39~Sblak

1.5K 80 8
                                    

Terima kasih untuk yang udah komen..

Jujur sebenarnya aku pun bingung ingin menyatukan yang mana? Danish atau Riza?

______________________________

Danish menyelesaikan pekerjaannya dengan baik, meskipun ia masih berstatus sebagai mahasiswa namun kecerdasan yang ia miliki sungguh di luar ekspetasi Gantara.

Danish berhasil memecahkan permasalahan dan menemukan jalan keluar terbaik untuk Gantara's Hotel Samarinda. Gantara bisa bernafas lega karna ia tak salah untuk memilih Danish sebagai ahli waris Gantara's Hotel.

Meeting diakhiri dengan suara tepuk tangan yang meriah untuk Danish. Rapat selesai dan mereka bisa kembali ke Jakarta sore ini juga.

Danish sangat merindukan istrinya, ia sudah tak sabar untuk kembali ke Jakarta dan bertemu istrinya.

Danish kembali ke kamarnya, ia merogoh saku celana dan mengambil ponselnya, ia ingin segera mengabari Ara jika besok ia sudah bisa kembali ke Jakarta.

Ia mencari nama Ara dan panggilan pun terhubung, tttuuttt..tttuut..tuutt namun tak Ada jawaban, ia diam sejenak kemudia kembali memasukan ponselnya ke dalam saku celanan.

Ia tahu saat ini Ara sedang bersama dengan Riza, mungkin telponnya tadi akan menganggu kebersamaan mereka. Biarlah ia yang merasakan sakit ini.

Hatinya gelisah dan terus memikirkan Ara, lalu ia putuskan untuk pergi mencari oleh-oleh untuk istrinya, daripada ia terus memikirkan kebersamaan Ara dengan Riza dan hanya memberinya rasa sakit maka lebih baik ia pergi berjalan-jalan untuk membelikan Ara oleh-oleh.

***

Desir angin yang bertiup membuat rambut Ara berterbangan, Ara melepaskan pelukannya dan merapikan kembali rambutnya.

Ini adalah keputusan Ara dan Riza. Mereka harus mengalah dan tak ingin menyakiti hati Danish. Biarkan Ara belajar mencintai Danish dan biarkan Riza untuk melupakan Ara.

Sebelum kembali ke Jakarta, Ara tak lupa untuk mengajak Riza untuk makan Sblak di Alun-Alun kota Karawang.

Sblak disini terkenal sangat nikmat, kalo Author suka nya sblak kuah yang banyak airnya, pedesnya nampol dan sedikit asin, isiannya juga lengkap pakai ceker, dengkul, sosis dan bakso beeuh eta mantap pisan ckckck..

"Bang Riza tau gak, dulu setiap weekend aku pasti jualan donat disini loh" Ucap Ara setelah memesan dua porsi sblak.

"Oh ya, pasti selalu habis ya?" Kata Riza yang antusias mendengar cerita Ara

Ara menggeleng dan memajukan bibir bawahnya

"kalo donatnya gak habis lalu kamu makan sendiri atau bagaimana?" Kata Riza lagi

"Kalo gak habis, aku keliling kampung dan kalo tetap gak habis juga aku pasti akan menghubungi kak Danis, dan dia yang selalu borong donat aku" Ara terbahak.

Tak lama sblak pun di sajikan di atas meja. Riza hanya menggelengkan kepala saat melihat kuah sblak yang berwarna merah

Ia mengaduk-aduk mangkuk dan merasa makanan ini sangat lah aneh. Mengapa sblak ini menggunakan tulang ayam? Mengapa bukan dagingnya saja?

"Gak usah di aduk terus, aku tau di inggris gak ada kan makanan seperti ini? Pokoknya ini enak kok" Ara meyakinkan Riza bahwa sblak sangatlah enak.

Riza tampak tak yakin jika sblak memang enak, di lihat dari tampilannya saja sudah pasti ini sangat pedas dan membikin sakit perut.

Melihat Riza hanya mengaduk sblaknya maka Ara menyodorkan sesendok kuah sblak miliknya dan menyuapi Riza agar ia mau untuk memakannya.

Apalah daya jika Ara sudah menyuapinya sudah pasti Riza akan mau untuk memakannya.

