44~bertahan atau melepaskan?

2.3K 98 1
                                    

Ketika senja telah lelah memberi keindahan..
Ketika angin telah lelah memberi kesejukan..
Ketika pelangi tak datang setelah hujan..
Membiarkan asa terbang ke awan..
Terbang melepaskan angan..
Tersapu bersama puing-puing harapan..
Menjadi debu yang bertaburan..

Aku disini..
Berkawan dengan diri sendiri..
Mungkin ragamu dapat ku miliki..
Namun hatimu tak dapat aku singgahi..
Aku bagai mengejar matahari..
Yang tak akan mungkin bisa terjadi..

Tuhan..
Apa aku mampu melepaskannya?
Apa aku sanggup melihatnya tertawa bahagia namun bukan bersamaku?
Apa aku tak layak untuk dicintainya?
Apa engkau menciptakan cinta hanya untuk membuat luka?

~Danish

Danish memandang sendu wajah Ara yang sedang tertidur lelap di pangkuannya. Perjalanan dari Italia menuju Inggris hanya memakan waktu dua jam lamanya, namun karna perut Ara sudah semakin membesar dan tubuh yang semakin berisi membuatnya menjadi sangat mudah lelah.

Ia membelai kepala Ara, mengusap rambutnya, dan menyentuh setiap bagian di wajah Ara dengan jari telunjuknya.

Ia terlalu dalam mencintai Ara, sampai ia melupakan dirinya sendiri. Ia selalu terluka namun ia selalu membuat Ara bahagia, ia tidak memperdulikan hatinya yang sudah rapuh karna sudah terlalu sering tersakiti.

"Aku sangat mencintai kamu Ra, aku gak bisa maksa kamu untuk tetap bersama aku, sedangkan yang kamu harapkan adalah Riza. Kamu berhak bahagia" Danish berbicara pada dirinya sendiri.

Tak terasa air matapun jatuh dan mengenai wajah Ara, sontak Ara pun terbangun. "Kak Danish kenapa? Kok nangis?" Ucap Ara seraya merengkuh dua pipi Danish lalu menghapus air matanya

Danish menggeleng dan mencium kening Ara dalam durasi yang sangat lama. Ia mencurahkan segala rasa cinta dan sayangnya melalui kecupan di kening.

***

Hari ini adalah hari dimana Riza akan mengadakan pertemuan dengan Danish dan Pak Bisma, Manager yang akan memimpin London Gantara's Hotel yang tentu ikut di hadiri oleh sekretaris pak Bisma maupun sekretaris Danish, mbak Maya. Hotel ini akan di percayakan kepada pak Bisma dan tetap dalam pantauan Danish sebagai pemimpin Gantara's Hotel.

Rapat diadakan secara tertutup dan bertempat di kantor Barack Advertising. "Maaf pak tiba-tiba saya tidak enak badan. Apa saya bisa izin untuk tidak menghadiri meeting hari ini?" ucap Nadine beberapa saat sebelum Danish datang.

Riza menatapnya tajam "ada yang kamu sembunyikan dari saya?" Riza mentap Nadine tanpa berkedip. Nadine diam di tempat tak bisa menjawab.

Nadine menggeleng dengan cepat, kemudiam kembali duduk di kursinya.

Took..took.

Pintu terbuka, Danish dan Pak Bisma, tak lupa dengan Mbak Maya beserta sekretaris Pak Bisma segera duduk pada kursi yang telah disediakan.

Danish menjabat tangan Riza dan menyatukan bahu keduanya tanda persahabatan ala lelaki. Danish menjabat tangan Nadine dan Nadine hanya menunduk.

"Nadine" Ucap Nadine dengan suara yang amat pelan.

"Apa kamu Nadine Anasya? Kamu masih ingat aku?" Ucap Danish dengan senyum diwajahnya.

Nadine mengangguk, tanda mengiyakan.

"Kalian berdua saling kenal?" Tanya Riza penasaran.

"Nadine ini teman kecil aku, dia yang selalu menemani aku kemanapun aku pergi. Tapi setelah lulus SMP, dia dan keluarganya pergi keluar negeri dan saat itu kita tidak pernah tahu kabar masing-masing. Iya kan Nad?" Kata Danish.

ZahiraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang