6

580 69 3
                                    

"Kak Abi, maaf ya..."

"Hmmm, iya. Asal kamu janji ya. Kalau urusannya udah selesai, langsung kabarin aku..."

Kak Abi kasian juga sebetulnya. Ngeliat wajahnya itu aku jadi gak tega, bercampur horny juga sih. Hhehee...

Meskipun wajahnya sayu-sayu kayak anak mami yang manja gitu, tapi pas lagi main -- beuhhh, garangnya bukan main!!

Belom lagi tenaganya pas lagi mompa, udah kayak tenaga kereta batu bara! Ditambah lagi, dia itu keluarnya lamaaaaaaa banget...!!

Pegel sih iya. Tapi nagih juga iya.

Hhhiihiii...!

"Siang, Kakaknya Dani. Pak Doni."

Dia ngulas senyum sambil nyuruh aku masuk ke mobilnya.

"Bagaimana kalau kita makan siang dulu?"

"Makan siangnya dimana...?"

"Kamu punya rekomendasi restoran, Riichi?"

"Hmmm, ada sih ----"

Dan kalian tau, aku ajak kemana kakaknya si Dani ini...?

Ke Kedai Soto Mienya Pak Gendut...!!

"Hheeehee, yaa ada lalernya sedikit sih mas -- ehh, bapak maksudnya.."

Namanya juga kedai pinggir jalan. Ada laler yang terbang wara-wiri mah, masih wajar dong...?

"Gak papa. Saya juga tidak keberatan."

Karena aku tau, Mas Doni itu orang kaya dan terpandang, dan aku tau pasti aku akan dibayarin, jadi aku sengaja pesan sama Pak Gendut soto mienya yang banyak isian dagingnya begitu.

"Kamu kenal dengan Abi Permana?"

"Hmmm, baru-baru ini sih mas."

Sesekali aku mengamati wajah Mas Doni yang tak pernah tersenyum itu. Mungkin, dari lahir dia itu udah gak punya rasa humor di otaknya kali ya...?

"Dua mangkok soto mie spesial dan paling komplit! Monggo..."

Air liurku rasanya udah netes, ngeliat semangkok soto mie panas di hadapanku.

Persetan dengan kontol Mas Farhan dan Kak Abi...!!

Persetan dengan gurih dan kentalnya sperma mereka berdua...!!

Yang penting, sekarang aku bisa melahap soto mie spesial dengan limpahan daging sapi di dalamnya ini...!!

"Keburu dingin, mas. Ayo dimakan..." ucapku sambil gusah-gusah laler yang makin banyak aja. "Dikasih jeruk nipis sama limau mas, biar makin sedap."

Dasar orang kaya. Mungkin dia ini jijik kali ya, makan di kedai dengan banyaknya laler dan suara bising kendaraan yang lewat.

"Pak, satu mangkok lagi.."

Dihh, doyan juga ternyata nih orang.

"Enak kan, mas?"

"Lumayan." Mas Doni bisa senyum juga, meski tipis banget.

"Apalagi makannya pas lagi ujan ---"

Bbrrrr...

Namanya juga lagi pemanasan global. Cuaca kadang gak nentu. Keluar sekolah tadi itu, masih panas terik. Ehh, tau-tau sekarang udah ujan deres aja.

"Dan berdua sama orang yang kita sayangi lagi..." lagi-lagi aku keingetan sama almarhum mamah.

'Riichi, makannya pelan-pelan ahh. Pada belepotan kemana-mana itu.'

A LIFETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang