13

515 69 1
                                    

'KAMU APA-APAAN, PINDAH KOSAN GAK BILANG-BILANG?! SEKARANG KAMU DIMANA?! JANGAN SUKA BIKIN ORANG CEMAS...!'

Aku geletakkin aja lagi hapeku di atas kasur. Kutunggu sampai si burung kutilang itu selesai berkicau.

'Halo, dek...?'

"Udah selesai, ngasih kultumnya?"

'Ya Allah, dek. Aku tuh cemas banget tauk!'

"Sama Mbak Anita gimana? Cemas juga?"

'Ya gak bisa disamain lah, dek. Kamu tuh --- bla -- bla -- bla...'

Tok.. Tok..

Aku beranjak dari kasur, untuk ngebukain pintu kamar. Mas Doni rupanya dengan setelan kaos putih dan celana trainingnya.

"Lagi teleponan?"

"Biasa. Sama si burung kutilang."

"Burung kutilang?"

"Mas Farhan."

Aku balik lagi ke kasur. "Udah selesai, mas?"

'Kamu lagi pacaran ya sama si Abi?'

"Kak Abi mah dimana, aku mah dimana..."

'Ohhh ---'

Mas Doni duduk selonjoran di sebelahku. Mungkin dia penasaran, aku lagi ngebicarain apa aja sama Mas Farhan.

'Dek, mas punya kabar gembira!'

"Menang undian satu miliar ya?"

'Bukan itu, dek..'

"Terus?"

'Mas berhasil ngebujuk Anita buat nelen pejuh!'

Seketika mataku membelalak. kulihat ternyata Mas Doni juga demikian.

'Sebagai calon suami, mas udah bisa bersikap tegas sama dia! Pokoknya, kalo mau jatah bulanan buat shopping, dia juga harus mau nurutin setiap apa yang mas minta...!'

"Mas, aku sakit perut mendadak."

'Kamu sakit, dek?! Cepetan ke dokter ya! Mas takut kamu kena usus buntu...!'

"Mungkin karena tadi kelamaan main air, mas. Udah dulu ya, mas! Dahhhh...!"

Klik.

"Hhheee..."

"Kamu beneran sakit?"

"Telingaku yang sakit denger celotehannya yang gak abis-abis...!"

"Riichi bosan?"

"Enggak kok, mas."

"Kalau bosan, kita bisa jalan keluar."

"Enggak ah, mas. Nanti malah ketemu sama Dani --- Kak Abi --- siapalah --- siapalah..."

Mas Doni ngambil selembar foto mamah dari selipan binderku. "Beliau cantik."

"Pasti dong, mas. Waktu meninggal aja, muka mamah tuh lagi senyum."

"Hmmm ---" Mas Doni narik aku ke dekapannya. "Hebat ya Riichi. Bisa melewati semua ini seorang diri."

Ehh -- ehh, loh kok...?

Yahh, gimana nih...?

Tangan kanannya Mas Doni, nyelusup masuk ke dalam kaosku. Udah gitu, dia ngeraba-raba dada sama perutku lagi!

"Mas Doni, aku pijetin ya...!?" Aku langsung berpindah ke kakinya.

Tapi, dia malah menatapku tajam. "Kamu risih ya?"

A LIFETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang