1

2K 115 7
                                    

"Dek, stop...!! Owwwrrgghh...!"

Kutatap wajah Mas Farhan yang basah dan memerah, dengan perasaan dongkol. Dia nyengir sambil garuk-garuk kepala.

"Emang udah abis, apa lagi yang mau disedot coba..?!" tukasku sambil mengambil tisu, untuk membersihkan lelehan sperma Mas Farhan yang mengenai wajah dan leherku.

Aku heran sama orang ini. Padahal dia itu kan jelas-jelas udah tunangan sama Mbak Anita. Bahkan bulan depan mereka itu mau kawin.

Tapi kenapa coba, Mas Farhan masih aja minta jatah buat aku isep...?!

"Kok tumben masih tegang, mas?" tanyaku.

Lagi-lagi dia garuk kepala kayak orang linglung. "Tadi abis nyoba viagra."

Mataku kontan melotot mendengarnya. "Jangan minta aku kayak yang waktu itu lagi, loh!"

"Dih, kan kamu duluan yang maksa..!"

"Maksa gimana sih, mas..?! Jelas-jelas waktu itu Mas Farhan yang mompa aku dengan semangat berapi-api!"

"Hheehee ---" Dia cengengesan. "Iya sih. Tapi kan, awalnya kamu duluan. Masa lupa..?"

Aku coba untuk mengingat kejadian itu lagi. Emang, aku udah puluhan kali ngisep kontolnya Mas Farhan. Tapi, baru sekali itu aja sampai kejadian dimana kontolnya Mas Farhan yang panjangnya kayak kuas cat minyak itu, masuk ke dalam lubang pantatku.

"Sebelum tidur, kamu minum susu dari kulkas." Suara Mas Farhan menyadarkanku. "Awalnya sih iya, cuma ngisep. Tapi --- kamu langsung dudukkin gitu aja.."

"Stoppp...!!" Kubungkam mulutnya itu dengan telapak tanganku. Rasanya lubang pantatku ngilu dan berkedut-kedut membayangkan hal itu kembali. "Jangan diterusin lagi!"

"Lahh, yang mulai duluan siapa?"

Aku beranjak menuju kamar mandi. Kusikat gigiku, dan kubasuh wajahku dengan facial foam. Bisa gawat, kalo misalnya Mbak Siti dan Mbak Ira, nyium bau-bau aneh dari wajahku.

Mas Farhan udah memakai sweater dan celana jeansnya lagi. Cepat juga dia berpakaian.

"Dek, mas ambil dua juta ya tadi."

"Hmmm ---"

Mas Farhan nyubit pipi aku. "Mas balik lagi ke kampus ya. Kalau nanti capek, tutup cepet aja."

"Weekend, mas. Sayang kalo tutup cepet."

Aku sama Mas Farhan barengan ke depan. Mbak Siti sama Mbak Ira, lagi melayani beberapa customer yang baru dateng.

"Balik dulu ya. Awas, jangan sampai anak ini minum susu!"

"Siap, Mas Farhan!!"

Aku cuma bisa menghela pelan, sambil kembali ke posisiku. Selama hampir sejam aku ngelayanin Mas Farhan tadi, rupanya ada sepuluh customer yang udah dateng.

"Kok kayaknya sepi ya ---" ujar Mbak Siti. "Padahalkan weekend."

"Tanggung bulan kali.." timpal Mbak Ira.

"Tanggung bulan ---" aku menerawang ke arah luar. Melihat orang-orang yang sedang berdiri di peron, menanti kedatangan kereta rel listrik. "Orang kerja kan biasa gajian tanggal 25."

A LIFETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang