ara semakin merasakan sakit dari perutnya, dan kini darah segar sudah membasahi kasurnya. Ara menyentuh darah itu dengan jari tangannya "Kok darah? Kata mamah jika waktu melahirkan sudah dekat maka yang keluar itu air, bukan darah" Ara cemas. Ia terus memegangi perutnya yang semakin lama semakin sakit "kak Danish" panggil Ara lagi dalam volume yang lebih besar.

Danish membuka matanya perlahan "kenapa, sayang?" Tanya Danish sambil menguap.

"Sa..kit" ucap Ara terbata

Danish segera membuka matanya lebar, dan berlari ke pinggir ranjang. Ia terkejut ketika melihat sprai dan selimut yang sudah berlumuran darah.

Danish segera menggendong Ara ala bridal stle dan berlari menuju lift, karna memang kamar mereka terletak di lantai delapan. "Aah sial" umpat Danish saat melihat angka 24 diatas pintu lift, pertanda jika lift sedang berada di lantai dua puluh empat. Tanpa mencari lift lain Danish segera berlari menuju tangga darurat dan menuruni anak tangga sambil menggendong Ara.

ZahiraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang