"Saya terima nikahnya dan kawinnya Anita Ramadhani binti Sukmadirejo, dengan mas kawinnya seperangkat alat sholat, uang tunai sejumlah satu juta sepuluh ribu seratus satu rupiah, dibayar tunai!"
"Sah...?!"
"SAH...!!"
"Alhamdulillah..."
Aku yang ikut menyaksikan ikrar ijab kabul itu, sampai merinding bahkan nyaris menangis. Antara takjub dan gak percaya, kalo pada akhirnya Mas Farhan resmi juga menjadi suami dari Mbak Anita.
Meskipun kakek dan neneknya Mas Farhan itu udah sepuh banget, dan mereka tinggal jauh di Surabaya, tapi alhamdulillah, mereka masih mau dateng ke acara pernikahannya cucunya ini.
Rasanya baru kemaren Mas Farhan minta izin pinjem mamah ke aku, buat dateng ngelamar Mbak Anita. Ehh, tau-tau sekarang mereka udah resmi menjadi pasangan suami isteri.
"Dek, aku udah resmi kawin.." Mas Farhan natap aku dengan mata berkaca-kaca.
Kami berpelukkan erat banget. Meski rasa rindu dan kepengen buat ngisep kontolnya itu masih ada, tapi aku berharap ini adalah jalan terbaik buatnya.
"Ngomong-ngomong, kok makanannya cuma gitu-gitu doang sih. mas?" tukasku.
"Lagi ngirit kan dek, ceritanya. Duitnya udah buat beli rumah sama boil..."
"Aturan mah bilang aja sama Mas Jimmy. Nanti kan juga bakal dipinjemin."
"Selamat ya, Farhan --- Anita."
"Eleuhh si Jimbot, bisa ganteng juga euyy rupanya!"
"Mbak Anita, kalo ada temennya yang masih single boleh tuh dikenalin sama Mas Jimmy." ucapku.
Mbak Anita pun menunjuk ke arah dekat stand buah. "Tuh, disana para ladies berkumpul. Tinggal pilih aja."
"Heh, sebaiknya jangan deh." Mas Farhan bisik-bisik. "Si Jimbot ini kan masih turunan bule! Udah gitu, sifat dia itu kasar dan sembrono!"
"Ini orang ya, aku colok nih!" mataku melotot menatapnya. "Ayo mas, kita makan aja! Abis itu kita jalan-jalan ke Bandung!"
"Pada mau ke Bandung ya..!? Ikuttt...!!" Mas Farhan ngerengek kayak anak kecil.
"Gak ada urusan ya..!?" aku mengikik sambil meninggalkan panggung.
"Mau mas ambilin apa, dek?"
"Gak usah sok perhatian ya, mas. Emangnya aku gak bisa ngambil sendiri?"
"Hmm, iya. Maaf."
"Hadiah buat Mas Farhan kapan dateng, mas?"
"Seharusnya sekarang sudah tiba, dek..."
Benar aja, pas aku lagi makan puding mangga, ada suara ribut-ribut tuh dari arah penerima tamu di depan sana.
Gak berapa lama, akhirnya aku bisa melihat unta yang tingginya hampir dua meter itu lagi ditarik menuju pelaminan.
"Hah?! Dari siapa nih...?!"
"Mas Farhan...!!" aku berteriak sambil melambai. "Dirawat ya untanya! Aku belinya mahal loh itu..!"
"Kamu ngapain ngasih unta ke aku, dek...!?"
"Farhan, singkirin...!! Aku gak mau tahu, singkirin sekarang juga...!!"
"Jangan marah ke aku dong! Ini kan dari Riichi!"
"Iya cepet singkirin!! Hush...! Hush...!"
Lucu aja ngeliat reaksi suami isteri baru itu. Semoga aja mereka bisa awet sampai jadi kakek nenek nanti.
KAMU SEDANG MEMBACA
A LIFE
Teen FictionAku kacau... Kehidupanku juga kacau... Semuanya semakin jadi kacau, saat mereka datang di kehidupanku...