Haii semua nya....
Sekarang kita pertemukan Riza dengan Ara yukh.
Tim Ara-Riza mana??
Tim Ara-Danish mana??Kirakira akan berjodoh dengan siapa ya?
______________________________
Gantara berlari dan memeluk Ara sampai tespeck bergaris dua pun terjatuh ke lantai.
Mengapa Sinta sangat pandai sekali membuat Ara bisa menerima kehamilannya dalam waktu sesingkat ini?
Gantara sangat bahagia karena Ara menerima kehamilannya dengan sepenuh hati.
"Anak papa hamil?" Tanya Gantara dengan menitikan air mata
Ara mengangguk "kok papa nangis?"
"Papa seneng sekali nak, karena sebentar lagi dirumah ini akan ada tangisan bayi"
"Besok kita periksa ke dokter kandungan ya pa untuk mengetahui usia kandungan Ara" kata Sinta di sela-sela tangisan Gantara
Ara tersenyum. Sebenarnya Ara merasa sedih karena janin yang ada di kandunganya akan lahir tanpa seorang ayah.
Bagaimana jika anak ini suatu saat nanti menanyakan dimana ayahnya?
Namun sikap keluarganya membuat Ara menghilangkan pikiran itu jauh-jauh "kamu tidak membutuhkan seorang ayah ya nak, karna ibu dan keluarga kita akan merawat dan membesarkan kamu dengan sepenuh hati" batin Ara sambil mengusap perut nya.
****
Pukul satu siang, Ara, Gantara dan Sinta pun sudah tiba di rumah, Gantara dan Sinta terlihat sangat bahagia sekali ketika mendengar bahwa janin yang berada di kandungan Ara di nyatakan sehat dan usia kandungannya pun sudah menginjak usia 11minggu.
Entah mengapa pikirannya sekarang tertuju pada Riza. Ia ingin Gantara mencabut semua tuntutannya terhadap Riza tetapi tampaknya Gantara tidak akan membiarkan hal itu terjadi.
Bagaimana caranya untuk ia memulai pembicaraan tentang Riza kepada papanya? Ia terus berpikir sambil memakan potongan buah di ruang tamu.
Gantara dan Sinta tampak sudah rapi dengan pakaian kerjanya masing-masing.
"Papa tinggal dulu ya sayang, papa ada meeting yang gak bisa di tinggal" Gantara mencium pucuk kepala Ara dan segera pergi
"Ada masalah di restoran jadi mama harus segera urus, kamu jangan sampai capek dan banyak istirahat ya sayang" Sinta mencium kedua pipi Ara dan segera pergi meninggalkan Ara.
Disaat kedua orangtuanya sudah pergi ia segera bergegas ke kamarnya dan bersiap untuk menemui Riza di tahanan.
Setengah jam sudah perjalan dari rumah Ara menuju tempat Riza di tahan.
Ini untuk pertama kalinya Ara mengunjungi Riza di sel tahanan. Biar bagaimanapun juga Riza adalah ayah dari janin yang di kandungannya.
***
Riza terkejut kala ia melihat Ara tepat di hadapannya. Ia tak menyangka jika Ara akan mengunjunginya disini.
Ara melihat Riza dengan tatapan iba, Riza terlihat lebih kurus dari terakhir kali ia melihatnya dan ia terlihat tak terurus dan depresi, seolah berada dalam tekanan.
Riza yang dahulu terlihat tampan, gagah, berwibawa dan penuh pesona kini menjadi lelaki yang lusuh, kurus, berantakan dan tak bergairah.
"Ra aku minta maaf, aku minta maaf, aku tau aku salah dan aku menyesali semua perbuatan yang udah aku....."
"Aku bawa soto ayam, aku gak tau sih kamu suka atau engga sama soto ayam" Ara memotong perkataan Riza sambil membuka bingkisan berisi soto ayam
Riza diam membeku bagai patung pancoran."Kalo kamu gak suka gak apa-apa aku buang aja" ucap Ara lagi
"Jangan..jangan aku suka kok, suka banget" Riza langsung menyuapkan sesendok soto ayam ke dalam mulutnya.
Riza makan dengan lahap, sedangkan Ara hanya memandangnya.
"Aku sudah memaafkan kamu kok" ucap Ara.
Riza menatap Ara "benarkah?"
Ara mengangguk.
Dengan reflek Riza memeluk tubuh Ara erat. Entah mengapa ia merasa sangat nyaman berada di pelukan Riza. Mungkin karena saat ini ia tengah mengandung anak Riza.
"Ma..maaf Ra aku gak bermaksud..." Ucap Riza terbata
Riza segera melepaskan pelukan nya, dan menundukan kepalanya, serendah-rendahnya.
Mereka berdua saling diam membisu, tak ada sepatah katapun yang keluar dari mulut keduanya.
"Kenapa gue tadi segala meluk Ara sih?, Dasar bego!!!" Riza bergumam
"Kalo boleh aku tau seberapa besar kamu mencintai Raka, eh maksud aku Haikal" ucap Riza seolah memecah keheningan.
"Sebesar Haikal mencintai aku"
"Maaf" Riza menundukan kepala nya.
"Tuhan punya rencana besar di balik kejadian ini, mungkin aku harus kehilangan Haikal untuk bisa bertemu orangtua kandung aku" Ara menenangkan
"Kamu benar sudah menerima semua nya?" Riza seolah tak percaya
"Bahkan aku tak menyesali apa yang sudah kamu lakukan terhadap aku"
Riza menganga karna tidak mengerti apa yang Ara ucapkan. Perbuatan Riza terhadap Ara yaitu MEMPERKOSAnya dan Ara tak menyesalinya?
Riza bingung dan hanya menatap Ara.
"Aku pamit dulu, sampai bertemu nanti di persidangan dan aku harap vonis terhadap mu tidak terlalu berat" Ara berdiri dan beranjak pergi
Namun langkah terhenti kala Riza mengenggam telapak tangan nya "Terima kasih ya Ra, hanya maaf dari kamu yang aku butuhkan"
Ara berbalik dan menitikan air mata, Riza mengusap air matanya dengan jari telunjuknya "maaf aku udah buat kamu sedih"
Ara semakin tersedu kala melihat kedua bola mata Riza, Ara teringat pada Haikal. Apalagi wajah mereka berdua sekilas memang terlihat mirip.
Ara tak tahu apakah ia hanya merindukan sosok Haikal ataukah ia mulai nyaman berada di dekat Riza?
Mungkin karena sekarang di dalam perutnya kini terdapat benih Riza.
"Kamu bau, ih badan kamu bau sekali, berapa hari kamu gak mandi? Apa disini gak ada air untuk mandi?" ejek Ara sambil menutup lobang hidungnya dengan jari telunjuknya.
Riza mundur beberapa langkah, dan ia mencium bajunya sendiri seraya tertawa "astaga kamu benar, aku bau sekali"
"Kalo aku kesini lagi, pokoknya kamu harus wangi dan aku gak mau kalo bau kaya tadi" ucap Ara
"Memangnya kamu akan kesini lagi?" Kata Riza tak percaya
Mungkin Ara ingin bertemu dengan Riza lagi tapi apakah Gantara akan mengijinkannya? Mungkin juga Ara tetap nekat menemui Riza tanpa sepengetahuan Gantara.
______________________________
Terima kasih untuk yang udah setia membaca cerita aku...
See you...
KAMU SEDANG MEMBACA
Zahira
Teen FictionBagaimana Zahira harus menerima kenyataan bahwa ia telah di perkosa oleh seorang bajingan? Dan ia harus mengandung anak dari hasil pemerkosaan yang di alaminya? Bagaimana ia menjalani hidupnya? Apakah ia akan menerima dan menyayangi anak itu atau ba...