"Gimana, enak ga?" Ucap Ara menunggu Riza memberi komentar atas rasa sblak itu.

"Enak sih , cuma untuk aku ini tuh terlalu pedas" kata Riza

Ternyata tidak semua orang menyukai sblak, meskipun Ara sangat menyukai sblak ternyata Riza tidak menyukainya, seperti Haikal yang juga tak menyukai sblak.

Riza dan Haikal sangat banyak sekali kesamaan, mulai dari wajah, makanan kesukaan, hobby dan cara mereka berjalan pun sangatlah mirip.

Mungkin karna mereka sedarah dan serahim jadi sudah pasti banyak kesamaan di antara keduanya. Itu yang membuat Ara merasa nyaman ketika bersama Riza, Ara melihat sosok Haikal ada pada diri Riza.

Mereka banyak bercerita dan sangat asik menghabiskan waktu berdua hingga tak terasa siang telah berganti malam dan mereka sudah sampai di gerbang rumah mewah Ara.

"Besok aku akan ada meeting terakhir dengan klien ku yang di Jakarta, jika proposal kerja sama telah di setujui maka sore harinya aku akan segera kembali ke Inggris" ucap Riza sebelum Ara masuk ke dalam rumahnya

Hati Ara teriris, ia masih rindu dengan Riza, ia belum puas untuk menghabiskan waktu bersama Riza dan ia masih ingin berada di dekat Riza, namun inilah keputusan bersama yang telah mereka ambil.

Ara akan berusaha mencintai Danish dan mereka saling melupakan, ralat, bukan saling melupakan tetapi hanya Ara yang berusaha melupakan Riza, sedangkan Riza tetap memilih untuk tetap mencintai Ara meskipun ia tahu jika mereka tak mungkin bersama.

"Ya, jaga diri kamu baik-baik" ucap Ara dengan mata yang menahan tangis

Riza berjalan mendekat dan menyentuh kedua pipi Ara "hei jangan nangis gini, meskipun aku gak bisa berada di samping kamu, tapi kamu lihat ini. Anak kita yang akan selalu menemani kamu" Riza mengusap perut Ara.

Ara kembali menyentuh tangan Riza yang menempel pada perut Ara, seakan ia tak rela jika Riza akan pergi meninggalkannya lagi.

"Kita akan tetap jadi temen kan" Riza menaikan jari kelingkingnya

Bagaimana bisa Ara berteman dengan lelaki yang ia cintai? Tentu saja ia akan sangat sulit untuk melupakan cintanya ini.

Ara melingkarkan jari kelingkingnya dengan Riza. Setelah ini mereka berjanji untuk tak akan membahas lagi tentang perasaan keduanya. Mereka akan berteman baik dan tak akan membahas perkara cinta dan cinta.

"Kamu bisa berjanji suatu hal kepada ku?" Ucap Ara dengan menatap lekat kedua bola mata Riza

"Apa?"

"Aku ingin kamu melanjutkan hidup kamu dan suatu saat nanti kamu akan menikahi seorang wanita yang kamu cintai, kita akan hidup bahagia. Aku bersama kak Danish dan kamu bersama wanitamu kelak. Janji!" Ara menaikan jari kelingkingnya.

Riza sendiri tak tahu bagaimana kisah cintanya di masa depan. Apakah ia akan bisa membuka pintu hatinya kembali untuk wanita lain?

Riza mengenggam jari kelingking yang Ara acungkan tadi dan memeluknya untuk yang terakhir kalinya.

"Besok sebelum aku pergi, akan aku usahakan untuk mampir dan berpamitan dengan kamu" Riza mencium kening Ara dan masuk kembali ke dalam taksi online dan meninggalkan Ara di depan gerbang rumahnya.

Ara masuk ke dalam rumah dengan air mata yang membasahi pipinya.

Ia segera menaiki tangga dan masuk kedalam kamarnya, tak lupa ia mengunci pintu dari dalam agar semua orang di rumah ini tak menyadari bahwa Ara sedang terluka.

Ia menangis tersedu melepaskan kepergian Riza, ini adalah pilihan mereka, jadi Ara harus tetap menerimanya meskipun ia harus tersakiti.

_____________________________

Terima kasih.

Akan ada kejutan di chapter selanjutnya...

Tungguin ya..

ZahiraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang